“Semua yang menginspirasi kehidupan untuk orang lain, pasti saya wawancarai,”
TIGA BULAN yang lalu? Ya! Tiga bulan lalu. Penggagas Bangga Indonesia mendaulat saya. “Cak Amu punya idea apa menjelang akhir tahun 2020?” cetus Faqih Syarif serius.
Penggagas lahirnya Bangga Indonesia ini, ingin media yang baru setahun dia sentuh, harus selalu ada hal yang baru. “Kayak jargonnya Jawa Pos itu Cak. Selalu ada yang baru,” pekik doktor jebolan UINSA Surabaya, yang tenar dengan Motivasi Spiritualnya ini.
Pantas saja, sosok yang saya sapa Ustadz, karena punya pesantren ini, menodong saya begitu. Dia tak ingin, saya sebagai alumnus Jawa Pos, 30 tahun menimba ilmunya Dahlan Iskan, “mati suri” ketika bergabung dengan media online, yang juga punya Channel YouTube ini.
“Ayo Cak Amu, buatlah tanda di muka bumi ini, sebelum kita dipanggil oleh Allah,” pinta pembawa acara di radio-radio FM tentang spiritual motivasi itu.
Saya diam sejenak. Belum ada idea. Tapi Ustad Faqih terus menyerang. Saya semakin terdesak.
“Cak Amu kan hobi mancal,” lanjutnya berdalih. Serangan Ustad Faqih, membuat otak saya yang beku jadi larut. Cair. Meleleh.
Saya tersipu. Menerawang jauh ke belakang. Apalagi todongan itu, ditembakkan lagi ketika para “sutradara” Bangga Indonesia lagi rekaman untuk program ke depan di studionya, Café KeKopi, Jalan Ponti Sidoarjo.
Kang Didin, sapaan Mohammad Burhanuddin, pendiri Bangga Indonesia. Juga Salman Alfarisi, sehabat junior di Jawa Pos, yang menjadi host di acara Talk Show itu, mengamini permintaan Ustad Faqih.
“Oke. Siap,” jawab saya serius.
Gayung pun bersambut. Daulat keempat tokoh media berbasis entrepreneur dan jurnalistik ini saya amini. Saat itulah muncul nama program baru di Bangga Indonesia TV: PANCAL CAK AMU.
Branding sudah ada. Dan, langsung jadi. Tapi, isi dan materi program sama sekali belum ada. Kosong. Belum siap dan disiapkan!
DHIMAM ABROR
Sebuah nama progam yang cocok buat saya. Hobi mancal sepeda (Gowes) selama ini, kini diberikan wadah oleh rekan-rekan sevisi dan semisi di media kita tercinta ini.
Saya pun teringat rekan, sekaligus pimpinan saya ketika sama-sama berkarya dan bekerja di Jawa Pos. Dhimam Abror namanya.
Mantan Pemimpin Redaksi, yang kini menekuni bidang penulisan dan seorang dosen bergelar doctor itu, pernah memberi idea agar saya buat program seperti Kick Andy di Metro TV.
“Kayak Kick Andy?” pikir saya. Wah kelincipen! Apalagi idea itu disampaikan Abror ketika saya baru saja menangani Stasiun Tivi Lokal, Arek TV di Sidoarjo. “Tak mungkin itu terjadi, karena semua perangkatnya tidak mendukung,” kata hati saya.
Kebetulan saya juga tidak kerasan bekerja di tivi lokal tersebut. Hanya enam bulan bergabung, saya pilih tidak aktif lagi. Tak cocok dengan sosok pimpinannya. Visi dan misinya jauh dari hati nurani.
Nah, sekeluar dari situ, idea Abror agar “kick” saya ganti “pancal” baru bisa dimanivestasikan di Bangga Indonesia TV Channel YouTube. Konsepnya memang jauh dari keinginan Abror.
Namun, nama PANCAL CAK AMU cukup branded buat saya. Apalagi saya sudah lama tidak membuat program baru setelah melepas: POJOK KAMPUNG dan POJOK ARENA, tatkala menjadi Eksekutif Produser di JTV pada 2002-2007.
Ya, bak menjulurkan telapak tangan. Semua sudah menjadi skenario Tuhan. Kehendak Allah. “Allah by design,” pikir saya.
Program tersebut pun lantas kami kemas. Saya harus berterima kasih kepada Bagus. Anak muda jebolan SMK di Sidoarjo ini, paham keinginan kami.
Bagus saya lepas. Biar berkreasi tanpa doktrinasi. Maka muncullah kemasan bumper Program PANCAL CAK AMU . Instrumen musiknya memang tak matching dengan vokal “Pancal Cak Amuuu. Pancal! Pancal! Pancaaal Caaak…” Yang norak dan unik itu.
Gak papa! Yang penting bumper opening program tersebut membuat dua cucu saya mengenali aksi kakeknya. Mereka bangga. Alauddin Khawarizmi Pahlevi dan adiknya Abraham El Khalil Pahlevi sampai hafal. Mereka marah kalau tidak memutar bumper itu berulang kali.
Maklum, cucu yang baru berusia empat dan dua tahun itu, tak ingin melihat isi materi wawancara kakeknya. Mereka hanya ingin mendengar kata-kata “Pancal Cak Amu, Pancal Caaak…” Itu saja!
Dan, satu lagi yang mereka sukai. Yakni, melihat kakeknya mancal sepeda balap dengan jersey yang dikenakan abah dari Amrizal Ananda Pahlevi, yang pernah belajar di Unair dan UTM Malaysia ini.
Betapa tidak. Dua jersey yang dipakai host Pancal Cak Amu memang ada sejarahnya. Jersey warna hijau pupus adalah kesukaan saya. Itu Jersey kebanggaan goweser SCC (Strattos Cycling Club).
Klub sepeda balap inilah kali pertama yang menghajar saya sepulang dari Lombok. Event Gowes Surabaya-Sampang PP dengan rute 200-K, mampu saya lahap. Padahal hari itu Madura lagi panas-panasnya. Ampun deh!
Sedangkan Jersey merah, juga tak kalah seru kenangannya. Jersey kebanggaan milik para pegowes senior, berusia 40 tahun ke atas bernama MSCC (Mataram Senior Cycling Club) ini adalah jersey pertama yang saya miliki ketika harus menggunakan sepeda balap, Road Bike (RB) di Lombok.
Daaan… Jersey itulah yang saya kenakan pertama kali mengikuti lomba sepeda balap berjarak sangat tidak mungkin bisa saya lakukan. Bima-Mataram 424-K. Dua hari. Woow.. ngeriii…!!!
Kala itu, MSCC menurunkan dua tim. Masing-masing tim beranggota lima pembalap. Tim A diperkuat pembalap usia di bawah saya. Tim B diperkuat lima orang yang usianya semua di atas kepala 5.
Alhamdulillah kami sampai finis di Mataram. Walau tibanya paling buncit he he he…
Itulah kenangan manis dan indah. Dua kenangan yang tak terlupakan tersebut, kini saya “tandai” dengan Program PANCAL CAK AMU. Olahraga bersepeda yang benar-benar memiliki filosofi sangat dalam. Di semua kehidupan manusia. Bagai Roda Berputar!
Karena itu, Program PANCAL CAK AMU yang dikemas “Semi Potcast” ini, materi dan nara sumbernya berbeda dengan potcast yang ada di channel youtube lainnya.
Rating, viuwer, liker atau subscriber bagi PANCAL CAK AMU, bukan hal yang penting. “Itu nomor sekian. Kami bukan mencari iklan dan subscriber,” tegas Cak Amu.
Yang utama, program tersebut bisa menginspirasi hidup semua orang. Tak pandang pilih. Tidak harus publik figur. Tokoh sentral. Orang kesohor atau wong penting lainnya.
“Semua yang menginspirasi kehidupan untuk orang lain, pasti saya wawancarai,” jelas Cak Amu saat ditanya Host Salman Alfarisi seusai wawancara KH Suyuti Rosyad Lc, MM di Pesantrennya Ummul Quro, Seloliman, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, 30 Desember 2020.
Jadi, apa target program ini? Cak Amu hanya berharap di program PANCAL CAK AMU tersebut. bisa memberi kesempatan semua orang untuk menyampaikan pengalaman hidupnya, yang bisa menginspirasi orang lain.
“Selain itu, bisa masuk tivi kita. Ngeshare ke teman dan koleganya, via channel youtube yang gratis itu. He he he,” kelakar Cak Amu.
Oke Sobat! Sampai jumpa di Program PANCAL CAK AMU. Bangga Indonesiaaa: Dahsyat dan Luar Biasa! Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. (Abdul Muis)
Bismillah biidznillah, Pancal Pancaaal Pancaaal Caaak! Smoga diijabah, barakallah Aamiin. Monggo segera dijadual rawuh Tulungagung, Sakti siap berbagi.
Bu Sakti monggo no kontaknya Bu Sakti rencana kami mau ke kediri mungkin juga akan menuju ke Tulung Agung.