Bangga Indonesia, Jakarta – Kisah sukses dan perjalanan karier Nurul Atik bisa dijadikan pelajaran bagi semua orang. Bermodal hanya ijazah SMA, tidak membuatnya surut dalam menggapai kesuksesan. Dia merintis semua kesuksesannya dari titik bawah. Nurul Atik saat ini menjadi bos Rocket Chiken, dia bahkan disebut sebagai juragan franchise karena usahanya sudah menyebar ke hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, Rocket Chicken memiliki 900-an lebih outlet.
“Yang belum ada hanya di Sulawesi dan Papua,” kata dia kepada Bangga, Selasa (25/5/2021).
Dia pun tidak menyangka bahwa konsep usahanya ini bakal digemari oleh banyak orang. Pria yang awalnya bekerja sebagai office boy (OB) di restoran siap saji CFC, kini berhasil mengumpulkan omzet Rp 1,2 triliun per tahun alias Rp 100 miliar per bulan dari seluruh outletnya.
Top! Mantan OB Jadi Bos Ayam Goreng Beromzet Rp 1,2 T Foto: Dok. Instagram @nurulatik_rocketchicken
|
Untuk mencapai titik kesuksesannya, Nurul menceritakan butuh perjuangan dan mental yang kuat. Setelah lulus SMA, dirinya membutuhkan waktu dua tahun untuk mendapatkan pekerjaan. Pada usia 23 tahun, dirinya diterima kerja sebagai OB di CFC.
Pada saat itu, banyak kisah yang dijadikan pelajaran olehnya sekalipun itu perlakuan kurang mengenakkan dari orang-orang. Karena kerja kerasnya, dirinya pun diangkat menjadi manajer area di restoran cepat saji.
Meski sudah memiliki jabatan yang bagus, dirinya tidak cepat dan tidak ingin terjebak di zona nyaman. Nurul memutuskan untuk merintis usaha bersama dengan dua orang temannya. Usaha yang dibuka pun masih seputar ayam goreng.
Dengan usaha barunya tersebut, Nurul mengemban dua jabatan sekaligus yaitu menjadi manajer area di CFC dan direktur di bisnis ayam goreng bersama temannya.
“Karena saya masih muda, dan mumpung masih muda saya tidak mau di zona nyaman, lalu di usaha yang barengan itu punya saham 8%, gaji itu sudah lumayan Rp 10 jutaan, dan punya 8% itu 3 bulan saja bisa dapat Rp 400 juta. Tapi saya itu karena orang dari bawah, bisa merasakan susahnya orang bawah, jadi saya punya rasa empati ke temen-temen nggak bisa kaya gini walaupun sedikit punya saham di situ. Karena nggak cocok saya mengundurkan diri,” jelasnya.
Pada tahun 2010 atau tepatnya menjalankan usaha rintisan selama 9 tahun, dirinya pun mengundurkan diri dan memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Namun, dirinya terkejut langkah pengunduran dirinya diikuti oleh sembilan orang temannya yang sampai saat ini bekerja dengannya di Rocket Chicken.
Setelah mengundurkan diri, dirinya memiliki target selama satu bulan selanjutnya konsep usaha restoran ayam gorengnya harus dirilis. Pada waktu mendekati pembukaan gerai, masih ada masalah yang melandanya yaitu ayam yang akan disiapkan tidak sesuai.
Lalu, dirinya pun kembali meracik ayam goreng yang diluncurkan pada 21 Februari 2010 lalu.
“Jadi saya dari Semarang kembali ke Jogja, pada saat itu jam 11.30 WIB malam, saya meracik lagi sampai jam 02.00 WIB pagi, subuh berangkat lagi ke Semarang untuk buka,” katanya.
“Jadi buka pertama kali di Semarang, di Jogja saya racik lagi subuh ke Semarang dan pertama kali buka omzet Rp 4 juta per hari,” sambungnya.
Setelah berhasil membuka gerai pertama, dirinya pun mendapat penawaran franchise dari dua orang yang sebelumnya sudah menjalankan bisnis ayam goreng rintisan bersama kedua temannya. Pada saat itu, gerai Rocket Chicken pun terus bertambah hingga saat ini berjumlah kurang lebih 900-an gerai.
Dia menceritakan, membuka usaha Rocket Chicken ini sama sekali tidak mengeluarkan uang sepeserpun. Sebab, pada pembukaan gerai pertama di Semarang itu sudah ada investor yang memodalinya alias franchise.
Berkat kerja keras dan pengalaman yang dimiliki selama mengabdi sebagai seorang profesional di restoran siap saji dan usaha rintisannya menjadi modal yang paling utama untuk mencapai kesuksesannya seperti sekarang ini.
Sekarang, Nurul yang merupakan mantan OB pun berhasil mengubah hidup sembilan orang temannya yang ikut mengundurkan dari bisnis ayam goreng. Bahkan sembilan orang ini kini sudah memiliki jabatan yang tinggi di Rocket Chicken.
“Jadi dari 9 orang itu, 1 sebagai GM, 1 Brand Finance, 1 sebagai head gudang purchasing, 1 Finance, 5 orang lagi itu regional manager. Dan mereka kebanyakan memiliki outlet sendiri,” ungkapnya.