Bangga Indonesia, Bandung
Usia beliau sudah tidak muda lagi tahun ini genap berusia 70 tahun. Wanita berdarah Manado dan istri dari Subagyo ( staf ahli di Departemen Perdagangan RI ) ini mengaku mengawali bisnis frozen food pada tahun 1983 karena dorongan ayahandanya, seorang wartawan, yang ingin putra-putrinya menjadi seorang pengusaha.
” Bapak saya dulu sedih kalau anaknya ke mana-mana bawa map lamaran” .
–
Namanya bu Betsy, saya mengenalnya belum lama. Baru saja bergabung di komunitas KMC Biz Club. Awalnya saya mengira beliau seumuran dengan kami, belum genap 40 tahun.
Pasalnya nama beliau cukup modern, Betsy. Juga cara beliau menyapa dan akrab dengan kami yang sangat humble dan tanpa sekat senioritas. Tak seperti orang lain yang kalau sudah senior minta bahasanya sangat dihormati. Jaim kata anak sekarang.
–
Baru dua minggu yang lalu bertemu di Bandung saya kaget karena ternyata Bu Betsy sudah senior sekali. Luar biasa di usia 70 tahun, sorot mata beliau nampak tajam dan selalu bersemangat, intonasi suaranya kuat dan jelas. Pendengarannya sempurna. Pemikirannya kritis dan up to date. Langkah kakinya gesit bak gadis remaja.
–
Kaget saya, beliau sendiri yang membukakan pintu ketika saya datang ke rumah sekaligus pabriknya di daerah Jatiasih Bekasi. Kawasan seluas 5000 m2 terdiri dari bangunan rumah pabrik makanan frozen food mess karyawan, taman dan kolam renang. Keren sekali.
Sambil mengajak saya Factory Touring beliau bercerita:
–
” Bagi saya karyawan harus disejahterakan supaya mereka memiliki produktivitas yang bagus. Di sini semua karyawan makan 3x sehari ( pagi siang sore) mendapatkan mess gratis ( mesnya bagus sekali) mendapatkan BPJS dan jaminan hari tua dan setiap minggu mendapatkan visit dokter untuk mengecek kondisi kebugaran mereka (sambil membukakan ruangan polikliniknya nampak bersih). Saya juga selalu mengontrol pegawai untuk tidur sebelum jam 10.00 malam supaya mereka kerja dengan fokus dan bugar. Saya memperhatikam karyawan saya kayaknya seorang ibu kepada anaknya. ” Kata bu Betsy.
–
” Pegawai saya saat ini 100 orang kurang 1, kebanyakan dari daerah Jawa Tengah dan sudah bekerja di sini puluhan tahun bahkan membawa keponakannya sepupunya dan lain-lain. Ada pegawai saya anaknya sudah lulus kuliah kemarin. Kerja disini dari bujangan, nikah dapat anak pabril sini membina rumah tangga sampai anaknya lulus kuliah. “
Meski saya akui saya keras kepada karyawan supaya mereka mempunyai pola kerja dan pola hidup yang benar. Namun saya memastikan mereka di sini mereka hanya bekerja 40 jam per minggu. Sabtu dan Minggu libur. Kalau lebih jam kerja dihitung lembur.
–
Yang sudah ahli pasti saya gaji UMR sedangkan yang baru memang belum UMR namun sudah mendapat jatah makan gratis 3x dan tempat tinggal kalaupun ditotal sudah di atas UMR. Jadi mereka terima gaji bersih
Pak Kyai marketing bisa lihat itu motor-motor semua baru adalah milik mereka. ”
–
“Sebaliknya saya selalu menunjukkan hidup yang sederhana. Tadi lihat di garasi saya tidak ada mobil mewah kan? Karena kalau saya bermewah-mewahan nanti karyawan saya muncul prasangka dan rasa iri. Apalagi rumah saya masih dalam satu kawasan pabrik. ”
–
Terus terang beberapa pernyataan Bu Betsy ini cukup menarik, karena tak banyak pengusaha yang punya kepedulian sampai detail ke arah kamanusiaan. Biasanya pola pikirnya adalah bagaimana untuk memaksimalkan produktivitas karyawan dengan biaya sekecil-kecilnya.
–
Bahkan ketika koki dapurnya pulang misalnya akibat sakit, Bu Betsy sendiri yang memaksakan untuk seratusan karyawan itu. Dan katanya masakan bu Betsy lebih enak dari paksakan hoki perusahaan. ” Sering sering ibu yang masak enak soalnya! ” Kata para karyawan. ” Mbah mu! ” Jawab bu Betsy becanda.
–
Bu Betsy meskipun keturunan Manado namun tidak bisa berbahasa Manado malah mahir berbahasa Jawa dan Sunda. Untuk menciptakan kedekatan dengan karyawannya dua bahasa itu dipakainya untuk interaksi di pabrik.
–
” Biar akrab saya biasa ngomong Jawa kalau sama orang Jawa begitu juga dengan orang Sunda, aku juga ngomong pakai bahasa Sunda biar akrab” .
–
Selama 40 tahun bergelut dengan bisnis FiVA frozen food ini Bu persi mengaku tidak pernah merasakan duka adanya adalah suka dan suka kalaupun ada masalah itu hanyalah tantangan kecil yang tidak pernah dirasakannya sebagai duka.
–
” Mas Anke bisa melihat kalau saya semangat untuk menjaga terus bisnis FIVA food ini karena saya menganggap ini adalah bisnis pemberian dari Alloh. Maka harus saya jaga amanah ini dengan baik dan selama ini FIVAfood terus naik stabil. Bagaimana bukan pemberian Tuhan? Saya hanya seorang ibu rumah tangga yang memulai usaha ini benar-benar kecil dari modal 4 kompor saja. Pertama kali dulu omsetnya per bulan hanya Rp600.000 dan hanya untuk cukup menghidupi saya saja.
Sekarang per hari FIFA food memproduksi 4 ton, dan semoga dengan kehadiran Kyai marketing bisa tambah naik lagi. ” Ujar bu Betsy.
–
Sebelum pamit saya bertanya apa rencana Ibu berikutnya dari bisnis ibu yg sudah mapan ini?
–
Dengan antusias Bu Betsy mengatakan ingin pindah pabrik ke lokasi yang lebih besar dan lebih punya akses truk tronton, agar makin leluasa makin besar pabriknya dan tidak mengganggu lingkungan sekitar. Dan tentunya ingin belajar lagi tentang marketing supaya penjualan FIVA food ini semakin besar dan tidak tergencet profit marginnya.
–
Banyak belajar banyak ilmu
banyak praktek banyak duit
–
Bu Betsy yang sudah berusia 70 tahun saja begitu antusias dan semangat dan berjuang terus maju, kamu yang muda jangan kalah ya ges !!
(Ahmad DS)