Bangga Indonesia, Surabaya – Hati yang Berharap dan Takut
Sobat. Jika kita beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya iman, akan mengisi hati kita dengan ketenangan, keteguhan, kerelaan, menerima segala ketetapan-Nya dan juga pengetahuan akan kesempurnaan-Nya. Semua ini merupakan wujud nama-Nya, al-Mu’min. Jadi Allah SWT adalah al-Mu’min, karena Dia memberikan rasa aman kepada manusia.
Sobat. Allah telah menganugerahkan kita alam semesta, akal, fitrah, syahwat. Pilihan, dan kekuatan. Semua ini merupakan penopang keselamatan kita di akherat. Kalau Anda selalu berupaya mendekati Allah, Anda akan merasa aman dari gelisah, penyakit, kesusahan, dan ketakutan. Allah SWT merupakan sumber rasa aman dan keamanan bagi manusia.
Ketika Anda memasuki suatu wilayah yang belum pernah didatangi sebelumnya, lalu Anda menemukan beberapa jalan yang membingungkan. Namun atas izin Allah, bila Anda memasrahkan segala urusan kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya, Anda akan merasa aman dan damai. Allah adalah al-Mu’min, Pemberi rasa aman.
Luqman al-Hakim berujar, “ Mukmin memiliki dua hati. Dengan salah satunya ia berharap dan dengan hati yang lainnya merasa takut . Ia berharap amalnya diterima dan takut tidak diterima. Andaikan rasa takut dan rasa harap orang mukmin ditimbang, tentu hasilnya seimbang. Siapa yang ingin bertemu dengan Allah, hendaklah ia menjalankan perintah-Nya.”
Sobat. Perasaan takut adalah kecemasan yang muncul dalam hati karena engkau menyangka akan mendapatkan atau menghadapi sesuatu yang tidak baik. Ada empat hal yang mendahului rasa takut menurut al-Imam a—Ghazali dalam kitabnya Minhaj al-Abidin :
1. Mengingat banyaknya dosa yang telah dilakukan, banyaknya musuh terkait dengan hak orang yang kau ambil sementara kau tidak tahu apakah bisa mengembalikan hak mereka atau tidak.
2. Kerasnya siksa Allah yang tidak mampu kauhadapi.
3. Mengingat lemahnya diri dalam menghadapi hal tersebut.
4. Mengingat kekuasaan Allah atasmu kapan dan bagaimanapun Dia menghendaki.
Sobat. Dalam Al-Quran dan Hadits ada banyak nash yang berbicara tentang pentingnya memelihara rasa takut kepada Allah.
لَهُم مِّن فَوۡقِهِمۡ ظُلَلٞ مِّنَ ٱلنَّارِ وَمِن تَحۡتِهِمۡ ظُلَلٞۚ ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ ٱللَّهُ بِهِۦ عِبَادَهُۥۚ يَٰعِبَادِ فَٱتَّقُونِ
“Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku.” ( QS. Al-Zumar (39) : 16 )
Sobat. Penjelasan tafsir al-Quran yang dikeluarkan Departemen Agama, Di neraka itu orang kafir akan merasakan siksa yang datang dari segala penjuru. Di atas mereka ada lapisan-lapisan penutup dari api dan di bawahnya juga ada lapisan-lapisan tikar dari api yang disediakan bagi mereka di akhirat (Lihat pula: Surah al-‘Ankabùt/29: 55; al-A‘ràf/7: 41). Demikianlah Allah mengancam hamba-hamba-Nya dengan azab yang pedih, “Wahai hamba-hamba-Ku, takutlah akan azab Allah yang akan menimpamu. Agar kamu selamat maka bertakwalah kepada-Ku secara maksimal.”17-18. Demikianlah azab yang Allah janjikan bagi orang musyrik. Dan adapun orang-orang yang menjauhi taghut—yaitu setan dan apa saja yang dipertuhankan—serta tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka pantas mendapat berita gembira berupa ampunan dan surga dari Allah.
Sebab itu, sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, yaitu mereka yang mendengarkan perkataan, yakni ajaran Al-Qur’an maupun hadis, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya karena wahyu Allah adalah perkataan yang terbaik.Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai pikiran sehat dan tidak diliputi kekeruhan.
Sobat. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,” Pada Hari Kiamat manusia berkeringat hingga mengucur ke bumi setinggi 70 hasta. Keringat itu menenggelamkan mereka hingga mencapai telinga.” ( HR Bukhari )
Diriwayatkan dari al-Nu’man ibn Basyir ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “ Penduduk neraka yang paling ringan siksanya di hari kiamat adalah orang yang diletakkan dua bara di bawah kakinya sehingga otaknya mendidih. Ia menyangka tidak ada yang lebih hebat siksanya daripada dirinya,padahal ia mendapat siksa yang paling ringan.” ( HR Bukhari dan Muslim )
Sobat. Selain rasa takut, seorang mukmin juga harus memelihara rasa harap, yaitu kegembiraan hati karena mengetahui besarnya karunia Allah dan rasa tenang lantaran melihat luasnya rahmat Allah.
Sobat. Rasa harap bisa dimunculkan dan ditumbuhkan dengan memelihara empat hal :
• Pertama. Mengingat karunia Allah yang telah diberikan kepadanya.
• Kedua. Mengingat curahan pahala dan keagungan rahmat yang telah Allah janjikan sesuai dengan karunia dan kemurahan-Nya, padahal sebenarnya kau tidak berhak atas semua itu.
• Ketiga. Mengingat banyaknya nikmat Allah yang tercurah kepadamu entah dalam urusan agama ataupun dunia, berupa aneka macam karunia dan kelembutannya; bukan lantaran kau berhak atasnya dan bukan pula karena kau memintanya.
• Keempat. Mengingat luasnya rahmat Allah dan bagaimana rahmat itu mendahului murka-Nya, disamping bahwa Dia Maha Pengasih dan Penyayang, Mahakaya, Pemurah, dan Mahabaik kepada hamba-Nya yang beriman.
Demikian penjelasan Imam al-Ghazali dalam kitabnya Minhaj al-Abidin. “Rasa harap adalah perasaan yang muncul disertai dengan kesungguhan beramal. Jika tidak, perasaan itu bukanlah harapan, melainkan hanya angan-angan.” Kata Ibnu Athaillah.
( Spiritual Motivator – DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Santripreneur – Santri Milenial. Buku Buatlah Tanda di Alam Semesta. Direktur Pesantren TEJ – Tahfidz, Entrepreneur dan Jurnalistik Ummul Quro Seloliman Trawas. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )