“Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah”
Kepala BI Jatim, Difi Ahmad Djohansyah kepada wartawan di Surabaya, Selasa, mengatakan bahwa secara umum grafik ekonomi Jawa Timur memang masih sulit diprediksi, sebab pertumbuhannya masih tergantung pada permintaan masyarakat dan daya beli juga masih landai belum ada pergerakan signifikan.
“Namun, kami optimistis bahwa ekonomi Jatim akan tumbuh diatas 5,3 persen, karena industri manufaktur di Jatim juga sudah mulai bergerak.”ujarnya.
Difi juga optimistis bahwa di momen lebaran tahun 2021 ekonomi Jatim akan lebih baik dibanding lebaran tahun 2020, meski masih ada larangan mudik, namun terjadi penurunan angka positif COVID-19.
“Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah. Artinya, saat lebaran nanti bisa jadi ekonomi Jatim akan terkerek naik,” katanya.
Ia menjelaskan inflasi di Jatim saat ini juga relatif stabil, dan menunjukkan permintaan masyarakat sudah mulai muncul.
“Dibanding inflasi tahun lalu, permintaan masyarakat benar-benar tidak ada sama sekali, Karena kebijakan lock down, PSBB dan pembatasan jam operasional usaha. Nah tahun ini kami optimistis ekonomi Jatim mulai menanjak kembali,” katanya.
Berdasarkan data BPS Jatim, pada Maret 2021 Jawa Timur mengalami inflasi 0,11 persen, dan dari delapan kota IHK seluruhnya mengalami inflasi, dengan tertinggi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,45 persen dan terendah terjadi di Kota Malang sebesar 0,08 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, dan dari sebelas kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi, empat kelompok mengalami deflasi dan dua kelompok tidak mengalami perubahan.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,77 persen, diikuti kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,12 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender Maret 2021 sebesar 0,65 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2021 terhadap Maret 2020) sebesar 1,29 persen.(ant)
“Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah”
Kepala BI Jatim, Difi Ahmad Djohansyah kepada wartawan di Surabaya, Selasa, mengatakan bahwa secara umum grafik ekonomi Jawa Timur memang masih sulit diprediksi, sebab pertumbuhannya masih tergantung pada permintaan masyarakat dan daya beli juga masih landai belum ada pergerakan signifikan.
“Namun, kami optimistis bahwa ekonomi Jatim akan tumbuh diatas 5,3 persen, karena industri manufaktur di Jatim juga sudah mulai bergerak.”ujarnya.
Difi juga optimistis bahwa di momen lebaran tahun 2021 ekonomi Jatim akan lebih baik dibanding lebaran tahun 2020, meski masih ada larangan mudik, namun terjadi penurunan angka positif COVID-19.
“Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah. Artinya, saat lebaran nanti bisa jadi ekonomi Jatim akan terkerek naik,” katanya.
Ia menjelaskan inflasi di Jatim saat ini juga relatif stabil, dan menunjukkan permintaan masyarakat sudah mulai muncul.
“Dibanding inflasi tahun lalu, permintaan masyarakat benar-benar tidak ada sama sekali, Karena kebijakan lock down, PSBB dan pembatasan jam operasional usaha. Nah tahun ini kami optimistis ekonomi Jatim mulai menanjak kembali,” katanya.
Berdasarkan data BPS Jatim, pada Maret 2021 Jawa Timur mengalami inflasi 0,11 persen, dan dari delapan kota IHK seluruhnya mengalami inflasi, dengan tertinggi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,45 persen dan terendah terjadi di Kota Malang sebesar 0,08 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, dan dari sebelas kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi, empat kelompok mengalami deflasi dan dua kelompok tidak mengalami perubahan.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,77 persen, diikuti kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,12 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender Maret 2021 sebesar 0,65 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2021 terhadap Maret 2020) sebesar 1,29 persen.(ant)
“Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah”
Kepala BI Jatim, Difi Ahmad Djohansyah kepada wartawan di Surabaya, Selasa, mengatakan bahwa secara umum grafik ekonomi Jawa Timur memang masih sulit diprediksi, sebab pertumbuhannya masih tergantung pada permintaan masyarakat dan daya beli juga masih landai belum ada pergerakan signifikan.
“Namun, kami optimistis bahwa ekonomi Jatim akan tumbuh diatas 5,3 persen, karena industri manufaktur di Jatim juga sudah mulai bergerak.”ujarnya.
Difi juga optimistis bahwa di momen lebaran tahun 2021 ekonomi Jatim akan lebih baik dibanding lebaran tahun 2020, meski masih ada larangan mudik, namun terjadi penurunan angka positif COVID-19.
“Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah. Artinya, saat lebaran nanti bisa jadi ekonomi Jatim akan terkerek naik,” katanya.
Ia menjelaskan inflasi di Jatim saat ini juga relatif stabil, dan menunjukkan permintaan masyarakat sudah mulai muncul.
“Dibanding inflasi tahun lalu, permintaan masyarakat benar-benar tidak ada sama sekali, Karena kebijakan lock down, PSBB dan pembatasan jam operasional usaha. Nah tahun ini kami optimistis ekonomi Jatim mulai menanjak kembali,” katanya.
Berdasarkan data BPS Jatim, pada Maret 2021 Jawa Timur mengalami inflasi 0,11 persen, dan dari delapan kota IHK seluruhnya mengalami inflasi, dengan tertinggi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,45 persen dan terendah terjadi di Kota Malang sebesar 0,08 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, dan dari sebelas kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi, empat kelompok mengalami deflasi dan dua kelompok tidak mengalami perubahan.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,77 persen, diikuti kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,12 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender Maret 2021 sebesar 0,65 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2021 terhadap Maret 2020) sebesar 1,29 persen.(ant)
“Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah”
Kepala BI Jatim, Difi Ahmad Djohansyah kepada wartawan di Surabaya, Selasa, mengatakan bahwa secara umum grafik ekonomi Jawa Timur memang masih sulit diprediksi, sebab pertumbuhannya masih tergantung pada permintaan masyarakat dan daya beli juga masih landai belum ada pergerakan signifikan.
“Namun, kami optimistis bahwa ekonomi Jatim akan tumbuh diatas 5,3 persen, karena industri manufaktur di Jatim juga sudah mulai bergerak.”ujarnya.
Difi juga optimistis bahwa di momen lebaran tahun 2021 ekonomi Jatim akan lebih baik dibanding lebaran tahun 2020, meski masih ada larangan mudik, namun terjadi penurunan angka positif COVID-19.
“Saya coba keliling hotel-hotel dan coba tanya, ternyata okupansi hotel sekarang ini sudah mulai bergairah. Artinya, saat lebaran nanti bisa jadi ekonomi Jatim akan terkerek naik,” katanya.
Ia menjelaskan inflasi di Jatim saat ini juga relatif stabil, dan menunjukkan permintaan masyarakat sudah mulai muncul.
“Dibanding inflasi tahun lalu, permintaan masyarakat benar-benar tidak ada sama sekali, Karena kebijakan lock down, PSBB dan pembatasan jam operasional usaha. Nah tahun ini kami optimistis ekonomi Jatim mulai menanjak kembali,” katanya.
Berdasarkan data BPS Jatim, pada Maret 2021 Jawa Timur mengalami inflasi 0,11 persen, dan dari delapan kota IHK seluruhnya mengalami inflasi, dengan tertinggi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,45 persen dan terendah terjadi di Kota Malang sebesar 0,08 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, dan dari sebelas kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi, empat kelompok mengalami deflasi dan dua kelompok tidak mengalami perubahan.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,77 persen, diikuti kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,12 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender Maret 2021 sebesar 0,65 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2021 terhadap Maret 2020) sebesar 1,29 persen.(ant)