Bangga Indonesia, Banjarmasin – Ahli bahasa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Dr Rusma Noortyani MPd mengatakan penggunaan kosakata asing tidak boleh mengecualikan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi di negaranya sendiri.
“Saya mengimbau masyarakat untuk menjunjung tinggi penggunaan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan,” ujarnya di Banjarmasin, Kamis (15/4).
Ia menyarankan penggunaan kosakata asing saat ini sebenarnya lebih trend daripada bahasa Indonesia, padahal padanan kata tersebut sudah ada dalam bahasa Indonesia.
Misalnya, kata dia, mouse cocok dengan mouse, download match download, upload match upload, dan online match online (dalam jaringan).
“Jika padanan bahasa Indonesia sudah ada, lebih baik menggunakan bahasa Indonesia, terutama dalam konteks resmi, baik lisan maupun tulisan,” kata Sekretaris Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ULM ini.
Ia menyarankan jika masih menggunakan kosakata asing dalam bahasa tertulis, maka harus ditulis miring atau tanda petik.
Artinya, kata dia, untuk menjelaskan bahwa kata tersebut berarti bahasa asing alias bukan bahasa Indonesia.
Rusma yang juga Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Malang ini mengatakan siapa lagi yang menjunjung tinggi penggunaan bahasa Indonesia jika bukan warga negara Indonesia sendiri.
“Mari kita junjung tinggi bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing. Bahasa adalah alat untuk mempersatukan bangsa, jangan sampai perkembangan zaman membuat bahasa Indonesia tergerus dan tidak populer dibandingkan dengan bahasa asing,” tuturnya. penulis buku “Struktur Naratif Perkawinan Dayak Maanyan” dan “Akuisisi Kosakata Anak di Kota Banjarmasin”.
Ia menyampaikan apresiasinya kepada Kantor Berita Bangga Indonesia yang dinilai selama ini telah menerapkan standar bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan berita.
Apalagi, kata dia, media memiliki peran strategis dalam memberikan edukasi bahasa kepada masyarakat luas sehingga bahasa jurnalistik yang dikemas secara menarik tidak boleh mengesampingkan kaidah dalam menulis dalam bahasa Indonesia.(ant)