Bangga Indonesia, Surabaya – Ribuan Bumdes sepakat kolaborasi digital sebagai upaya kesadaran baru untuk menggalang goyong-royong digital dan menggunakan kuasa data dalam meningkatkan masyarakat. Hal ini diharapkan dapat menjadi titik kebangkitan nasional Indonesia baru dari desa.
Kolaborasi digital ini meliputi pengembangan media hyperlokal untuk mendorong desa saling mengenal, saling hubung dan juga saling kerjasama. Serta dapat juga disebut sebagai gotong royong di era digital dengan menghadirkan sebuah platform bernama Bumdesgo.
Menurut Sekjen Forum Bumdes se-Indonesia, Rudy Suryanto SE, M.Acc, CFA, terobosan ini akan menjadi langkah awal dalam menerjemahkan ulang potensi kuasa data dari desa dengan membangun sebuah jembatan digital sebagai interaksi antar desa. Mereka bisa bergotong royong secara digital agar saling kenal, saling terhubung dan saling berkolaborasi.
“Kolaborasi ini sebagai salah satunya diwujudkan dalam bentuk platfotm digital bernama Bundesgo, “tegasnya.
Platform tersebut nantinya akan menjadi etalase dalam menghadirkan informasi-informasi desa yang bersifat hyperlokal dan juga informasi yang telah dikurasi. Sehingga menciptakan ruang interaksi yang kompetitif, saling kolaboratif dan saling interaktif.
Menurut dia, inisiatif ini didukung multipihak. Antara lain akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, pendamping desa dan juga kalangan media. Salah satunya dengan adanya Webinar “Kuasa Data dan Gotong Royong Digital” yang akan dilakukan pada 20 Mei 2021.
Momentum Hari Kebangkitan Nasional yang terjadi pada ratusan tahun lalu, kini menjadi tonggak sejarah perubahan baru arah pergerakan Indonesia. Dari yang awalnya perjuangan kemerdekaan yang bersifat kedaerahan, kemudian bertransformasi menjadi pergerakan yang bersifat nasional, dan memiliki kesadaran untuk melawan penjajahan, melalui sarana-sarana baru di bidang organisasi massa dan juga pendidikan.
Menurut Rudy Susyanto, transformasi pergerakan ini dapat dimaknai ulang pada periode kini, sebagai usaha baru desa-desa melakukan gerakan kebangkitan nasional untuk bangkit dari kemiskinan. Stigma dan steorotip desa sebagai kawasan tertinggal dan tidak terjangkau teknologi harus segera diubah.
Apalagi di masa pandemi, diakuinya, kemiskinan di desa akan semakin meningkat karena tidak adanya sarana-sarana ekonomi baru. Maka, kemudian perlu inisiatif mendekatkan desa pada teknologi dan memberi alat perjuangan baru bernama jembatan digital dan gotong royong digital agar desa bisa kembali bangkit.
Inisiasi pemulihan ekonomi desa dengan jembatan digital ini diawali dengan momentum Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 2021. Momentum ini dapat dimaknai sebagai perjuangan baru desa bangkit dari kemiskinan dan perubahan kesadaran baru bagi desa untuk mendekatkan diri pada teknologi.
Desa-desa perlu berbenah karena potensi ekonomi pada kawasan ini sangat besar jika dPotensi kebangkitan ekonomi desa sendiri melalui jembatan digital dapat diproyeksikan mencapai 77 miliar dalam lima tahun mendatang.
Menurut survei dari Alpha JWC Kearney yang dirilis Maret 2021 dengan judul “Unlocking the Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia” diproyeksikan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia 3-4 tahun mendatang, akan terjadi di kota pinggiran dan pedesaan.
Proyeksi perkiraan pertumbuhan ekonomi dari dua kawasan ini mencapai angka 46-77 miliar dolar di tahun 2030. Atau sekitar 3-5 persen dari total GDP Indonesia.
Potensi pertumbuhan ekonomi digital pedesaan yang telah dijelaskan dalam survei Alpha JWC Kearney di atas, sayangnya masih belum diimbangi dengan penyediaan infrastruktur dan SDM yang mumpuni di kawasan pedesaan.
Selain itu, pukulan pandemi corona juga menyebabkan perlambatan ekonomi desa yang secara fundamental ikut menghambat perbaikan-perbaikan infrastruktur fisik di desa-desa.
Secara garis besar, kelemahan infrastruktur fisik dan non-fisik pedesaan di Indonesia dapat dijelaskan dalam data berikut:
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi masih ada 12.548 desa yang belum tersentuh sinyal internet sehingga literasi digital di desa-desa tersebut masih sangat rendah.
Kemudian dari potensi 107 juta pengguna internet aktif, baru 40 juta yang familiar dengan penggunaan e-commerce, 67 juta yang belum familiar dengan e-commerce mayoritas tinggal di desa-desa.
Dari sisi pemerintah sebagai regulator sebenarnya telah muncul usaha untuk menjadikan momentum ulang kebangkitan ekonomi desa di tengah pandemi ini.
Arahan Presiden Jokowi dalam Rapat Terbatas Percepatan Pemulihan Ekonomi Desa, bahwa pandemi ini harus menjadi momentum untuk menginstal ulang, melakukan reformasi dan transformasi ekonomi desa.
Secara umum ada tiga arahan presiden: Pertama, untuk melakukan sinkronisasi program, peningkatan partisipasi dan kreasi masyarakat dalam memajukan sektor-sektor unggulan desa dan peningkatan daya ungkit dengan masuk ke supply chain yang lebih luas serta upskilling dan naik kelas.
Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Transmigrasi (Kemendes PDTT) sendiri sebagai kementerian yang berwenang mengurusi kawasan pedesaan telah mengeluarkan Permendes No 13/2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Berbasis SDGs Desa.
SDGs Desa ini sendiri terdiri dari 18 indikator yang merupakan pengembangan dari Indikator Pembangunan Berkelanjutan yang telah digunakan secara global. Harapannya dengan menggunakan indikator-indikator ini pemanfaatan Dana Desa akan lebih terukur.
Penerbitan Permendes ini sendiri dilakukan untuk menjawab kritik penggunaan Dana Desa yang belum tepat sasaran dan disinyalir menguntungkan elit-elit desa. Sehingga dengan adanya peraturan baru ini dapat mengurangi komposisi desa tertinggal. Menurut survei BPS, masih ada 13.232 desa tertinggal (17,96%).
Sementara komposisi desa berkembang sebesar 54.879 (74,49%) dan desa mandiri sebesar 5.559 (7,55%).
Pada tahun 2021 ini, Kemendes PDTT memprioritaskan Dana Desa dapat disasar pada tiga prioritas utama yaitu:
Pertama, Penggunaan Dana Desa untuk pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan desa, utamanya untuk pembentukan, pengembangan dan revitalisasi Bumdes, listrik desa dan usaha ekonomi produktif.
Kedua, Penggunaan Dana Desa untuk program prioritas nasional sesuai kewenangan dana desa untuk pencapaian SDGs Desa yaitu pengembangan teknologi informasi, desa wisata, pencegahan stunting, ketahanan pangan dan desa inklusif.
Arahan regulator dari tingkat presiden dan petunjuk-petunjuk teknis Kemendes PDTT ini perlu didukung agar usaha kebangkitan ekonomi desa dapat terjadi di tengah tekanan pandemi ini.
Mengingat sampai saat ini saja, ada 47.288 desa yang telah memiliki Bumdes, 39,141 sudah terdaftar di Aplikasi Registrasi Online Kemendes dan sudah selesai dilakukan validasi untuk 18.195 Bumdes dengan kategori 4.651 Bumdes Maju, 9.682 Berkembang dan 3.861 Pemula.
Merujuk pada kondisi dan tantangan di atas, maka perlu ada peta jalan untuk transformasi ekonomi digital di desa-desa, salah satunya lewat penguatan kuasa data, literasi digital dan menerjemahkan ulang gotong royong sebagai bentuk kolaborasi antar desa di era digital.
Oleh karena itu, ribuan bumdes-bumdes sepakat untuk kolaborasi digital dengan diawali dari Webinar“Kuasa Data dan Gotong Royong di Era Digital” pada Kamis, 20 Mei 2021 dengan menghadirkan beberapa pemateri:
1. Kapusdatin Kementerian Desa PDTT, Ivanovich Agusta sebagai perwakilan pemerintah yang menguasai dan memegang big data ribuan desa-desa di seluruh Indonesia.
2. Founder Inisiator 4.0, Budiman Sudjatmiko yang menjadi inisiator dari gerakan-gerakan digital membangun pusat-pusat teknologi baru di pedesaan.
3. Founder Bumdes.id dan Sekjend Forum Bumdes se-Indonesia, Rudy Suryanto, S.E., M.Acc, CFA yang telah berpengalaman mendampingi ribuan bumdes agar berkembang lebih mandiri.
Menurut Rudy. pembuatan jembatan digital yang diberi nama Bumdesgo ini diharapkan bukan membuat kita menjadi mesin, akan tetapi memindahkan interaksi kita dari dunia nyata ke dalam duniamaya.
Prinsip-prinsip interaksi dunia maya ini juga sama, yaitu tidak akan ada transaksi tanpa adanya kepercayaan. Tidak ada kepercayaan tanpa saling kenal dan keterbukaan, sehingga Bumdesgo sebagai jembatan digital bermaksud untuk mendorong terjadinya saling kenal, saling hubung, dan saling bekerjasama untuk bumdes-bumdes di seluruh Indonesia.
Bumdesgo akan menjadi etalase digital yang menghadirkan informasi potensi data bumdes dan desa seluruh Indonesia, menjadi platform interaksi baru antar bumdes.
Penyajian berita dan informasi ini akan dilakukan oleh pegiat-pegiat bumdes seluruh Indonesia kemudian informasi yang telah dimasukkan akan dikurasi dan ditata sehingga mendorong interaksi baru. Termasuk dengan menyajikan indikator ranking Bumdes 1000 sebagai usaha mendorong kompetisi positif antara bumdes dalam menyajikan informasi sebanyak-banyaknya. (zal)