“Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah”
Sucipto, pemilik usaha “Istana Sirsak” di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, kini bisa meraup omzet hingga Rp50 juta per bulan dengan bisnis buah sirsak yang dibekukan.
“Awalnya saya sedih melihat buah sirsak ini tidak dimanfaatkan maksimal. Lalu saya survei pasar, ternyata ada sirsak yang sudah masak lalu dibuang karena masyarakat tidak bisa mengolah. Sayang sekali, karena sangat bermanfaat untuk kesehatan. Lalu terpikir bagaimana memanfaatkannya,” kata Sucipto saat menerima kunjungan Bupati Ipuk Fiestiandani di tempat usahanya, Selasa.
Ia menceritakan tergerak untuk memperpanjang usia buah sirsak, yakni dengan cara dibekukan. Dengan bermodal Rp150 ribu, Sucipto bertekad memulai usahanya.
“Sejak 2014 merintis, dua tahun usaha saya kembang kempis. Alhamdulillah, tahun 2016 mulai banyak peminatnya, bahkan saya sampai kewalahan memenuhi permintaan,” tuturnya.
Sirsak beku produksi Sucipto ini telah dipasok ke sejumlah pabrik dan restoran di berbagai kota, seperti Jakarta, Banjarmasin, Bali, Surabaya, dan Mataram.
“Permintaan untuk Jakarta dan Banjar saja mencapai 1,5 ton per minggu. Itu pun hanya bisa kami penuhi 1 ton karena bahan bakunya terbatas,” katanya.
Setiap hari Sucipto bisa memproses sekitar 3 kuintal sirsak matang menjadi 1,5 kuintal sirsak kupas beku. Dalam menjalankan usahanya, dia dibantu 13 orang karyawan.
“Bahan bakunya saya ambil hanya dari Banyuwangi. Kalau memang stok di sini menipis, saya baru mengambil dari luar daerah. Itu pun jarang, karena pelanggan lebih suka sirsak Banyuwangi. Selain rasanya lebih segar, warna daging buahnya juga lebih putih,” katanya.
Mendengar hal itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas meminta Dinas Pertanian untuk mendampingi warga guna peningkatan produktivitas sirsak.
“Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah. Komoditas yang tidak sempat terjual bisa dibekukan, jadi tidak membusuk percuma. Jadi, usaha ini harus kita dukung,” tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setyawan menambahkan untuk membantu ketersediaan sirsak dan markisa, pihaknya akan mengadakan sekolah lapang untuk petani.
“Kami harap petani bisa membudidayakan kedua komoditas tersebut dengan teknik yang tepat, sehingga bisa mendukung ketersediaan sirsak dan markisa di Banyuwangi. Selain pelatihan, kami juga akan berikan bantuan bibitnya,” katanya. (ant)
“Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah”
Sucipto, pemilik usaha “Istana Sirsak” di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, kini bisa meraup omzet hingga Rp50 juta per bulan dengan bisnis buah sirsak yang dibekukan.
“Awalnya saya sedih melihat buah sirsak ini tidak dimanfaatkan maksimal. Lalu saya survei pasar, ternyata ada sirsak yang sudah masak lalu dibuang karena masyarakat tidak bisa mengolah. Sayang sekali, karena sangat bermanfaat untuk kesehatan. Lalu terpikir bagaimana memanfaatkannya,” kata Sucipto saat menerima kunjungan Bupati Ipuk Fiestiandani di tempat usahanya, Selasa.
Ia menceritakan tergerak untuk memperpanjang usia buah sirsak, yakni dengan cara dibekukan. Dengan bermodal Rp150 ribu, Sucipto bertekad memulai usahanya.
“Sejak 2014 merintis, dua tahun usaha saya kembang kempis. Alhamdulillah, tahun 2016 mulai banyak peminatnya, bahkan saya sampai kewalahan memenuhi permintaan,” tuturnya.
Sirsak beku produksi Sucipto ini telah dipasok ke sejumlah pabrik dan restoran di berbagai kota, seperti Jakarta, Banjarmasin, Bali, Surabaya, dan Mataram.
“Permintaan untuk Jakarta dan Banjar saja mencapai 1,5 ton per minggu. Itu pun hanya bisa kami penuhi 1 ton karena bahan bakunya terbatas,” katanya.
Setiap hari Sucipto bisa memproses sekitar 3 kuintal sirsak matang menjadi 1,5 kuintal sirsak kupas beku. Dalam menjalankan usahanya, dia dibantu 13 orang karyawan.
“Bahan bakunya saya ambil hanya dari Banyuwangi. Kalau memang stok di sini menipis, saya baru mengambil dari luar daerah. Itu pun jarang, karena pelanggan lebih suka sirsak Banyuwangi. Selain rasanya lebih segar, warna daging buahnya juga lebih putih,” katanya.
Mendengar hal itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas meminta Dinas Pertanian untuk mendampingi warga guna peningkatan produktivitas sirsak.
“Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah. Komoditas yang tidak sempat terjual bisa dibekukan, jadi tidak membusuk percuma. Jadi, usaha ini harus kita dukung,” tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setyawan menambahkan untuk membantu ketersediaan sirsak dan markisa, pihaknya akan mengadakan sekolah lapang untuk petani.
“Kami harap petani bisa membudidayakan kedua komoditas tersebut dengan teknik yang tepat, sehingga bisa mendukung ketersediaan sirsak dan markisa di Banyuwangi. Selain pelatihan, kami juga akan berikan bantuan bibitnya,” katanya. (ant)
“Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah”
Sucipto, pemilik usaha “Istana Sirsak” di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, kini bisa meraup omzet hingga Rp50 juta per bulan dengan bisnis buah sirsak yang dibekukan.
“Awalnya saya sedih melihat buah sirsak ini tidak dimanfaatkan maksimal. Lalu saya survei pasar, ternyata ada sirsak yang sudah masak lalu dibuang karena masyarakat tidak bisa mengolah. Sayang sekali, karena sangat bermanfaat untuk kesehatan. Lalu terpikir bagaimana memanfaatkannya,” kata Sucipto saat menerima kunjungan Bupati Ipuk Fiestiandani di tempat usahanya, Selasa.
Ia menceritakan tergerak untuk memperpanjang usia buah sirsak, yakni dengan cara dibekukan. Dengan bermodal Rp150 ribu, Sucipto bertekad memulai usahanya.
“Sejak 2014 merintis, dua tahun usaha saya kembang kempis. Alhamdulillah, tahun 2016 mulai banyak peminatnya, bahkan saya sampai kewalahan memenuhi permintaan,” tuturnya.
Sirsak beku produksi Sucipto ini telah dipasok ke sejumlah pabrik dan restoran di berbagai kota, seperti Jakarta, Banjarmasin, Bali, Surabaya, dan Mataram.
“Permintaan untuk Jakarta dan Banjar saja mencapai 1,5 ton per minggu. Itu pun hanya bisa kami penuhi 1 ton karena bahan bakunya terbatas,” katanya.
Setiap hari Sucipto bisa memproses sekitar 3 kuintal sirsak matang menjadi 1,5 kuintal sirsak kupas beku. Dalam menjalankan usahanya, dia dibantu 13 orang karyawan.
“Bahan bakunya saya ambil hanya dari Banyuwangi. Kalau memang stok di sini menipis, saya baru mengambil dari luar daerah. Itu pun jarang, karena pelanggan lebih suka sirsak Banyuwangi. Selain rasanya lebih segar, warna daging buahnya juga lebih putih,” katanya.
Mendengar hal itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas meminta Dinas Pertanian untuk mendampingi warga guna peningkatan produktivitas sirsak.
“Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah. Komoditas yang tidak sempat terjual bisa dibekukan, jadi tidak membusuk percuma. Jadi, usaha ini harus kita dukung,” tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setyawan menambahkan untuk membantu ketersediaan sirsak dan markisa, pihaknya akan mengadakan sekolah lapang untuk petani.
“Kami harap petani bisa membudidayakan kedua komoditas tersebut dengan teknik yang tepat, sehingga bisa mendukung ketersediaan sirsak dan markisa di Banyuwangi. Selain pelatihan, kami juga akan berikan bantuan bibitnya,” katanya. (ant)
“Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah”
Sucipto, pemilik usaha “Istana Sirsak” di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, kini bisa meraup omzet hingga Rp50 juta per bulan dengan bisnis buah sirsak yang dibekukan.
“Awalnya saya sedih melihat buah sirsak ini tidak dimanfaatkan maksimal. Lalu saya survei pasar, ternyata ada sirsak yang sudah masak lalu dibuang karena masyarakat tidak bisa mengolah. Sayang sekali, karena sangat bermanfaat untuk kesehatan. Lalu terpikir bagaimana memanfaatkannya,” kata Sucipto saat menerima kunjungan Bupati Ipuk Fiestiandani di tempat usahanya, Selasa.
Ia menceritakan tergerak untuk memperpanjang usia buah sirsak, yakni dengan cara dibekukan. Dengan bermodal Rp150 ribu, Sucipto bertekad memulai usahanya.
“Sejak 2014 merintis, dua tahun usaha saya kembang kempis. Alhamdulillah, tahun 2016 mulai banyak peminatnya, bahkan saya sampai kewalahan memenuhi permintaan,” tuturnya.
Sirsak beku produksi Sucipto ini telah dipasok ke sejumlah pabrik dan restoran di berbagai kota, seperti Jakarta, Banjarmasin, Bali, Surabaya, dan Mataram.
“Permintaan untuk Jakarta dan Banjar saja mencapai 1,5 ton per minggu. Itu pun hanya bisa kami penuhi 1 ton karena bahan bakunya terbatas,” katanya.
Setiap hari Sucipto bisa memproses sekitar 3 kuintal sirsak matang menjadi 1,5 kuintal sirsak kupas beku. Dalam menjalankan usahanya, dia dibantu 13 orang karyawan.
“Bahan bakunya saya ambil hanya dari Banyuwangi. Kalau memang stok di sini menipis, saya baru mengambil dari luar daerah. Itu pun jarang, karena pelanggan lebih suka sirsak Banyuwangi. Selain rasanya lebih segar, warna daging buahnya juga lebih putih,” katanya.
Mendengar hal itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas meminta Dinas Pertanian untuk mendampingi warga guna peningkatan produktivitas sirsak.
“Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah. Komoditas yang tidak sempat terjual bisa dibekukan, jadi tidak membusuk percuma. Jadi, usaha ini harus kita dukung,” tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setyawan menambahkan untuk membantu ketersediaan sirsak dan markisa, pihaknya akan mengadakan sekolah lapang untuk petani.
“Kami harap petani bisa membudidayakan kedua komoditas tersebut dengan teknik yang tepat, sehingga bisa mendukung ketersediaan sirsak dan markisa di Banyuwangi. Selain pelatihan, kami juga akan berikan bantuan bibitnya,” katanya. (ant)