Mendekatlah Kepada-Nya
Sobat. Baiknya hati adalah dengan takwa, tawakal kepada Allah SWT, tauhid kepada-Nya serta ikhlas dalam amal, sedangkan rusaknya hati adalah dengan tidak adanya itu. Hati adalah burung di dalam sangkar bangunan, seperti mutiara di dalam bejana kecil, seperti harta di dalam lemari. Yang dipertimbangkan adalah burungnya, bukan sangkarnya, mutiaranya bukan bejana kecilnya, dan hartanya bukan lemarinya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Fajr (89) : 27-28 :
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ (٢٧)- (٢٨)
“(Hai jiwa yang tenang) atau yang aman, dimaksud adalah jiwa yang beriman. (Kembalilah kepada Rabbmu) perkataan ini diucapkan kepadanya sewaktu ia menjelang mati; yakni kembalilah kamu kepada perintah dan kehendak-Nya (dengan hati yang puas) akan pahala yang kamu terima (lagi diridai) di sisi Allah maksudnya, semua amal perbuatanmu diridai di sisi-Nya. Jiwa yang beriman itu merasa puas dan diridai; kedudukan kedua lafal ini menjadi kata keterangan keadaan; kemudian dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti.”
Sobat. Dalam ayat-ayat ini, Allah memanggil jiwa yang tenang dan damai ketika diwafatkan, yaitu jiwa yang suci karena iman dan amal saleh yang dikerjakannya, sehingga memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepadanya. Jiwa itu diminta Allah untuk pulang memenuhi panggilan-Nya dengan menghadap kepada-Nya kembali dengan perasaan puas dan senang karena telah memenuhi perintah-perintah-Nya waktu hidup di dunia. Allah juga puas dan senang kepadanya karena sudah menjalankan perintah-perintah-Nya. Setelah datang kepada-Nya, jiwa itu dipersilakan Allah masuk ke dalam kelompok hamba-hamba-Nya, yaitu ke dalam surga-Nya.
Sobat. Allah mengingatkan kita dengan firman-Nya QS. Al-Baqarah ayat 152:
فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ (١٥٢)
“(Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku) yakni dengan salat, tasbih dan lain-lain (niscaya Aku ingat pula kepadamu). Ada yang mengatakan maksudnya niscaya Aku balas amalmu itu. Dalam sebuah hadis qudsi diketengahkan firman Allah, “Barang siapa yang mengingat-Ku dalam dirinya niscaya Aku akan ingat dia dalam diri-Ku dan barang siapa mengingat-Ku di hadapan khalayak ramai, maka Aku akan mengingatnya di hadapan khalayak yang lebih baik!” (Dan bersyukurlah kepada-Ku) atas nikmat-Ku dengan jalan taat kepada-Ku (dan janganlah kamu mengingkari-Ku) dengan jalan berbuat maksiat dan durhaka kepada-Ku.”
Sobat. Maka dengan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum Muslimin, hendaklah mereka selalu ingat kepada-Nya, baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan tahmid (membaca al-hamdulillah), tasbih (membaca Subhanallah), dan membaca Al-Qur’an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan dan keesaan-Nya.
Apabila mereka selalu mengingat Allah, Dia pun akan selalu mengingat mereka pula. hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya dengan jalan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan dengan jalan memuji serta bertasbih dan mengakui kebaikan-Nya. Di samping itu, janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah ditentukan-Nya.
“Celakalah engkau, lisanmu muslim tetapi hatimu tidak, perkataanmu muslim tetapi perbuatanmu tidak. Engkau muslim dalam keramaian tetapi tidak dalam kesendirian. Tidakkah engkau tahu bahwa bila kau lakukan sholat, puasa dan semua amalan kebaikan tidak menginginkan ridha Allah SWT, engkau adalah orang munafik yang jauh dari Allah SWT. Bertaubatlah sekarang kepada Allah SWT atas segala perkataan, perbuatan, serta tujuanmu yang rendah.” Demikian pesan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
( Dr Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Santripreneur dan Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Ketua Dewan Pembina PP Kayyisul Ummah. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )