MEMBOYONG rutinitas pondok ke rumah mejadi sebuah tantangan berat tapi mengasyikkan. Ada beragam keseruan yang pasti akan dialami dalam liburan santri Elkayyis.
Selama dua minggu masa libur dari Pondok Modern Kayyisul Ummah, tempat saya nyantri, ada saja godaan iblis. Pesan pimpinan pondok KH Mohammad Asrori yang biasa dipanggil Abuya tidak bisa saya laksanakan sepenuhnya.
Saya hanya bisa melaksanakan amalan harian di pondok 75 persen saja. Selebihnya, saya pergunakan untuk silaturahmi ke rumah keluarga orang tua.
Karena ini kali pertama Elkayyis liburan –setelah enam bulan terpisah dari orang tua –, yang membuat liburan ini menjadi momen yang tak akan terlupakan.
Ada beberapa tantangan yang harus dijalani pada waktu liburan. Di antaranya menjaga seluruh hafalan yang telah dimutqinkan. Ataupun mengamalkan apa yang telah dipelajari selama ini di pondok.
Dan, para santri juga harus membawa kebiasaan baik pondok seperti: melaksanakan sholat di awal waktu, tahajud dan selalu menjalankan hal-hal yang positif, menjadi panutan bagi orang-orang di sekitarnya.
Pesan Abuya, para santri saat di rumah harus bisa menjaga nama baik pondok. Sebab, menurut beliau, kebanyakan orang itu melihat dari sisi luarnya (perbuatan) saja, sedangkan dari dalamnya (sifat) jarang.
Maka dari itu para santri dimohon untuk berperilaku dengan baik di tengah masyarakat. Seperti halnya pada saat berada di pondok.
Dan selaku penulis, saya ingin menyampaikan sesuatu yang menyenangkan pada saat liburan. Yaitu, pada saat saya ingin pulang untuk menikmati liburan selama dua minggu tersebut.
Saya sedang memikirkan sesuatu hal yang masih belum terpecahkan dalam pikiran. Yaitu , untuk pulang ke rumah pada saat malam hari pertama liburan atau paginya saat hari kedua liburan.
Akhirnya saya pun memutuskan untuk pulang ke rumah pada malam harinya, karena telah dilanda rindu yang sangat berat pada keluarga tercinta.
Padahal saya telah berpengalaman nyantri di pondok pesantren, dan pastinya mengetahui bagaimana dilanda rindu yang sangat berat tersebut.
Tetapi waktu itu diriku seakan-akan seperti santri baru yang pertama kali terpisah dari orangtua, yang menginginkan segera merasakan kehangatan pelukan dari keluarga.
Teringat motivasi pertama ingin berjuang di Pondok Pesantren untuk belajar dan memperbanyak ilmu , agar kelak disaat telah dewasa dapat mengamalkan ilmu dan bermanfaat bagi orang lain.
Dan, dapat membawa keluarga ke dalam surga kelak di akhirat, juga agar dapat menolong orang-orang yang telah memberiku satu ilmu saja pada saat di dunia.
Menjadi ulama ukhrowi dan pengusaha yang sukses. Yang menjadi salah satu keinginan terbesarku.
Akhirnya sesaat sampai di rumah, saya pun langsung menghadap ibunda dan bersimpuh kepadanya.
Karena apa?
Karena ibunda akhirnya saya mendapatkan nilai yang “MUMTAZ”, dan tak lupa juga doanya yang membuat keberhasilan ini bisa tercapai.
Setelah itu, saya menceritakan bagaimana aktivitas saat masih berada di Pondok Pesantren, dan apa perubahan yang terjadi dalam diri saya.
Selang beberapa hari, saya pun pergi ke rumah kakek yang berada di desa, yang letaknya di Desa, Genukwatu Kecamatan, Ngoro Kabupaten, Jombang, Jawa timur
Saat berada di sana saya merasa sangat senang, akhirnya setelah sekian lama tidak bertemu kakek. Pada waktu itu adalah yang paling berharga dalam hidupku.
Walaupun hanya sebentar,karena waktu itu seharusnya untuk menjenguk mertua pamanku yang sedang sakit.
Dan, selang beberapa hari yang telah berlalu begitu saja, tetapi aku hanya stay at home untuk menjalani liburan ini.
Aku tetap melakukan aktivitas pondok seperti biasanya, walau terkadang juga bermain ponsel milik adik dan bersenda gurau bersama keluarga.
Dan saya mengambil hikmah dari salah satu kisahku di saat berkumpul bersama teman-teman. Ada seorang temanku yang sangat penasaran sekali tentang Bahasa Arab.
Saat saya mengajarkannya dia mendengarkan dengan khyusu’,karena dia ingin mengerti tentang Bahasa Arab.
Memang generasi muda hari ini jauh sekali dari Bahasa Arab, padahal bahasa arab adalah bahasa al Qur’an. Bisa dibayangkan bagaimana kualitas generasi muda hari ini.
Miris, maka aku sarankan kepada teman-temanku untuk rajin mengkaji islam. Dengan mendengarkan ceramah-ceramah islami dari para ustad-ustad yang sholih, termasuk kepada Ustad Abdul Somad, Ustad Adi Hidayat, Ustad Felix Siauw, dll.
Dengan memanfaatkan teknologi sekarang yang memudahkan kita untuk dapat mengkaji ilmu dari jarak yang sangat jauh, dan dapat menambah wawasan yang sangat luas dari berbagai tempat di dunia.
Sehingga generasi sekarang yang sangat jauh dari islam bisa memahami agama islam yang sesungguhnya dan bangga menjadi seorang muslim.
Karena islam bukan sekedar agama tapi juga mengatur tata cara hidup yang benar. untuk mengetahui mana yang baik dan buruk, benar dan salah itu membutuhkan sebuah ilmu.
Maka inilah PR (pekerjaan rumah) untukku agar dapat mengubah generasi sekarang dan berikutnya menjadi lebih baik. Karena sekarang ini para ulama mukhlis (orang yang terus berjuang agar bisa ikhlas ) yang berjuang hanya untuk mencari ridho Alloh semakin sedikit.
Banyak yang telah dipanggil oleh sang pencipta karena telah menjalankan tugasnya, untuk ber-amar ma’ruf (menyuruh yang baik) dan ber-nahi mungkar (melarang berbuat jahat).
Tetapi, di balik itu juga banyak ulama su’ ( ahli ilmu atau ilmuwan yang buruk dan jahat) yang membawa kepada jalan kesesatan, yang hanya memikirkan dunia semata.
Maka ku bercita-cita untuk menjadi seorang ulama ukhrowi yang dapat membawa mereka menuju jalan yang benar, yang hanya mencari ridho allah swt semata.
Maka sampai sini saja cerita saya, padahal masih banyak lagi hal yang menarik. Tetapi Insyaallah akan saya tulis lagi ditulisan berikutnya.
@bang_fach (Santri Pondok Modern Kayyisul Ummah, Mojokerto)