Goreskan Tinta Emas Sejarah hidupmu !
Sobat. Buatlah sejarahmu! Manusia ada dua. Pertama, manusia yang membuat kisah pribadinya. Kedua, manusia yang mencetak sejarah. Tujuan manusia pribadi adalah kepuasan dirinya sendiri. Tujuan manusia sejarah adalah melayani seluruh umat manusia.
Sobat. Kita semua memiliki kemampuan yang mengagumkan untuk merenda mimpi, merajut cita-cita, dan menyusun rencana. Namun semua kemampuan itu tidak pernah lebih kuat daripada kemampuan kita untuk menunda. Maka setelah visi, kita memang seharusnya bergairah mewujudkan Visi hidup kita.
Sobat. Mari kita mengukur apakah kita bergairah? Misalnya dengan hadits Rasulullah berikut : “ Wanita dinikahi karena empat hal; sebab kecantikannya, karena kedudukannya, karena hartanya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama agar barokah kedua tanganmu.” ( HR. Muslim ).
Sobat. Penggalan awal hadits ini merupakan pemaparan kondisi umum yang pernah terjadi, dan karakter beberapa kaum sebelumnya oleh Rasulullah. Baru kemudian, penggalan keduanya memerintahkan dasar pilihan.
Sobat. Pelajaran yang menarik bisa kita ambil dari seorang budak yang namanya Mubarak. Suatu saat ketika diminta mencarikan delima yang manis oleh tuannya dari kebun yang dijaganya, ia gagal berkali-kali. Sang majikan tak berkenan. “ Lagi-lagi masam! Tak bisakah kau membedakan yang manis dan yang masam padahal sudah berbulan-bulan kau jaga kebunku?” Jawab Mubarak, “ Tidak.” Mengapa Tidak “ tanya Majikannya. “ Karena saya hanya diperintahkan menjaga, bukan mencicipinya Tuan.”
Sobat. Kekaguman sang majikan membuncah. Alangkah jujur dan polosnya ! Alangkah mulianya! Pertanyaan sang majikan lalu menyangkut ikhwal putrinya yang dilamar banyak pemuda. “ Wahai Mubarak, menurutmu siapakah yang pantas menikahi putriku ini ?”
Mubarak menjawab, “ Dahulu, orang jahiliah menikahkan putrinya atas dasar keturunan. Orang yahudi menikahkan atas dasar harta. Dan orang nasrani menikahkan atas dasar eloknya paras. Sudah layaknya seorang mukmin hanya menikahkan atas dasar agama.”
Jawaban ini membuat Mubarak lah yang dipilih untuk menjadi menantunya. Kelak dari penikahan ini lahirlah seorang ‘Alim agung yang menjadi permata zaman , mujahid gigih yang zuhud dan dermawan beliau adalah Abdullah ibn al-Mubarak.
Sobat untuk menjadi besar, merintis kerja dan prestasi besar, perlu di bangun persepsi yang benar tentang kebesaran, jiwa optimis, berfikir positif, kreatif dan solutif. Inilah yang menginspirasi kebesaran orang-orang besar. Cukup dengan sentilan ringan, mereka tergugah untuk membangun kebesaran.
Sobat. Lebah adalah inspirasi sejarah. Rasulullah Saw bersabda, “ Demi zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin ialah seperti perumpamaan seekor lebah. Ia memakan yang baik dan menghasilkan yang baik. Ia hinggap namun tidak membuat patah dan tidak pula membuat rusak.” ( HR Ahmad )
Sobat. Seekor lebah menurut Muhammad Imarah dalam al-kitabah fi Maukibid Dakwah, akan mengisap sejuta bunga untuk memberikan kepada kita seratus gram madu. Ingatlah sobat. Lebah menyeleksi sejuta bunga untuk memberikan seratus gram madu. Ingatlah pula, Imam Bukhari yang menyeleksi 600 ribu hadits untuk menghasilkan 4 ribu hadits shahih. Beliau menyusun kitab Al-Jami’ush Shahih melakukan hal ini dengan sangat hati-hati, “ Aku tidak menulis satu hadits pun dalam kitab shahih ini, melainkan sebelum itu aku mandi / wudhu dan sholat dua rokaat.” Kata Imam Bukhari.
Sobat. Yahya ibnu Yahya ia datang dari andalusia negeri spanyol, ia pergi berguru dan menuntut ilmu ke Madinah. Bayangkan betapa jauhnya sekarang apalagi saat itu, jauhnya jarak dengan keterbatasan alat transportasi, kalau hati sudah berkehendak semua akan terasa enak. Untuk sebuah cita-cita besar berguru kepada Imam besar saat Imam Malik ra, semua itu bukan masalah, justru tantangan yang menarik.
Hari-hari dilalui Yahya Ibnu Yahya menimba ilmu dengan penuh semangat dan menu yang paling bermutu adalah belajar dengan penuh kesungguhan dari Sang Guru Imam Malik ra, ia belajar menjadi diri sendiri.
Hingga datang suatu hari, saat ia tengah berada di majelis ilmu bersama murid-murid yang lain, tiba –tiba datang serombongan orang entah dari mana, yang menarik mereka naik gajah. Heboh! Sehingga semua murid-murid yang belajar berduyun-duyun dan berhamburan keluar melihat kejadian tersebut. Ruang kelas pun kosong melompong kecuali tinggal satu orang murid yakni Yahya Ibnu Yahya.
Melihat hal itu, Imam Malik mendekat dan bertanya padanya, “ Mengapa engkau tidak keluar juga untuk melihat serombongan gajah?” Yahya Ibnu Yahya menjawab, “ Saya datang jauh-jauh dari Andalusia untuk menuntut ilmu, bukan untuk melihat gajah!” Imam Malik kagum dengan keteguhan muridnya sehingga beliau menyematkan gelar ‘Aqilu Andalus padanya yang artinya gelar untuk orang berakal dari Andalusia. Lelaki yang datang untuk belajar. Lelaki besar yang datang membawa prinsipnya sendiri. Gajah ternyata bisa membuat sejarah. Yahya ibnu Yahya menjadi orang besar karena tidak bergeser dari prinsip dasar. Dari Yahya kita bisa belajar.
Sobat. berbahagialah, kita pun bisa menyajikan karya besar. Mulailah, perhatikan hal-hal sederhana untuk meraih kebesaran hidup. Itulah obsesi kerja besar kita. Memilah lalu memilih. Mendengar lalu menyeleksi laksana lebah tadi. Innaa akramakum ‘indallahi atqaakum. Adapun penghargaan terbesar akan kita dapatkan ketika Allah ridha terhadap apa yang kita lakukan.
( Spiritual Motivator – DR.N.Faqih Syarif H,M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Sekretaris Komnas Pendidikan Jawa Timur. Majelis Kyai PP Al-Ihsan Baron Ngajuk. Dewan Pembina PP Al-Amri Leces Probolinggo Jawa Timur )