Bangga Indonesia, Surabaya – Perbedaan Amatir dengan Profesional?
Banyak orang yang mengatakan bahwa dirinya profesional. Bahkan ada yang merendah, lha saya cuma amatiran kok. Kasus seperti itu sering kita temui dalam dunia pekerjaan.
Pasti masih banyak yang bertanya, apa perbedaan yang paling mencolok dari kedua tipe pekerja tersebut.
Oke saya jelaskan.
Disclaimer ya, saya juga seseorang yang belum bisa dianggap professional banget atau amatiran banget. Yang jelas saya cuma punya komitmen terhadap pekerjaan. Selalu punya pemikiran bahwa apa yang dimulai harus selesai. Tanggung jawab, itu saja dulu kalau saya.
Sebagai seorang yang pernah menjajal berbagai profesi dan bagian di dunia media dan jurnalisme. Mungkin, saya sudah bisa menilai seseorang yang bisa dianggap professional dan amatiran. Saya juga tidak mengelak dalam membangun perusahaan kadang kita butuh dua tipe orang ini.
Saya ambil contoh saja ketika saya membangun perusahaan production house. Semua orang tahu kalau itu perusahaan yang bergerak dibidang creative movement. Bekerja secara dinamis. Berubah terus sesuai adanya klien. Permintaan klien. Harus bisa memuaskan keinginan klien.
Kebanyakan project yang saya hadapi adalah project untuk membuat liputan sebuah event baik dalam bentuk foto atau audio visual. Tentunya harus menarik dong.
Nah, kadangkala saya menggunakan dua tipe orang ini secara beriringan untuk menghadapi klien. Kenapa begitu? Begini alasannya.
Saya jelaskan mulai alasan saya memakai orang professional dulu. Seorang yang sudah anggap professional sebenarnya indikatornya satu, yaitu bisa memetakan keinginan klien dalam bentuk perencanaan dan mampu mempresentasikan. Minimal kalau ngajak bicara klien itu imajinasi tentang hasil yang akan dia dapat sudah ada.
Selain itu, seorang yang professional juga siap menghadapi situasi kondisi yang bermacam – macam. Apalagi saat di lapangan. Dia sudah punya bayangan juga bahwa akan terjadi hal A sampai Z. Tujuannya satu, hasil pekerjaan harus sesuai dengan apa yang dipresentasikan. Kalau bisa harus lebih bagus.
Lalu bagaimana dengan orang amatir?
Saya tetap pakai. Identik amatir adalah orang yang baru mulai. Meski amatir, saya selalu menghargai orang yang baru mulai bekerja. Saya suka bekerja dengan orang amatir karena effort atau etos kerja nya tinggi. Keingintahuan dia sangat tinggi.
Mungkin satu kata yang menggambarkan yaitu energik. Itu yang saya suka dari orang yang masih suka menyebut dia amatir.
Kesimpulannya saya selalu menggabungkan dua tipe pekerja ini karena ada plus dan minusnya. Menurut saya, Seorang yang professional pasti bergerak dari seorang amatir. Semntara seorang amatir kalau mau berusaha keras akan ada saatnya dia naik kelas menjadi seorang profesional.
Di Pesantren Ummul Quro’ Seloleman Trawas Mojokerto, saya diberi kesempatan mengajar tentang broadcasting. Saya akan memberikan pengetahuan tetang produksi media atau konten. InsyaAllah, luaran santri Pesantren Ummul Quro’ Seloleman Trawas Mojokerto akan menjadi professional di bidang media.
Yuk Daftarkan Putra dan Saudara Anda ke Pesantren TEJ – Tahfidz, Entrepreneur dan Jurnalistik Ummul Quro, Seloliman Trawas . Kuota hanya 20 Santri hub kami di wa.me/6281332061392
( Salman Al-Farisi , Pengasuh Broadcasting Pesantren TEJ Ummul Quro, Seloliman Trawas )