Allah itu Lebih Menyayangi hamba-Nya
Allah SWT berfirman dalam QS al-An’am (6) : 155 :
وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ مُبَارَكٞ فَٱتَّبِعُوهُ وَٱتَّقُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ (١٥٥)
Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” ( QS. 6 : 155 ).
Sobat. Ayat ini kembali menerangkan sifat-sifat dan kedudukan Al-Qur’an yang mencakup segala macam petunjuk dan hukum syariat yang dibutuhkan oleh umat manusia seluruhnya dan jin, untuk mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Kitab Taurat yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa penuh berisi ajaran-ajaran syariat dan petunjuk-petunjuk yang hanya dibutuhkan oleh Bani Israil untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, berisi lebih banyak petunjuk dan lebih luas jangkauannya dari Kitab Taurat. Oleh karena itu, ikutilah petunjuknya dan laksanakan semua perintah dan larangan yang ada di dalamnya, agar kamu diberi rahmat, dan kamu diberi hidayah di dunia ini.
Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa Al-Quran disifati dengan Mubarak ( yang dibekati ) karena mengandung banyak kebaikan di dalamnya. Frasa fattabi’uuhu . maknanya adalah I’maluu bimaa fiihi ( amalkanlah semua hal yang terkandung di dalam Al-Quran itu ). Dengan kata lain, karena Al-Quran merupakan sumber keberkahan hidup. Karena itu dengan mengikuti Al-Quran keberkahan hidup bisa dirasakan oleh setiap muslim.
Sekali lagi, hanya dengan ketakwaan kepada Allahlah keberkahan hidup bisa kita raih. Hanya dengan Takwa pula, rahmat Allah SWT bisa kita rasakan. Semua itu tidak lain dibuktikan dengan mengikuti seluruh petunjuk Allah SWT di dalam Al-Quran. Artinya tidak ada ketakwaan tanpa sikap mengikuti Al-Quran.
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan “ Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dari kebuntuan serta mengaruniakan rezeki dari arah yang tidak terduga-duga, yakni dari arah yang tidak terlintas dalam benaknya.”
Sobat. Dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Majah ketika Rasulullah menyebutkan firman Rabbnya, “ Wahai anak Adam! Beribadahlah kepada-Ku sepenuhnya, niscaya akan Kupenuhi hati kalian dengan kekayaan Kupenuhi kedua tangan kalian dengan rizki. Wahai anak Adam, jangan menjauh dari-Ku sehingga akan Kupenuhi hati kalian dengan kefaqiran dan Kupenuhi kedua tangan kalian dengan kesibukan.”
Sobat. Dalam keberkahan, kekayaan menetap tenteram di dalam jiwa, Ialah rasa cukup lagi rela atas apa yang tergenggam oleh tangan meski seadanya. Sebab terilmui, bahwa sekecil apa pun tampaknya, ia berasal dari Dzat Yang Maha Mulia. Bagi hati yang mencinta lagi menjunjung tinggi, siapa Yang Memberi tentu lebih penting dari pemberian-Nya. Inilah karunia bagi Insan yang bertakwa. Sering ia tak terduga jalannya dan tak disangka datangnya, maka nurani jadi kian peka untuk mensyukurinya.
Sobat. Sebalik keadaan, bagi hati yang jauh dari-Nya. Meski bertumpuk yang telah ditimbun dan dikumpulkan, tetap saja ia hanya tampak seperti yang diduga atau bahkan terasa kurang dari perkiraan. Sebab hati telah terbutakan dari kedermawanan Rabbnya, maka sebesar apa pun pemberian terasa sebagai kekurangan. Dan, tangannya kian sibuk, kian terbelenggu untuk mengerjakan ini dan itu, dengan hasil yang senantiasa terasa kurang dari persangkaan. Betapa menyiksa.
Sobat. Ingatlah selalu bahwa Nikmat Allah lebih banyak daripada keluhan kita…..Hidayah-Nya lebih mahal daripada kehilangan kita…..Ampunan-Nya lebih besar daripada dosa kita…..
Salam Dahsyat dan Luar Biasa! Allahu Akbar !
( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan CEO Educoach. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )