Bangga Indonesia, Sidoarjo – Pendidikan merupakan hak dasar setiap anak dan menjadi kunci utama dalam membentuk masa depan bangsa. Namun, kenyataannya masih terdapat jutaan anak di Indonesia yang tidak dapat mengakses pendidikan secara layak. Fenomena ini dikenal dengan istilah “putus sekolah”. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, sekitar 4,16 juta anak Indonesia tidak bersekolah atau putus sekolah. Jumlah ini menunjukkan bahwa meskipun akses pendidikan semakin diperluas, masih banyak hambatan yang harus diatasi.
Penyebab Anak Putus Sekolah
Berbagai faktor menyebabkan anak-anak di Indonesia terpaksa meninggalkan bangku sekolah. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama, di mana keluarga tidak mampu membiayai pendidikan anak. Selain itu, faktor sosial budaya, seperti pernikahan dini dan pandangan bahwa anak perempuan tidak perlu melanjutkan pendidikan, juga berkontribusi terhadap tingginya angka putus sekolah. Di daerah pedesaan, akses terbatas ke fasilitas pendidikan dan transportasi menjadi hambatan signifikan. Dampak pandemi COVID-19 yang menyebabkan gangguan pembelajaran juga memperburuk situasi ini. Beberapa anak bahkan memilih bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, sehingga pendidikan menjadi prioritas kedua.
Solusi untuk Mengatasi Putus Sekolah
Menurunkan angka putus sekolah menuntut keterlibatan aktif dari berbagai pihak melalui pendekatan holistik. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan, terutama di daerah terpencil. Program beasiswa dan bantuan pendidikan dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga. Selain itu, perlu adanya kampanye untuk mengubah pandangan sosial yang membatasi akses pendidikan bagi anak perempuan. Masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat dapat mengadakan program pendidikan nonformal dan mentoring untuk anak-anak yang berisiko putus sekolah.
Selain itu, teknologi juga bisa menjadi solusi. Pembelajaran daring dapat menjangkau anak-anak di lokasi terpencil atau yang memiliki kendala mobilitas. Sekolah dan komunitas lokal dapat memanfaatkan platform digital untuk memberikan materi pendidikan dan bimbingan belajar. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pemanfaatan teknologi dapat menekan angka putus sekolah, sehingga setiap anak di Indonesia bisa menikmati pendidikan layak dan berperan dalam pembangunan bangsa. (FYN)