Semua akan Apple pada waktunya, Part 2
Bangga Indonesia, Sidoarjo. Mungkin tulisan ini akan sedikit memberikan review. Ya, ulasan jujur saya yang merupakan apple fanboy sejak 2015. Tak terasa sudah 5 tahun.
Saya juga masih ingat saya mulai mengenal windows sejak tahun 2005an. Waktu itu saya kelas 5 SD. Kemudian saya mengenal lebih dekat lagi dengan Windows karena tragedi mulai tahun 2007an. Tragedi bercucur keringat karena komputer saya terkena virus dan hampir semua file saya hilang. Seluruhnya. Meski waktu itu hardisk saya cuma 4GB saja.
Oke, kita kembali bicara tentang Apple. Tidak terasa saya juga sekarang masih memakai Produk Apple yang sudah berumur 9 tahun, bahkan menuju 10 tahun. Macbook Pro 13 inch Mid 2011 atau yang biasa disebut MD101.
Semua fungsinya sangat normal. Laptop minimalis ini bisa mendukung kebutuhan pekerjaan saya sehari – hari. Mulai dari editing foto dan video yang ringan bahkan yang agak berat juga masih mampu. Buat ngetik apalagi, sudah tidak usah ditanya. Masih oke semua.
Macbook ini sudah mengalami beberapa perubahan dari segi hardware pendukung. Seperti storage yang sudah berubah dari HDD menjadi SSD. Upgrade RAM yang bawaannya hanya 4GB sudah menjadi 8GB. Masih bisa ditambah lagi sampai 16GB kalau mau. Kalau ada budgetnya juga lho ya.
Oke, saya pertama akan menjelaskan upgrade pertama yang memiliki efek sangat besar. Dari HDD ke SSD. Ya, sangat signifikan karena loadignya sangat cepat. 5x lebih cepat kalau saya rasakan ketika awal upgrade dulu. Mungkin sudah mengalami penurunan seiring umur SSD yang dipakai. Sudah waktunya berganti juga sepertinya, hampir 4 tahun terakhir ini saya memakai dukungan SSD di laptop ini.
Kenapa bisa cepat loadingnya. SSD memiliki sistem transfer yang lebih besar daripada HDD biasa yang memakai optical dalam pembacaan datanya. Saya tidak bisa menjelaskan perbandingan angka kecepatan transfernya. Yang jelas lebih cepat. Lebih SSW (set – set – wet – wet).
Ketika itu saya uprade SSD dengan harga yang lumayan mahal. Saya beli waktu itu 120 Gb saja hampir 1jt-an. Karena keburu pengen tahu besar efek SSD. Padahal waktu itu HDD biasa dengan harga 1jt an dapat yang kapasitas 1 Terabyte. Setelah tahu efeknya, ya terbayarkan. Pas menghidupkan itu, wah sekali experiencenya. Loading boot yang biasanya bisa saya tinggal minum 2 gelas air. Sekarang dibuat menuang air saja sudah selesai. Gila.
Oke yang kedua upgrade RAM. Bawaan macbook ini 4 GB dengan type DDR3 SODIM. Untuk laptop RAM selalu diberi kode SODIM, biar tidak bingung ya. Waktu itu saya seneng – senengnya coba Final Cut Pro. Aplikasi editing video yang paling keren. Paling apple banget lah. Final Cut Pro hanya ada di Apple Produk. OS lain belum punya. Ketika baru 1 tahun pakai aplikasi ini, saya merasa puas. Review Final Cut Pro (FCP) ini akan saya tulis berikutnya. Tapi ketika aplikasi menuntut update, akhirnya terasa. Mulai berat. Upgrade SSD sudah tapi tetap saja. Hanya menambah kecapatan render. Untuk flow editing terasa ngos – ngos an.
Selain itu, ketika peralihan dari Yosemite ke Sierra waktu itu juga banyak yang berubah. Ya mau tidak mau agar laptop ini tetap up to date. Saya putuskan untuk nambah RAM. Akhirnya dengan bangganya, laptop tahun 2011an bisa berjalan lancar dengan software terbaru dan OS terbaru pun ngacir.
Kekurangan laptop ini sebenarnya ada pada bagian resolusi layar. Masih pakai 1280 x 800. Belum HD. Efeknya membuat kita memiliki rasa sempit ketika dibuat kerja aplikasi yang kekinian. Padahal Adobe Family saja, membutuhkan resolusi minimal 1366×768. Alternatif satu – satunya ya kita harus bisa memaksimalkan user interface yang ada. Harus mau rajin menata satu per satu.
Kesimpulannya, saya cukup puas dengan laptop Macbook 2011 ini. Secara masih relevan fungsi dengan umur laptopnya. Entah dulu yang desain laptop ini berfikir sepanjang apa. Menurut saya, apple ini yang tak tergantikan hanya satu. Devicenya awet dan bisa mengikuti jaman. Jaman apapun. (man)
Lanjut part 3