Bangga Indonesia, Jakarta – Direktur Kesehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Ditjen Kesmas Kemenkes), drg. R. Vensya Sitohang mengatakan masyarakat harus senantiasa diingatkan untuk cuci tangan pakai sabun (CPTS), terutama di masa pandemi, agar pada akhirnya berubah jadi kebiasaan.
Selain menjadi upaya menekan angka penularan COVID-19, rutin mencuci tangan pakai sabun sejak sebelum pandemi juga membantu mengurangi penyakit-penyakit seperti diare, penyakit kulit, hepatitis A hingga infeksi saluran pernapasan akut.
“Penyakit-penyakit itu angkanya banyak dan ada terus, ini yang harus jadi dasar mengapa CPTS harus terus berkelanjutan,” kata Vensya dalam peluncuran “Panduan Pemicuan Perubahan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah/Madrasah dan Masyarakat”, Rabu.
Dia menuturkan betapa krusialnya cuci tangan dengan sabun untuk membunuh kuman dalam hal memutus rantai penyebaran suatu penyakit. Tangan yang kotor bila dipakai untuk menyentuh mata, hidung atau mulut bisa memasukkan penyakit ke dalam tubuh. Sebelum pandemi, tangan yang kotor juga bisa menularkan orang lain penyakit ketika dipakai untuk bersalaman saat bertemu.
Dia menjelaskan, pemicuan cuci tangan pakai sabun, atau cara mendorong perubahan perilaku kebersihan dan sanitasi sehingga didasari kesadaran sendiri, harus digiatkan di semua lini sejak anak-anak usia dini hingga orang dewasa.
Pandemi COVID-19 telah mendorong perilaku cuci tangan pakai sabun yang baik sebagai hal terpenting dalam pencegahan penyebaran virus. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kepatuhan masyarakat terhadap pedoman cuci tangan hanya 75,38 persen dari total 90.967 responden. Angka ini menunjukkan bahwa belum seluruh masyarakat menerapkan praktik cuci tangan pakai sabun terutama di tengah pandemi COVID-19.
Untuk itu berbagai stakeholder pemerintah maupun swasta meluncurkan “Panduan Pemicuan Perubahan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah/Madrasah dan Masyarakat” pada Rabu. Panduan itu bertujuan memicu perubahan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) sehingga perilaku CTPS dapat menjadi kebiasaan sehari-hari yang berkelanjutan, terutama dalam situasi pandemik COVID-19.
Tidak hanya ditujukan bagi masyarakat Indonesia secara umum, namun juga secara khusus bagi para pelajar dan warga sekolah. Hal ini penting mengingat sekolah-sekolah di Indonesia telah dan akan dibuka kembali sehingga sekolah membutuhkan panduan yang tepat untuk terus mencegah penyebaran COVID-19.
Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia, menyatakan bahwa untuk mengubah kebiasaan perilaku membutuhkan pemicuan yang terus menerus untuk mendorong keberlanjutan perilaku baru.
“Munculnya pandemik COVID-19 telah menimbulkan kembali kesadaran baru akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun. Walaupun sudah genap satu tahun pandemik, namun belum seluruh masyarakat menerapkan praktik ini dengan baik. Melalui sosialisasi panduan pemicuan ini kami berharap praktik cuci tangan pakai sabun akan semakin baik dan berkelanjutan,” ujar Dini.(Ant)