Bangga Indonesia, New York – Dolar AS merosot ke posisi terendah tiga minggu terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), ketika imbal hasil obligasi pemerintah AS bertahan di bawah level tertinggi baru-baru ini, mengurangi daya tarik relatif mata uang AS.
Dolar telah menguat tahun ini karena imbal hasil obligasi pemerintah naik di tengah ekspektasi pertumbuhan yang lebih cepat dan inflasi lebih tinggi. Namun, perdagangan itu telah berhenti bulan ini, karena imbal hasil stabil di bawah tertinggi satu tahun yang dicapai bulan lalu.
“Seluruh perdagangan pro dolar didasarkan pada kisah imbal hasil dan mengingat fakta bahwa kisah imbal hasil telah mundur dari tertinggi, dolar telah melakukan hal yang hampir sama,” kata Boris Schlossberg, direktur pelaksana strategi valas di BK Asset Management di New York.
“Sampai pasar obligasi mendapatkan keuntungan dari ketakutan inflasi lagi, saya pikir long position dolar masih diserang,” katanya.
Imbal hasil obligasi naik tipis pada Rabu (14/4/2021) tetapi tetap lebih rendah pada minggu ini. Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingannya jatuh ke level 91,57, terendah sejak 18 Maret, dan terakhir di 91,68, turun 0,11 persen.
Euro menguat 0,21 persen menjadi 1,1971 dolar AS. Greenback (dolar AS) melemah 0,13 persen menjadi 108,92 yen Jepang.
“Stabilitas relatif imbal hasil minggu ini telah mendorong aksi ambil untung yang menekan greenback,” Ronald Simpson, direktur pelaksana Global Currency Analysis for Action Economics mengatakan dalam sebuah laporan.
Data pada Selasa (13/4/2021) menunjukkan bahwa harga-harga konsumen AS naik paling tinggi dalam lebih dari 8,5 tahun pada Maret, tetapi itu tidak cukup untuk mengubah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga mendekati nol untuk tahun-tahun mendatang.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada Rabu (14/4/2021) bahwa bank sentral AS akan mengurangi pembelian obligasi bulanannya sebelum berkomitmen untuk menaikkan suku bunga, mengklarifikasi urutan perubahan kebijakan moneter yang masih berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di masa depan.
Presiden Fed Dallas, Robert Kaplan juga mengatakan bahwa AS akan “sebentar” sebelum Amerika Serikat mencapai lapangan kerja penuh, bahkan ketika dia mengulangi pandangannya bahwa Fed harus mulai menarik dukungan dari perekonomian lebih cepat daripada kebanyakan rekannya.
Pemulihan ekonomi AS mengalami akselerasi ke kecepatan moderat dari akhir Februari hingga awal April, Federal Reserve melaporkan pada Rabu (14/4/2021) dalam “Beige Book” terbarunya.
Rilis data ekonomi penting AS berikutnya adalah penjualan ritel untuk Maret pada Kamis.
Dolar Selandia Baru naik ke level tertinggi tiga minggu di 0,71220 dolar AS setelah bank sentral negara itu mempertahankan suku bunga acuan dan program pembelian asetnya stabil, seperti yang diperkirakan.
Sterling mencapai level tertinggi dalam satu minggu, didukung oleh kecepatan peluncuran vaksin Inggris dan pulih dari penurunan pada hari sebelumnya yang dipicu oleh pengunduran diri kepala ekonom bank sentral Inggris (BoE).
Di mata uang kripto, bitcoin turun dari rekor tertinggi ketika bursa mata uang kripto Coinbase Global Inc bernilai hampir 100 miliar dolar AS memulai debutnya di Nasdaq.
Bitcoin terakhir turun 1,77 persen menjadi 62.423 dolar AS, setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi 64.895 dolar AS. (ant)