“Saya hanya berpesan bahwa apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri”
Rasa syukur, haru, bangga dan bahagia terjalin jadi satu, walaupun mereka diwisuda tanpa tatap muka secara langsung dan menggunakan daring seiring dengan pandemi COVID-19.
Salah satu wisudawan yang ikut merasakan kebahagiaan adalah Febri Fatma Lailatul Laeli, S.Ked karena berkat kerja keras disertai doa dan dukungan beasiswa Bidikmisi, akhirnya wisudawan asal Fakultas Kedokteran itu meraih gelar Sarjana Kedokteran dan selangkah lagi akan berhasil meraih impiannya menjadi seorang dokter.
Mahasiswi yang biasa dipanggil Eli itu merasa bersyukur telah menyandang gelar Sarjana Kedokteran dan tahapan kuliah dilalui dengan baik, sehingga kini tinggal mengikuti pendidikan profesi yang diharapkan bisa lancar seperti saat kuliah.
Eli adalah putri kedua dari pasangan Suyono yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan ibunya Surip yang menjadi ibu rumah tangga di Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.
Untuk kehidupan sehari-hari, bapaknya harus menyewa lahan seluas kurang lebih 180 meter persegi untuk ditanami padi di musim hujan dan jagung di musin kemarau, terkadang juga mengadu keberuntungan dengan menanam tembakau.
Namun, jika sedang tak mampu menyewa lahan, Suyono terpaksa menjadi buruh tani untuk menghidupi kebutuhan keluarganya yang tinggal di desa tersebut.
Prestasinya yang moncer selama bersekolah di SMAN Ambulu Jember membuat Eli dipercaya mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada tahun 2016 saat masuk ke Universitas Jember melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) karena dia langganan menempati peringkat pertama secara paralel di sekolahnya.
Kala mengikuti SBMPTN, Eli mantap memilih Universitas Jember sebagai pilihan, dengan Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama, disusul Fakultas Kedokteran Gigi sebagai pilihan selanjutnya. Kedua pilihan fakultas itu didukung penuh oleh orang tuanya.
“Sejak kecil saya bercita-cita bekerja di bidang kesehatan, khususnya dokter karena menurut saya profesi di bidang kesehatan itu mulia karena tugasnya menolong orang,” tuturnya.
Bantu di sawah
Awalnya ia sempat ragu juga dengan masalah biaya ketika memilih Fakultas Kedokteran di Unej, namun saat mengutarakan niatnya masuk ke Fakultas Kedokteran justru orang tuanya sangat mendukung.
Bapaknya yang aktif mencari informasi biaya kuliah kepada para petugas kesehatan, kenalan, bahkan kepada kakak kelas Eli yang sudah kuliah karena maklum kemampuan keluarganya terbatas, sehingga harus benar-benar berhitung.
Namun, dengan dukungan orang tua dan beasiswa Bidikmisi membuatnya yakin bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah, sehingga amanah tersebut dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Rajin membaca catatan kuliah dan buku yang direkomendasikan oleh dosen menjadi kewajibannya sehari-hari, selain berdiskusi dengan sesama kawan di kampus.
Anak petani itu terbiasa belajar saat dini hari menjelang shalat shubuh agar lebih konsentrasi, berusaha belajar sungguh-sungguh supaya harapan orang tuanya untuk menjadi dokter terwujud, apalagi belum ada warga di desanya yang menjadi seorang dokter.
Kesibukan menjalani kuliah, tidak lantas menjadikan Eli absen membantu orang tua setiap kali ada kesempatan pulang kampung ke Desa Kesilir, bahkan ia turun langsung membantu orang tuanya di lahan sawah yang disewa bapaknya.
Jika saat panen tiba, Eli juga tak malu ikut memanen padi atau jagung. Bahkan ketika sedang menanam tembakau, ia pun ikut memetik daun tembakau di pagi hari kemudian diteruskan pada sorenya dengan mempersiapkan tembakau untuk proses dikeringkan, atau disujen.
Sementara jika belum panen, Eli juga membantu bapaknya ikut membersihkan rumput dan gulma di sawah agar tanamannya tidak mudah terserang hama atau penyakit.
Prestasi Eli selama kuliah ternyata tidak mengecewakan karena ada beberapa prestasi diraihnya yakni menjadi juara pertama literatur review bidang kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan juara ketiga karya ilmiah poster bidang kedokteran yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tahun 2018.
Berprasangka baik
Anak pasangan Suyono dan Surip itu juga aktif di organisasi mahasiswa yang gemar meneliti di kampusnya dan lebih istimewa lagi, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran dalam jangka waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan yakni 3,71.
Ia bersyukur dapat kuliah di Fakultas Kedokteran Unej yang fokus pada Agromedis yakni aplikasi ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan masyarakat pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Eli mengenal betul jika masyarakat agraris memiliki permasalahan kesehatannya sendiri yang berbeda dengan komunitas lain karena ia juga berasal dari keluarga petani, sehingga tahu permasalahan kesehatan yang dihadapi petani, termasuk belum tumbuhnya kesadaran di kalangan petani untuk menggunakan pelindung dalam bekerja di lahan.
Ia berharap ilmu yang sudah diterima di bangku kuliah dapat disumbangkan untuk kemaslahatan petani, paling tidak untuk warga Desa Kesilir yang merupakan tanah kelahirannya.
Menjadi anak petani dan hidup pas-pasan, ia berpesan kepada adik kelasnya yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk tidak putus asa dalam usaha meraih cita-cita karena jika ada kemauan pasti akan ada jalan, seperti juga yang sudah di jalaninya mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Unej.
“Saya hanya berpesan bahwa apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri, gali passion (gairah) masing-masing serta selalu berprasangka baik kepada Allah, Insyaallah akan selalu ada jalan,” ujarnya.
Sementara Rektor Unej Iwan Taruna dalam pidato wisudanya mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang telah lulus dengan nilai baik dan merupakan gelaran wisuda Unej untuk pertama kali di tahun 2021.
Ia berharap segenap keluarga besar Unej tetap optimis menatap masa depan dan yakin dengan berbagai tantangan yang muncul karena pandemi COVID-19 justru akan melahirkan lulusan Unej yang tangguh, adaptif, kreatif dan inovatif.
Wisudawan asal Lumajang dari Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Marta Dwi Lestari SPd menjadi peraih IPK tertinggi dengan IPK 3,94 setelah menjalani kuliah selama 3 tahun 10 bulan 29 hari.
Sementara Selly Alan Sinta A.Md menjadi peraih IPK tertinggi di jenjang diploma dengan IPK 3,64 yang merupakan lulusan Program Studi D3 Usaha Perjalanan Wisata FISIP yang menyelesaikan kuliahnya dalam jangka waktu 2 tahun, 11 bulan dan 14 hari.
Kuota Bidikmisi
Kuota mahasiswa kurang mampu yang menerima beasiswa Bidikmisi atau kini berganti nama menjadi Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Unej tentu setiap tahun selalu berubah, namun tidak sedikit beberapa mahasiswa penerima beasiswa itu sukses meraih prestasi dengan IPK cumlaude.
Kepala Sub Bagian Humas Universitas Jember Rokhmad Hidayanto mengatakan Unej menyalurkan beasiswa Bidikmisi bagi 1.700-an mahasiswa yang kurang mampu pada tahun 2019, kemudian pada tahun 2020 jumlah penerimanya bertambah menjadi 1.876 mahasiswa.
Untuk tahun 2021, lanjut dia, masih belum diterbitkan kuota penerima KIP di Unej karena biasanya data tersebut dikeluarkan pada bulan April.
Ia mengakui ada beberapa mahasiswa penerima beasiswa tersebut sukses kuliah dengan IPK cumlaude di tengah keterbatasan biaya yang dimiliki orang tuanya, sehingga banyak dilirik perusahaan atau lembaga yang berkompeten.
Beasiswa Bidikmisi atau kini menjadi KIP tersebut terbukti mampu menjadi jembatan dan penyelamat bagi mahasiswa yang kurang mampu untuk mewujudkan impian dan cita-citanya.(ant)
“Saya hanya berpesan bahwa apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri”
Rasa syukur, haru, bangga dan bahagia terjalin jadi satu, walaupun mereka diwisuda tanpa tatap muka secara langsung dan menggunakan daring seiring dengan pandemi COVID-19.
Salah satu wisudawan yang ikut merasakan kebahagiaan adalah Febri Fatma Lailatul Laeli, S.Ked karena berkat kerja keras disertai doa dan dukungan beasiswa Bidikmisi, akhirnya wisudawan asal Fakultas Kedokteran itu meraih gelar Sarjana Kedokteran dan selangkah lagi akan berhasil meraih impiannya menjadi seorang dokter.
Mahasiswi yang biasa dipanggil Eli itu merasa bersyukur telah menyandang gelar Sarjana Kedokteran dan tahapan kuliah dilalui dengan baik, sehingga kini tinggal mengikuti pendidikan profesi yang diharapkan bisa lancar seperti saat kuliah.
Eli adalah putri kedua dari pasangan Suyono yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan ibunya Surip yang menjadi ibu rumah tangga di Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.
Untuk kehidupan sehari-hari, bapaknya harus menyewa lahan seluas kurang lebih 180 meter persegi untuk ditanami padi di musim hujan dan jagung di musin kemarau, terkadang juga mengadu keberuntungan dengan menanam tembakau.
Namun, jika sedang tak mampu menyewa lahan, Suyono terpaksa menjadi buruh tani untuk menghidupi kebutuhan keluarganya yang tinggal di desa tersebut.
Prestasinya yang moncer selama bersekolah di SMAN Ambulu Jember membuat Eli dipercaya mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada tahun 2016 saat masuk ke Universitas Jember melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) karena dia langganan menempati peringkat pertama secara paralel di sekolahnya.
Kala mengikuti SBMPTN, Eli mantap memilih Universitas Jember sebagai pilihan, dengan Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama, disusul Fakultas Kedokteran Gigi sebagai pilihan selanjutnya. Kedua pilihan fakultas itu didukung penuh oleh orang tuanya.
“Sejak kecil saya bercita-cita bekerja di bidang kesehatan, khususnya dokter karena menurut saya profesi di bidang kesehatan itu mulia karena tugasnya menolong orang,” tuturnya.
Bantu di sawah
Awalnya ia sempat ragu juga dengan masalah biaya ketika memilih Fakultas Kedokteran di Unej, namun saat mengutarakan niatnya masuk ke Fakultas Kedokteran justru orang tuanya sangat mendukung.
Bapaknya yang aktif mencari informasi biaya kuliah kepada para petugas kesehatan, kenalan, bahkan kepada kakak kelas Eli yang sudah kuliah karena maklum kemampuan keluarganya terbatas, sehingga harus benar-benar berhitung.
Namun, dengan dukungan orang tua dan beasiswa Bidikmisi membuatnya yakin bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah, sehingga amanah tersebut dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Rajin membaca catatan kuliah dan buku yang direkomendasikan oleh dosen menjadi kewajibannya sehari-hari, selain berdiskusi dengan sesama kawan di kampus.
Anak petani itu terbiasa belajar saat dini hari menjelang shalat shubuh agar lebih konsentrasi, berusaha belajar sungguh-sungguh supaya harapan orang tuanya untuk menjadi dokter terwujud, apalagi belum ada warga di desanya yang menjadi seorang dokter.
Kesibukan menjalani kuliah, tidak lantas menjadikan Eli absen membantu orang tua setiap kali ada kesempatan pulang kampung ke Desa Kesilir, bahkan ia turun langsung membantu orang tuanya di lahan sawah yang disewa bapaknya.
Jika saat panen tiba, Eli juga tak malu ikut memanen padi atau jagung. Bahkan ketika sedang menanam tembakau, ia pun ikut memetik daun tembakau di pagi hari kemudian diteruskan pada sorenya dengan mempersiapkan tembakau untuk proses dikeringkan, atau disujen.
Sementara jika belum panen, Eli juga membantu bapaknya ikut membersihkan rumput dan gulma di sawah agar tanamannya tidak mudah terserang hama atau penyakit.
Prestasi Eli selama kuliah ternyata tidak mengecewakan karena ada beberapa prestasi diraihnya yakni menjadi juara pertama literatur review bidang kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan juara ketiga karya ilmiah poster bidang kedokteran yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tahun 2018.
Berprasangka baik
Anak pasangan Suyono dan Surip itu juga aktif di organisasi mahasiswa yang gemar meneliti di kampusnya dan lebih istimewa lagi, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran dalam jangka waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan yakni 3,71.
Ia bersyukur dapat kuliah di Fakultas Kedokteran Unej yang fokus pada Agromedis yakni aplikasi ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan masyarakat pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Eli mengenal betul jika masyarakat agraris memiliki permasalahan kesehatannya sendiri yang berbeda dengan komunitas lain karena ia juga berasal dari keluarga petani, sehingga tahu permasalahan kesehatan yang dihadapi petani, termasuk belum tumbuhnya kesadaran di kalangan petani untuk menggunakan pelindung dalam bekerja di lahan.
Ia berharap ilmu yang sudah diterima di bangku kuliah dapat disumbangkan untuk kemaslahatan petani, paling tidak untuk warga Desa Kesilir yang merupakan tanah kelahirannya.
Menjadi anak petani dan hidup pas-pasan, ia berpesan kepada adik kelasnya yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk tidak putus asa dalam usaha meraih cita-cita karena jika ada kemauan pasti akan ada jalan, seperti juga yang sudah di jalaninya mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Unej.
“Saya hanya berpesan bahwa apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri, gali passion (gairah) masing-masing serta selalu berprasangka baik kepada Allah, Insyaallah akan selalu ada jalan,” ujarnya.
Sementara Rektor Unej Iwan Taruna dalam pidato wisudanya mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang telah lulus dengan nilai baik dan merupakan gelaran wisuda Unej untuk pertama kali di tahun 2021.
Ia berharap segenap keluarga besar Unej tetap optimis menatap masa depan dan yakin dengan berbagai tantangan yang muncul karena pandemi COVID-19 justru akan melahirkan lulusan Unej yang tangguh, adaptif, kreatif dan inovatif.
Wisudawan asal Lumajang dari Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Marta Dwi Lestari SPd menjadi peraih IPK tertinggi dengan IPK 3,94 setelah menjalani kuliah selama 3 tahun 10 bulan 29 hari.
Sementara Selly Alan Sinta A.Md menjadi peraih IPK tertinggi di jenjang diploma dengan IPK 3,64 yang merupakan lulusan Program Studi D3 Usaha Perjalanan Wisata FISIP yang menyelesaikan kuliahnya dalam jangka waktu 2 tahun, 11 bulan dan 14 hari.
Kuota Bidikmisi
Kuota mahasiswa kurang mampu yang menerima beasiswa Bidikmisi atau kini berganti nama menjadi Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Unej tentu setiap tahun selalu berubah, namun tidak sedikit beberapa mahasiswa penerima beasiswa itu sukses meraih prestasi dengan IPK cumlaude.
Kepala Sub Bagian Humas Universitas Jember Rokhmad Hidayanto mengatakan Unej menyalurkan beasiswa Bidikmisi bagi 1.700-an mahasiswa yang kurang mampu pada tahun 2019, kemudian pada tahun 2020 jumlah penerimanya bertambah menjadi 1.876 mahasiswa.
Untuk tahun 2021, lanjut dia, masih belum diterbitkan kuota penerima KIP di Unej karena biasanya data tersebut dikeluarkan pada bulan April.
Ia mengakui ada beberapa mahasiswa penerima beasiswa tersebut sukses kuliah dengan IPK cumlaude di tengah keterbatasan biaya yang dimiliki orang tuanya, sehingga banyak dilirik perusahaan atau lembaga yang berkompeten.
Beasiswa Bidikmisi atau kini menjadi KIP tersebut terbukti mampu menjadi jembatan dan penyelamat bagi mahasiswa yang kurang mampu untuk mewujudkan impian dan cita-citanya.(ant)
“Saya hanya berpesan bahwa apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri”
Rasa syukur, haru, bangga dan bahagia terjalin jadi satu, walaupun mereka diwisuda tanpa tatap muka secara langsung dan menggunakan daring seiring dengan pandemi COVID-19.
Salah satu wisudawan yang ikut merasakan kebahagiaan adalah Febri Fatma Lailatul Laeli, S.Ked karena berkat kerja keras disertai doa dan dukungan beasiswa Bidikmisi, akhirnya wisudawan asal Fakultas Kedokteran itu meraih gelar Sarjana Kedokteran dan selangkah lagi akan berhasil meraih impiannya menjadi seorang dokter.
Mahasiswi yang biasa dipanggil Eli itu merasa bersyukur telah menyandang gelar Sarjana Kedokteran dan tahapan kuliah dilalui dengan baik, sehingga kini tinggal mengikuti pendidikan profesi yang diharapkan bisa lancar seperti saat kuliah.
Eli adalah putri kedua dari pasangan Suyono yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan ibunya Surip yang menjadi ibu rumah tangga di Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.
Untuk kehidupan sehari-hari, bapaknya harus menyewa lahan seluas kurang lebih 180 meter persegi untuk ditanami padi di musim hujan dan jagung di musin kemarau, terkadang juga mengadu keberuntungan dengan menanam tembakau.
Namun, jika sedang tak mampu menyewa lahan, Suyono terpaksa menjadi buruh tani untuk menghidupi kebutuhan keluarganya yang tinggal di desa tersebut.
Prestasinya yang moncer selama bersekolah di SMAN Ambulu Jember membuat Eli dipercaya mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada tahun 2016 saat masuk ke Universitas Jember melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) karena dia langganan menempati peringkat pertama secara paralel di sekolahnya.
Kala mengikuti SBMPTN, Eli mantap memilih Universitas Jember sebagai pilihan, dengan Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama, disusul Fakultas Kedokteran Gigi sebagai pilihan selanjutnya. Kedua pilihan fakultas itu didukung penuh oleh orang tuanya.
“Sejak kecil saya bercita-cita bekerja di bidang kesehatan, khususnya dokter karena menurut saya profesi di bidang kesehatan itu mulia karena tugasnya menolong orang,” tuturnya.
Bantu di sawah
Awalnya ia sempat ragu juga dengan masalah biaya ketika memilih Fakultas Kedokteran di Unej, namun saat mengutarakan niatnya masuk ke Fakultas Kedokteran justru orang tuanya sangat mendukung.
Bapaknya yang aktif mencari informasi biaya kuliah kepada para petugas kesehatan, kenalan, bahkan kepada kakak kelas Eli yang sudah kuliah karena maklum kemampuan keluarganya terbatas, sehingga harus benar-benar berhitung.
Namun, dengan dukungan orang tua dan beasiswa Bidikmisi membuatnya yakin bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah, sehingga amanah tersebut dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Rajin membaca catatan kuliah dan buku yang direkomendasikan oleh dosen menjadi kewajibannya sehari-hari, selain berdiskusi dengan sesama kawan di kampus.
Anak petani itu terbiasa belajar saat dini hari menjelang shalat shubuh agar lebih konsentrasi, berusaha belajar sungguh-sungguh supaya harapan orang tuanya untuk menjadi dokter terwujud, apalagi belum ada warga di desanya yang menjadi seorang dokter.
Kesibukan menjalani kuliah, tidak lantas menjadikan Eli absen membantu orang tua setiap kali ada kesempatan pulang kampung ke Desa Kesilir, bahkan ia turun langsung membantu orang tuanya di lahan sawah yang disewa bapaknya.
Jika saat panen tiba, Eli juga tak malu ikut memanen padi atau jagung. Bahkan ketika sedang menanam tembakau, ia pun ikut memetik daun tembakau di pagi hari kemudian diteruskan pada sorenya dengan mempersiapkan tembakau untuk proses dikeringkan, atau disujen.
Sementara jika belum panen, Eli juga membantu bapaknya ikut membersihkan rumput dan gulma di sawah agar tanamannya tidak mudah terserang hama atau penyakit.
Prestasi Eli selama kuliah ternyata tidak mengecewakan karena ada beberapa prestasi diraihnya yakni menjadi juara pertama literatur review bidang kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan juara ketiga karya ilmiah poster bidang kedokteran yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tahun 2018.
Berprasangka baik
Anak pasangan Suyono dan Surip itu juga aktif di organisasi mahasiswa yang gemar meneliti di kampusnya dan lebih istimewa lagi, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran dalam jangka waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan yakni 3,71.
Ia bersyukur dapat kuliah di Fakultas Kedokteran Unej yang fokus pada Agromedis yakni aplikasi ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan masyarakat pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Eli mengenal betul jika masyarakat agraris memiliki permasalahan kesehatannya sendiri yang berbeda dengan komunitas lain karena ia juga berasal dari keluarga petani, sehingga tahu permasalahan kesehatan yang dihadapi petani, termasuk belum tumbuhnya kesadaran di kalangan petani untuk menggunakan pelindung dalam bekerja di lahan.
Ia berharap ilmu yang sudah diterima di bangku kuliah dapat disumbangkan untuk kemaslahatan petani, paling tidak untuk warga Desa Kesilir yang merupakan tanah kelahirannya.
Menjadi anak petani dan hidup pas-pasan, ia berpesan kepada adik kelasnya yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk tidak putus asa dalam usaha meraih cita-cita karena jika ada kemauan pasti akan ada jalan, seperti juga yang sudah di jalaninya mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Unej.
“Saya hanya berpesan bahwa apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri, gali passion (gairah) masing-masing serta selalu berprasangka baik kepada Allah, Insyaallah akan selalu ada jalan,” ujarnya.
Sementara Rektor Unej Iwan Taruna dalam pidato wisudanya mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang telah lulus dengan nilai baik dan merupakan gelaran wisuda Unej untuk pertama kali di tahun 2021.
Ia berharap segenap keluarga besar Unej tetap optimis menatap masa depan dan yakin dengan berbagai tantangan yang muncul karena pandemi COVID-19 justru akan melahirkan lulusan Unej yang tangguh, adaptif, kreatif dan inovatif.
Wisudawan asal Lumajang dari Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Marta Dwi Lestari SPd menjadi peraih IPK tertinggi dengan IPK 3,94 setelah menjalani kuliah selama 3 tahun 10 bulan 29 hari.
Sementara Selly Alan Sinta A.Md menjadi peraih IPK tertinggi di jenjang diploma dengan IPK 3,64 yang merupakan lulusan Program Studi D3 Usaha Perjalanan Wisata FISIP yang menyelesaikan kuliahnya dalam jangka waktu 2 tahun, 11 bulan dan 14 hari.
Kuota Bidikmisi
Kuota mahasiswa kurang mampu yang menerima beasiswa Bidikmisi atau kini berganti nama menjadi Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Unej tentu setiap tahun selalu berubah, namun tidak sedikit beberapa mahasiswa penerima beasiswa itu sukses meraih prestasi dengan IPK cumlaude.
Kepala Sub Bagian Humas Universitas Jember Rokhmad Hidayanto mengatakan Unej menyalurkan beasiswa Bidikmisi bagi 1.700-an mahasiswa yang kurang mampu pada tahun 2019, kemudian pada tahun 2020 jumlah penerimanya bertambah menjadi 1.876 mahasiswa.
Untuk tahun 2021, lanjut dia, masih belum diterbitkan kuota penerima KIP di Unej karena biasanya data tersebut dikeluarkan pada bulan April.
Ia mengakui ada beberapa mahasiswa penerima beasiswa tersebut sukses kuliah dengan IPK cumlaude di tengah keterbatasan biaya yang dimiliki orang tuanya, sehingga banyak dilirik perusahaan atau lembaga yang berkompeten.
Beasiswa Bidikmisi atau kini menjadi KIP tersebut terbukti mampu menjadi jembatan dan penyelamat bagi mahasiswa yang kurang mampu untuk mewujudkan impian dan cita-citanya.(ant)
“Saya hanya berpesan bahwa apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri”
Rasa syukur, haru, bangga dan bahagia terjalin jadi satu, walaupun mereka diwisuda tanpa tatap muka secara langsung dan menggunakan daring seiring dengan pandemi COVID-19.
Salah satu wisudawan yang ikut merasakan kebahagiaan adalah Febri Fatma Lailatul Laeli, S.Ked karena berkat kerja keras disertai doa dan dukungan beasiswa Bidikmisi, akhirnya wisudawan asal Fakultas Kedokteran itu meraih gelar Sarjana Kedokteran dan selangkah lagi akan berhasil meraih impiannya menjadi seorang dokter.
Mahasiswi yang biasa dipanggil Eli itu merasa bersyukur telah menyandang gelar Sarjana Kedokteran dan tahapan kuliah dilalui dengan baik, sehingga kini tinggal mengikuti pendidikan profesi yang diharapkan bisa lancar seperti saat kuliah.
Eli adalah putri kedua dari pasangan Suyono yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan ibunya Surip yang menjadi ibu rumah tangga di Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.
Untuk kehidupan sehari-hari, bapaknya harus menyewa lahan seluas kurang lebih 180 meter persegi untuk ditanami padi di musim hujan dan jagung di musin kemarau, terkadang juga mengadu keberuntungan dengan menanam tembakau.
Namun, jika sedang tak mampu menyewa lahan, Suyono terpaksa menjadi buruh tani untuk menghidupi kebutuhan keluarganya yang tinggal di desa tersebut.
Prestasinya yang moncer selama bersekolah di SMAN Ambulu Jember membuat Eli dipercaya mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada tahun 2016 saat masuk ke Universitas Jember melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) karena dia langganan menempati peringkat pertama secara paralel di sekolahnya.
Kala mengikuti SBMPTN, Eli mantap memilih Universitas Jember sebagai pilihan, dengan Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama, disusul Fakultas Kedokteran Gigi sebagai pilihan selanjutnya. Kedua pilihan fakultas itu didukung penuh oleh orang tuanya.
“Sejak kecil saya bercita-cita bekerja di bidang kesehatan, khususnya dokter karena menurut saya profesi di bidang kesehatan itu mulia karena tugasnya menolong orang,” tuturnya.
Bantu di sawah
Awalnya ia sempat ragu juga dengan masalah biaya ketika memilih Fakultas Kedokteran di Unej, namun saat mengutarakan niatnya masuk ke Fakultas Kedokteran justru orang tuanya sangat mendukung.
Bapaknya yang aktif mencari informasi biaya kuliah kepada para petugas kesehatan, kenalan, bahkan kepada kakak kelas Eli yang sudah kuliah karena maklum kemampuan keluarganya terbatas, sehingga harus benar-benar berhitung.
Namun, dengan dukungan orang tua dan beasiswa Bidikmisi membuatnya yakin bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah, sehingga amanah tersebut dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Rajin membaca catatan kuliah dan buku yang direkomendasikan oleh dosen menjadi kewajibannya sehari-hari, selain berdiskusi dengan sesama kawan di kampus.
Anak petani itu terbiasa belajar saat dini hari menjelang shalat shubuh agar lebih konsentrasi, berusaha belajar sungguh-sungguh supaya harapan orang tuanya untuk menjadi dokter terwujud, apalagi belum ada warga di desanya yang menjadi seorang dokter.
Kesibukan menjalani kuliah, tidak lantas menjadikan Eli absen membantu orang tua setiap kali ada kesempatan pulang kampung ke Desa Kesilir, bahkan ia turun langsung membantu orang tuanya di lahan sawah yang disewa bapaknya.
Jika saat panen tiba, Eli juga tak malu ikut memanen padi atau jagung. Bahkan ketika sedang menanam tembakau, ia pun ikut memetik daun tembakau di pagi hari kemudian diteruskan pada sorenya dengan mempersiapkan tembakau untuk proses dikeringkan, atau disujen.
Sementara jika belum panen, Eli juga membantu bapaknya ikut membersihkan rumput dan gulma di sawah agar tanamannya tidak mudah terserang hama atau penyakit.
Prestasi Eli selama kuliah ternyata tidak mengecewakan karena ada beberapa prestasi diraihnya yakni menjadi juara pertama literatur review bidang kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan juara ketiga karya ilmiah poster bidang kedokteran yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tahun 2018.
Berprasangka baik
Anak pasangan Suyono dan Surip itu juga aktif di organisasi mahasiswa yang gemar meneliti di kampusnya dan lebih istimewa lagi, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran dalam jangka waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan yakni 3,71.
Ia bersyukur dapat kuliah di Fakultas Kedokteran Unej yang fokus pada Agromedis yakni aplikasi ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan masyarakat pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Eli mengenal betul jika masyarakat agraris memiliki permasalahan kesehatannya sendiri yang berbeda dengan komunitas lain karena ia juga berasal dari keluarga petani, sehingga tahu permasalahan kesehatan yang dihadapi petani, termasuk belum tumbuhnya kesadaran di kalangan petani untuk menggunakan pelindung dalam bekerja di lahan.
Ia berharap ilmu yang sudah diterima di bangku kuliah dapat disumbangkan untuk kemaslahatan petani, paling tidak untuk warga Desa Kesilir yang merupakan tanah kelahirannya.
Menjadi anak petani dan hidup pas-pasan, ia berpesan kepada adik kelasnya yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk tidak putus asa dalam usaha meraih cita-cita karena jika ada kemauan pasti akan ada jalan, seperti juga yang sudah di jalaninya mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Unej.
“Saya hanya berpesan bahwa apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri, gali passion (gairah) masing-masing serta selalu berprasangka baik kepada Allah, Insyaallah akan selalu ada jalan,” ujarnya.
Sementara Rektor Unej Iwan Taruna dalam pidato wisudanya mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang telah lulus dengan nilai baik dan merupakan gelaran wisuda Unej untuk pertama kali di tahun 2021.
Ia berharap segenap keluarga besar Unej tetap optimis menatap masa depan dan yakin dengan berbagai tantangan yang muncul karena pandemi COVID-19 justru akan melahirkan lulusan Unej yang tangguh, adaptif, kreatif dan inovatif.
Wisudawan asal Lumajang dari Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Marta Dwi Lestari SPd menjadi peraih IPK tertinggi dengan IPK 3,94 setelah menjalani kuliah selama 3 tahun 10 bulan 29 hari.
Sementara Selly Alan Sinta A.Md menjadi peraih IPK tertinggi di jenjang diploma dengan IPK 3,64 yang merupakan lulusan Program Studi D3 Usaha Perjalanan Wisata FISIP yang menyelesaikan kuliahnya dalam jangka waktu 2 tahun, 11 bulan dan 14 hari.
Kuota Bidikmisi
Kuota mahasiswa kurang mampu yang menerima beasiswa Bidikmisi atau kini berganti nama menjadi Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Unej tentu setiap tahun selalu berubah, namun tidak sedikit beberapa mahasiswa penerima beasiswa itu sukses meraih prestasi dengan IPK cumlaude.
Kepala Sub Bagian Humas Universitas Jember Rokhmad Hidayanto mengatakan Unej menyalurkan beasiswa Bidikmisi bagi 1.700-an mahasiswa yang kurang mampu pada tahun 2019, kemudian pada tahun 2020 jumlah penerimanya bertambah menjadi 1.876 mahasiswa.
Untuk tahun 2021, lanjut dia, masih belum diterbitkan kuota penerima KIP di Unej karena biasanya data tersebut dikeluarkan pada bulan April.
Ia mengakui ada beberapa mahasiswa penerima beasiswa tersebut sukses kuliah dengan IPK cumlaude di tengah keterbatasan biaya yang dimiliki orang tuanya, sehingga banyak dilirik perusahaan atau lembaga yang berkompeten.
Beasiswa Bidikmisi atau kini menjadi KIP tersebut terbukti mampu menjadi jembatan dan penyelamat bagi mahasiswa yang kurang mampu untuk mewujudkan impian dan cita-citanya.(ant)