Bangga Indonesia, Surabaya – “Gempa.. Gempa!” teriak tetangga sebelah. Penghuni Perumahan Pondok Candra Indah di Jalan Blimbing Wadung Asri, Waru, Sidoarjo ini bertempiaran. Menjauh dari rumah masing-masing.
Ya. Gempa yang terjadi Sabtu (10/04) tepat pukul 14.00 WIB, berkekuatan magnitudo 6.7 itu, terasa banget di perumahan tersebut.
Bukan hanya di kawasan Waru Sudoarjo. Rekan-rekan yang tergabung dalam GWA (Grup WhasApp) juga merasakan hal yang sama. Rumahnya goyang.
Ini efek gempa berkedalaman 25 km dalam titik koordinat: 8.95 LS. 112.48 BT. Berada di 90 km Barat Daya Kabupaten Malang, Jawa Timur. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan tidak berpotensi tsunami.
BMKG juga belum merilis berita efek dari gempa yang dilaporkan rekan-rekan di GWA yang tinggal di Banyuwangi, Jombang, Blitar dan Kediri. Saking kuat terasa goyangan gempa tersebut, pengunjung mall terbesar di Sidoarjo, Sun City lari tunggang langgang. Mereka berlindung di kawasan luas dan parkiran.
“Mall Tunjungan Plaza (Surabaya) juga heboh. Pengunjung pada lari keluar,” lapor Adji di GWA Koplak, alumnus SMPPN Angkatan 1983 Surabaya. Hal ini juga terjadi di semua mall yang ada di Surabaya.
“Semoga hanya goyang kecil. Pengalaman di Lombok cukup menyiksa masyarakat,” komentar rekan lainnya. “Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, sebagai peringatan kecil,” sambung Sofyan Ali, rekan Aji yang karib disapa ustad.
Rekan-rekan lainnya mengamini. Sementara di GWA lainnya juga ramai mengomentari gempa yang terasa mengagetkan itu. Seusai gempa Lombok dan Palu.
Lain halnya di GWA Cowas (Konco Lawas) Jawa Pos yang dihuni para pensiunan di se-Nusantara ini. Maksum, yang mudik ke Madura mengabarkan daerahnya tak tersentuh gempa.
Namun Erwan yang mantan Kepala Biro Jawa Pos DIY melaporkan gempa terebut terasa sampai Jogja. “Karang Kates, Kabupaten Malang juga terasa gempa,” cerita Slamet Oerip Prihadi yang keluarga banyak tinggal di sekitar pusat gempa itu.
Uha Bahaudin yang punya teman di Gondang Legi, Kabupaten Malang menyebut gempa tersebut terjadi dua kali. “Warga di selatan kecamatannya, banyak yang dievakuasi,” katanya.
Video amatir yang dishare rekan dari GWA sebelah menyoting sebuah rumah di daerah Dampit, Malang mengalami rusak berat. Penghuninya berteriak hesteris. “Semoga diparingi sabar, ya Allah.”
Syaiful Islam, alumni SMA PGRI 3 Surabaya, yang ngeshare video tersebut juga mengirim foto rumah bagian depannya rusak berat. “Sekarang Malang hujan deres,” lapor mantan wartawan, jebolan AWS Surabaya ini.
Salah satu anggota di GWA Gowes Alumni SMA Negeri 1-9 Surabaya (Pasmanbaya), Cak Putut juga mengunggah video yang sama. Sebuah swalayan di Malang barang dagangannya berantakan.
Pegawai Telkom ini juga mengunggah video di salah satu obyek lokasi wisata Kota Malang hancur. “Bismillah. Semoga Allah SWT melindungi kita. Karena ini tanda peringatn kecil dari Allah SWT. Monggo menyikapinya,” komentar Cak Nono yang dijawab Cak Hilman Kurnia,”Aaamiin Allahumma Amin.
DI MALANG
Sementara itu, New Malang Pos merilis gempa dengan kekuatan 6,7 magnitudo yang berpusat di 90 KM Barat Daya Kab Malang, Sabtu (10/4), pukul 14.00 menggegerkan warga Malang Raya. Bahkan saking kuatnya, gempa sampai terasa hingga Surabaya, Denpasar dan Jogjakarta. Namun dilaporkan BMKG, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Di Malang sendiri, ribuan pengunjung di beberapa mall, tamu-tamu hotel dan pasien rumah sakit langsung semburat. Khawatir terjadi apa-apa, mereka langsung keluar dari gedung.
“Pengunjung Matos langsung berlarian ke halaman depan. Mereka menunggu agak lama khawatir terjadi sesuatu atau gempa susulan,” ujar Arum Ajeng yang ikut semburat saat jalan-jalan di Matos.
Menurut laporan masyarakat, di kawasan Malang Selatan seperti Dampit, ada rumah dan bangunan yang mengalami retak-retak hingga rusak parah.
Sementara itu, usai gempa, beberapa wilayah Mamang diguyur hujan deras disertai angin kencang. (zal)