Bangga Indonesia, Bangkalan – Orang Madura sering menjadi bahan pembicaraan. Mulai dari bahan olokan, keuletannya, keberaniannya dalam pertarungan apa saja.
Bahkan, ada satu hal yang juga melekat dalam darah daging keturunan orang pulau, seberang Kota Surabaya ini. Apa itu? Kecerdasannya.
Kecerdasan dan keuletan sudah mendarah daging dalam diri orang Madura. Itu terbukti, saat merantau, warga keturunan Madura selalu sukses.
Dan, mereka pantang pulang tidak bisa membangun rumah atau masjid di daerahnya. Tak sedikit pula, orang Madura yang berhasil menjadi tokoh nasional dan pejabat Negara.
Keuletan dan kecerdasan itulah yang menjadi prototipe dan branding masyarakat Madura.
Semangat hidupnya tak pernah lekang. Juga Takkan pernah punah. Salah satu buktinya ada pada generasi milenial ini.
Namanya Salman Al Rasyid. Anak muda
Yang dilahirkan 08 Mei 2001 ini, mampu mendirikan museum khusus koleksi uang-uang yang dimiliki negara di seluruh dunia.
Yang menarik, siswa SMAN 2 Bangkalan ini, mendirikan rumah koleksi uang dunia atas jerih payahnya sendiri. Namanya sederhana: MUSEUM PERUSNIA
Letaknya di Jl. KH. Moh. Kholil Gg. IX No.36, RW.1, Demangan Timur, Demangan timur, Kec. Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Baca juga:Salman, Pendiri Museum Uang Dunia di Madura itu Si Anak Ajaib
Untuk mengunjungi museum tersebut hanya butuh waktu satu jam dari Surabaya. Tentu saja, harus melewati jembatan nasional Suramadu yang fenomenal itu.
Jika harus menyeberang lewat kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Perak-Kamal Bangkalan, waktu tempuhnya lebih lama. Karena, pengunjung harus menunggu jam berangkat kapal.
Wartawan Bangga Indonesia, saat mengunjungi museum tersebut, harus menyeberang Suramadu dengan motor. Selama dalam perjalanan, ia mendapati banyak suguhan kuliner khas Madura. Terutama olahan makanan Nasi Bebek. Yang sudah branded itu.
Sesampainya di museum Perusina, Salman Al Rasyid, sang pemilik langsung menyambut hangat. Ramah penuh keakraban.
Suasana museum juga sangat familiar. Bangunannya seperti rumah singgah pada umumnya. Namun warna cat tembok dan tata ruangannya enak dipandang.
Suguhan koleksi uang mancanegara itu mulai terasa begitu masuk museum tersebut. “Hari ini genap usia museum 14 tahun,” ucap Salman membuka pembicaraan.
Ia pertama kali mengoleksi uang pada 6 Januari 2008. “Saya dulu mengumpulkan uang ini satu persatu,” jelasnya.
Uang-uang itu dibeli dari teman dan titip dari pamannya yang bekerja sebagai pelayaran. “Akhirnya uang-uang tersebut bisa terkumpul dan terjaga rapi,” Salman puas.
Menurut dia, niatnya mengumpulkan uang tersebut banyak tantangan. Terutama uang untuk mendapatkannya.
Salman mengaku rela menabung dan menyisakan uang saku untuk membeli uang dari berbagi penjuru dunia itu. Uang pertama yang dikoleksi Salman adalah uang koin Nedherlandsch Indie cetakan tahun 1923. Uang ini diperoleh dari kakeknya yang juga pengoleksi uang kuno.
Kini, koleksinya 1000 uang kertas dan 1300 uang koin. Uang-uang ini milik 154 negara di seluruh penjuru dunia.
Selain uang dunia, Salman juga mengoleksi uang kuno. Ada yang keluaran abad 18. Uang-uang jadul itu bukan hanya dari Indonesia. Juga ada dari negara lain.
Kata Salman tujuan mengoleksi uang-uang tersebut bukan untuk gagah-gagahan. Apalagi untuk menepuk dada.
Ia ingin mengedukasi masyarakat agar lebih mengenal mata uang dari berbagai dunia. “Terutama buat teman teman yang masih bersekolah,” ucap pelajar SMA negeri ini.
Target lainnya? Salman bertekad semua mata uang dari seluruh dunia pada 2024 nanti berada di Muesum Perusina. “Mohon doa dan dukungannya ya,”harapnya.
Jurnalis: Alief Reginald Rafdianto