<div class="position-relative mb-20"> <figure class="figure-image" style="text-align: justify;"><picture> <source srcset="https://img.antaranews.com/cache/800x533/2020/11/18/shutterstock_1520951828.jpg.webp" type="image/webp" data-srcset="https://img.antaranews.com/cache/800x533/2020/11/18/shutterstock_1520951828.jpg.webp" /></picture> <strong>Bangga Indonesia, Jakarta</strong> - Jepang berencana untuk menghentikan penjualan mobil bertenaga bensin pada pertengahan 2030-an, mendukung kritik dari pemimpin Toyota Motor Corporation bahwa peralihan cepat ke kendaraan listrik dapat melumpuhkan industri mobil. Rencana yang dirilis hari Jumat (25/12) mengikuti langkah serupa oleh negara bagian California dan negara-negara besar Eropa, tetapi telah menghadapi penolakan dari para eksekutif otomotif di negara yang masih menghasilkan jutaan mobil setiap tahun yang hanya menggunakan mesin bensin. Jepang masih akan mengizinkan penjualan mobil hybrid (gabungan mesin bensin dan listrik) setelah 2035 berdasarkan rencana tersebut, mengutip laporan Asian Wall Street Journal, Minggu. Banyak model dari pembuat mobil top Jepang--Toyota, Honda Motor Co dan Nissan Motor Co--datang dalam versi tradisional dan hybrid. Awal bulan ini, Presiden Toyota Akio Toyoda mengatakan bahwa jika Jepang melarang mobil bertenaga bensin dan pindah ke kendaraan listrik terlalu tergesa-gesa. "Model bisnis industri mobil saat ini akan runtuh". Dia berbicara atas nama pembuat mobil Jepang dalam perannya sebagai kepala asosiasi industri lokal. Toyoda mengatakan jaringan listrik tidak dapat menangani permintaan musim panas tambahan dan mengamati bahwa sebagian besar listrik Jepang dihasilkan dengan membakar bahan bakar fosil. Pejabat pemerintah mengatakan pembuat mobil perlu merevisi model bisnis mereka. Perdana Menteri Yoshihide Suga merujuk ke bagian berbeda dari komentar Toyoda di mana kepala Toyota mengatakan dia mendukung tujuan pemerintah membuat Jepang netral karbon pada tahun 2050. Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang menggelar konferensi pekan lalu untuk membahas target nol-emisi 2050, dengan para eksekutif dan ahli manufaktur bergabung dalam dialog. Rencana pengurangan gas rumah kaca, termasuk regulasi khusus, akan disusun pemerintah bulan ini. Bagian dari agenda tersebut juga mempromosikan pengembangan teknologi kendaraan listrik generasi mendatang, seperti baterai solid-state. Jepang berencana untuk menetapkan target semua kendaraan yang dipasarkan di negara itu adalah kendaraan listrik dan hybrid pada petengahan 2030. Yang juga sedang dipertimbangkan adalah pasar perdagangan kredit karbon di antara para pembuat mobil sehubungan dengan kuota penjualan untuk kendaraan ramah lingkungan. "Ini perlu dipertimbangkan seiring dengan kebijakan energi,” kata salah seorang peserta konferensi, dikutip Nikkei Asia. Jepang akan merevisi rencana energi dasarnya tahun depan. Persoalannya adalah sejauh mana memperluas pangsa pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan. Sasaran fiskal 2030 adalah mencapai 22 persen hingga 24 persen, naik dari rasio 18 persen pada fiskal 2019. Sementara negara-negara besar Eropa memiliki target sekitar 40 persen. <span class="baca-juga"><b> </b></span></figure> </div>