Bangga Indonesia, Surabaya – PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III yang mengelola 43 pelabuhan di tujuh provinsi mencatat penurunan jumlah penumpang kapal yang melalui pelabuhan setempat sekitar 59 ribu orang, yakni dari 98 ribu orang pada libur Natal dan Tahun Baru 2019 menjadi 39 ribu orang penumpang pada momen sama tahun ini.
VP Corporate Communications Pelindo III R. Suryo Khasabu di Surabaya, Kamis (24/12/2020), mengatakan penurunan jumlah penumpang yang cukup besar ini tak lepas dari kondisi pandemi COVID-19.
Selain itu, imbauan untuk tidak bepergian hingga sejumlah syarat bepergian yang ditetapkan pemerintah menjadi pertimbangan bagi para calon penumpang untuk melakukan perjalanan.
Ia mengatakan total catatan jumlah penumpang itu adalah sejak H-7 hingga H-1 Perayaan Hari Besar Natal di 43 pelabuhan yang tersebar di tujuh provinsi, masing-masing Jatim, Jateng, Bali, Kalteng, Kalsel, NTB, dan NTT.
“Untuk saat ini masih stabil dan tidak mengalami lonjakan yang berarti,” kata Suryo.
Ia mengatakan untuk Natal dan Tahun Baru saat ini, jumlah penumpang tertinggi tercatat di Pelabuhan Tenau Kupang, sekitar 8.400 orang, selanjutnya disusul Pelabuhan Tanjung Perak sebanyak 6.400 orang, dan Pelabuhan Maumere sejumlah 3.000 orang.
Sementara itu, Pelindo III juga telah menyiapkan pos koordinasi terpadu angkutan Nataru, yang didukung petugas dari berbagai instansi untuk menjamin kelancaran dan keamanan hingga ditegakkannya protokol kesehatan COVID-19.
“Pos tersebut beroperasi dari tanggal 18 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021. Beberapa fasilitas pendukung kami siapkan untuk terpenuhinya protokol kesehatan, mulai dari fasilitas untuk cuci tangan, cairan pembersih tangan, tempat pemeriksaan dokumen kesehatan, alat pengukur suhu tubuh, hingga petugas yang berkeliling untuk menegakkan protokol kesehatan,” katanya.
Dessy Arwang, salah seorang penumpang KM Sinabung tujuan Tanjung Perak – Sorong, Papua, mengaku memilih pulang ke daerah asalnya untuk merayakan Natal bersama keluarga.
Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya itu memilih menggunakan kapal laut karena harga yang lebih terjangkau jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya.
“Waktu tempuh sekitar 5 hari, saya akan beberapa bulan di Sorong karena kegiatan perkuliahan juga dilakukan secara daring,” katanya.
Dessy menyebut sejumlah persyaratan kesehatan yang diwajibkan bukan hal yang patut ditakuti, sebab hal itu hanya sebagai formalitas, serta sebagai upaya untuk saling melindungi baik antarpenumpang maupun keluarga di kampung halaman. (zal)