“Pengeluaran rumah tangga tidak mengalami kenaikan signifikan di saat menjelang Lebaran karena adanya kebijakan larangan mudik”
“Pengeluaran rumah tangga tidak mengalami kenaikan signifikan di saat menjelang Lebaran karena adanya kebijakan larangan mudik. Akibat larangan tersebut itu juga akhirnya masyarakat menahan untuk berbelanja,” kata Edy di Surabaya saat acara “Media Gathering” bersama wartawan, Sabtu.
Ia mencontohkan penjualan sepatu dan garmen yang tidak bisa meningkat. Sehingga Lebaran belum bisa diharapkan menjadi kegiatan yang mampu mendongkrak kinerja ekonomi di tahun 2021.
Ia mengatakan target pertumbuhan ekonomi nasional yang dipatok sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen di 2021 sangat berat, bahkan Edy pesimistis target tersebut bisa tercapai.
“Harapan kami di kuartal I/2021 kemarin ekonomi bisa tumbuh sebesar 1 persen hingga 2 persen. Ternyata pertumbuhannya masih minus sekitar 1 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding prediksi kita, sehingga target pertumbuhan ekonomi di 2021 sebesar 5 persen ini akan sangat berat,” katanya
Faktor lain yang mengakibatkan beratnya target pertumbuhan ekonomi 2021 karena masih tertundanya pelaksanaan proyek pemerintah. Akibatnya, beberapa proyek yang direncanakan akan dilaksanakan ternyata harus ditunda karena dianggap tidak masuk proyek vital.
Kemudian, Anggaran Pemerintah Daerah (APBD) yang mencapai sebesar Rp182 triliun masih belum maksimal dikucurkan, dan hingga saat ini, Pemerintah daerah belum membelanjakannya kecuali untuk belanja gaji pegawai saja.
“Dana tersebut justru kebanyakan masih tersimpan di bank daerah sehingga tidak bisa menggerakkan ekonomi daerah,” katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah segera membelanjakan dana tersebut agar bisa mengungkit ekonomi di daerah terkait.
“Pak Jokowi kemarin sudah sangat kecewa ternyata dana sebesar itu masih tersimpan di bank daerah, disisi lain, pandemi COVID-19 di dunia juga belum terkendali. Adanya tsunami COVID-19 di India menjadi ancaman baru bagi dunia, termasuk sektor ekonomi. Apalagi varian baru virus corona B.1.617 yang ada di India tersebut ternyata juga sudah ditemukan di Indonesia,” katanya.
Oleh karena itu, pengusaha yang tergabung dalam Forkas berharap pemerintah terus bekerja keras menuntaskan pemberian vaksin secara nasional.
“Mudah-mudahan pemberian vaksin sebesar 1 juta orang per hari yang akan dimulai bulan Juni bisa terlaksana dengan baik sehingga varian covid jenis baru ini bisa dicegah penyebarannya,” ujarnya. (ant)
“Pengeluaran rumah tangga tidak mengalami kenaikan signifikan di saat menjelang Lebaran karena adanya kebijakan larangan mudik”
“Pengeluaran rumah tangga tidak mengalami kenaikan signifikan di saat menjelang Lebaran karena adanya kebijakan larangan mudik. Akibat larangan tersebut itu juga akhirnya masyarakat menahan untuk berbelanja,” kata Edy di Surabaya saat acara “Media Gathering” bersama wartawan, Sabtu.
Ia mencontohkan penjualan sepatu dan garmen yang tidak bisa meningkat. Sehingga Lebaran belum bisa diharapkan menjadi kegiatan yang mampu mendongkrak kinerja ekonomi di tahun 2021.
Ia mengatakan target pertumbuhan ekonomi nasional yang dipatok sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen di 2021 sangat berat, bahkan Edy pesimistis target tersebut bisa tercapai.
“Harapan kami di kuartal I/2021 kemarin ekonomi bisa tumbuh sebesar 1 persen hingga 2 persen. Ternyata pertumbuhannya masih minus sekitar 1 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding prediksi kita, sehingga target pertumbuhan ekonomi di 2021 sebesar 5 persen ini akan sangat berat,” katanya
Faktor lain yang mengakibatkan beratnya target pertumbuhan ekonomi 2021 karena masih tertundanya pelaksanaan proyek pemerintah. Akibatnya, beberapa proyek yang direncanakan akan dilaksanakan ternyata harus ditunda karena dianggap tidak masuk proyek vital.
Kemudian, Anggaran Pemerintah Daerah (APBD) yang mencapai sebesar Rp182 triliun masih belum maksimal dikucurkan, dan hingga saat ini, Pemerintah daerah belum membelanjakannya kecuali untuk belanja gaji pegawai saja.
“Dana tersebut justru kebanyakan masih tersimpan di bank daerah sehingga tidak bisa menggerakkan ekonomi daerah,” katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah segera membelanjakan dana tersebut agar bisa mengungkit ekonomi di daerah terkait.
“Pak Jokowi kemarin sudah sangat kecewa ternyata dana sebesar itu masih tersimpan di bank daerah, disisi lain, pandemi COVID-19 di dunia juga belum terkendali. Adanya tsunami COVID-19 di India menjadi ancaman baru bagi dunia, termasuk sektor ekonomi. Apalagi varian baru virus corona B.1.617 yang ada di India tersebut ternyata juga sudah ditemukan di Indonesia,” katanya.
Oleh karena itu, pengusaha yang tergabung dalam Forkas berharap pemerintah terus bekerja keras menuntaskan pemberian vaksin secara nasional.
“Mudah-mudahan pemberian vaksin sebesar 1 juta orang per hari yang akan dimulai bulan Juni bisa terlaksana dengan baik sehingga varian covid jenis baru ini bisa dicegah penyebarannya,” ujarnya. (ant)
“Pengeluaran rumah tangga tidak mengalami kenaikan signifikan di saat menjelang Lebaran karena adanya kebijakan larangan mudik”
“Pengeluaran rumah tangga tidak mengalami kenaikan signifikan di saat menjelang Lebaran karena adanya kebijakan larangan mudik. Akibat larangan tersebut itu juga akhirnya masyarakat menahan untuk berbelanja,” kata Edy di Surabaya saat acara “Media Gathering” bersama wartawan, Sabtu.
Ia mencontohkan penjualan sepatu dan garmen yang tidak bisa meningkat. Sehingga Lebaran belum bisa diharapkan menjadi kegiatan yang mampu mendongkrak kinerja ekonomi di tahun 2021.
Ia mengatakan target pertumbuhan ekonomi nasional yang dipatok sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen di 2021 sangat berat, bahkan Edy pesimistis target tersebut bisa tercapai.
“Harapan kami di kuartal I/2021 kemarin ekonomi bisa tumbuh sebesar 1 persen hingga 2 persen. Ternyata pertumbuhannya masih minus sekitar 1 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding prediksi kita, sehingga target pertumbuhan ekonomi di 2021 sebesar 5 persen ini akan sangat berat,” katanya
Faktor lain yang mengakibatkan beratnya target pertumbuhan ekonomi 2021 karena masih tertundanya pelaksanaan proyek pemerintah. Akibatnya, beberapa proyek yang direncanakan akan dilaksanakan ternyata harus ditunda karena dianggap tidak masuk proyek vital.
Kemudian, Anggaran Pemerintah Daerah (APBD) yang mencapai sebesar Rp182 triliun masih belum maksimal dikucurkan, dan hingga saat ini, Pemerintah daerah belum membelanjakannya kecuali untuk belanja gaji pegawai saja.
“Dana tersebut justru kebanyakan masih tersimpan di bank daerah sehingga tidak bisa menggerakkan ekonomi daerah,” katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah segera membelanjakan dana tersebut agar bisa mengungkit ekonomi di daerah terkait.
“Pak Jokowi kemarin sudah sangat kecewa ternyata dana sebesar itu masih tersimpan di bank daerah, disisi lain, pandemi COVID-19 di dunia juga belum terkendali. Adanya tsunami COVID-19 di India menjadi ancaman baru bagi dunia, termasuk sektor ekonomi. Apalagi varian baru virus corona B.1.617 yang ada di India tersebut ternyata juga sudah ditemukan di Indonesia,” katanya.
Oleh karena itu, pengusaha yang tergabung dalam Forkas berharap pemerintah terus bekerja keras menuntaskan pemberian vaksin secara nasional.
“Mudah-mudahan pemberian vaksin sebesar 1 juta orang per hari yang akan dimulai bulan Juni bisa terlaksana dengan baik sehingga varian covid jenis baru ini bisa dicegah penyebarannya,” ujarnya. (ant)
“Pengeluaran rumah tangga tidak mengalami kenaikan signifikan di saat menjelang Lebaran karena adanya kebijakan larangan mudik”
“Pengeluaran rumah tangga tidak mengalami kenaikan signifikan di saat menjelang Lebaran karena adanya kebijakan larangan mudik. Akibat larangan tersebut itu juga akhirnya masyarakat menahan untuk berbelanja,” kata Edy di Surabaya saat acara “Media Gathering” bersama wartawan, Sabtu.
Ia mencontohkan penjualan sepatu dan garmen yang tidak bisa meningkat. Sehingga Lebaran belum bisa diharapkan menjadi kegiatan yang mampu mendongkrak kinerja ekonomi di tahun 2021.
Ia mengatakan target pertumbuhan ekonomi nasional yang dipatok sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen di 2021 sangat berat, bahkan Edy pesimistis target tersebut bisa tercapai.
“Harapan kami di kuartal I/2021 kemarin ekonomi bisa tumbuh sebesar 1 persen hingga 2 persen. Ternyata pertumbuhannya masih minus sekitar 1 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding prediksi kita, sehingga target pertumbuhan ekonomi di 2021 sebesar 5 persen ini akan sangat berat,” katanya
Faktor lain yang mengakibatkan beratnya target pertumbuhan ekonomi 2021 karena masih tertundanya pelaksanaan proyek pemerintah. Akibatnya, beberapa proyek yang direncanakan akan dilaksanakan ternyata harus ditunda karena dianggap tidak masuk proyek vital.
Kemudian, Anggaran Pemerintah Daerah (APBD) yang mencapai sebesar Rp182 triliun masih belum maksimal dikucurkan, dan hingga saat ini, Pemerintah daerah belum membelanjakannya kecuali untuk belanja gaji pegawai saja.
“Dana tersebut justru kebanyakan masih tersimpan di bank daerah sehingga tidak bisa menggerakkan ekonomi daerah,” katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah segera membelanjakan dana tersebut agar bisa mengungkit ekonomi di daerah terkait.
“Pak Jokowi kemarin sudah sangat kecewa ternyata dana sebesar itu masih tersimpan di bank daerah, disisi lain, pandemi COVID-19 di dunia juga belum terkendali. Adanya tsunami COVID-19 di India menjadi ancaman baru bagi dunia, termasuk sektor ekonomi. Apalagi varian baru virus corona B.1.617 yang ada di India tersebut ternyata juga sudah ditemukan di Indonesia,” katanya.
Oleh karena itu, pengusaha yang tergabung dalam Forkas berharap pemerintah terus bekerja keras menuntaskan pemberian vaksin secara nasional.
“Mudah-mudahan pemberian vaksin sebesar 1 juta orang per hari yang akan dimulai bulan Juni bisa terlaksana dengan baik sehingga varian covid jenis baru ini bisa dicegah penyebarannya,” ujarnya. (ant)