Bangga Indonesia, Depok – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi salah satu program unggulan pemerintah dalam mengatasi permasalahan dunia pendidikan tinggi saat ini, yaitu penyerapan tenaga kerja dan relevansi lulusan dengan dunia industri.
“Tingkat serapan lulusan perguruan tinggi saat ini di dunia kerja memang masih rendah. Sampai Februari 2021, komposisi penyerapan tenaga kerja dari perguruan tinggi hanya sekitar 10,18 persen. Banyak tantangan yang juga harus dihadapi mahasiswa ke depan, di antaranya adalah disrupsi teknologi dan otomasi dunia kerja yang memunculkan berbagai macam jenis pekerjaan yang baru,” kata Nadiem dalam paparannya pada acara webinar Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI), Rabu.
Dengan adanya program MBKM, maka para peserta didik dapat mengambil mata kuliah di luar program studi selama tiga semester, dan di luar kampus selama dua semester. Pertukaran pelajar, magang, riset, dan proyek kemanusiaan adalah beberapa kegiatan yang dapat diikuti dalam program MBKM.
Mahasiswa diharapkan dapat mengalami langsung ekosistem dunia kerja sehingga menjadi bekal kemampuan mereka dalam menjalani dunia kerja di masa depan. Inilah bentuk transformasi dunia pendidikan yang diinginkan pemerintah, yaitu kualitas lulusan yang relevan dengan dunia kerja dan berkompetensi tinggi.
Sementara itu Wakil Rektor UI Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Prof. Dr. rer. nat Abdul Haris mengatakan sebagai upaya untuk mendukung MBKM, UI telah membentuk Center for Independent Learning (CIL)/Pusat Merdeka Belajar. CIL adalah sebuah unit di bawah bidang akademik dan kemahasiswaan yang berfungsi untuk memfasilitasi program MBKM di UI.
“Jadi fungsi utamanya adalah sebagai pusat data dan market place mata kuliah. Nantinya para peserta dapat mencari informasi dan mengumpulkan data proyek serta laporan MBKM mereka melalui CIL. CIL juga berperan untuk melakukan kegiatan monitoring evaluasi terhadap implementasi program MBKM di UI,” ujar Abdul Haris dalam pemaparannya.
Proses birokrasi yang merepotkan memang menjadi salah satu tantangan penerapan MBKM di universitas. Untuk itu, salah satu fungsi CIL adalah sebagai penyederhana birokrasi antara fakultas, program studi, dan universitas dalam hal penyelenggaraan teknis MBKM.
“Dengan adanya CIL, maka para peserta didik dapat melaksanakan program MBKM tanpa melalui proses birokrasi panjang yang merepotkan sehingga penerapan MBKM dapat dilakukan secara terintegrasi, berkualitas, dan efisien,” katanya.
Seminar MWA UI dengan tema “Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Bangsa dan Kemanusiaan” adalah sebuah seminar yang berusaha menjadi wadah diskusi antar pemangku kepentingan dalam membicarakan isu-isu krusial dunia pendidikan saat ini. Nantinya, keluaran dari seminar ini adalah sebuah rekomendasi kebijakan (policy brief) yang akan diberikan ke pemerintah sebagai sebuah sumbangsih UI bagi bagi bangsa dan negara.
“Seri ke-3 webinar MWA kali ini fokus terhadap pendidikan. Isu yang diangkat tidak hanya pada hal pembentukan kecerdasan, namun juga tentang hal yang perlu dilakukan agar institusi pendidikan dapat berbagi tugas mendidik manusia Indonesia dengan para pemangku kepentingan lainnya, seperti industri, komunitas, ormas dan lembaga pemerintah atau swasta,” ujar Ketua MWA UI, Saleh Husin SE, MSi.
Selain mengundang Nadiem Makarim, pada sesi kedua di Seri 3 webinar ini, juga hadir narasumber lain, yakni Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dr. (HC) Puan Maharani S.Sos. yang menjadi keynote speaker, anggota Majelis Wali Amanat UI dan CEO Blue Bird Dr. (HC) Noni Purnomo, B. Eng., MBA, Randy Jusuf (Managing Director, Google Indonesi), dan Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UI, Prof. Dr. rer.nat. Abdul Haris. Sesi kedua pada bagian keynote speech dipandu oleh moderator Corina D. S. Riantoputra PhD., dan pada pemaparan panelis dipandu Don Bosco Selamun, Direktur Utama Metro TV.