Nikmati Setiap Momen dalam Hidup Kita
Setiap orang yang menginginkan naik kelas harus menempuh ujian. Setiap orang yang mendambakan prestasi haruslah mampu melewati berbagai rintangan. Memang hidup tanpa ujian nggak menarik. Nggak ada tantangan. Hidup tanpa tantangan membosankan! Ujian adalah motivasi untuk berprestasi. Ujian adalah pembentuk karakter.
Sobat. Satu hal yang sering kita lupa untuk melakukannya adalah menikmati setiap momen dalam hidup kita. Yak arena alasan klise ; sibuk, tidak sempat, terburu-buru, ribet dan sederet alasan lainnya, seringkali kita melewati momen-momen tersebut tanpa makna. Padahal, jika kita mau sedikit bersabar untuk meluangkan waktu menikmati setiap momen yang kita jalani, kita akan lebih bisa merasakan nikmatnya karunia Allah. Dengan kata lain, kita akan lebih bisa bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya yang luar biasa dan pada gilirannya, ini akan membuat kita bahagia.
Sobat, anda pernah melihat batu permata yang bernilai jutaan rupiah? Tahukah anda kalau permata atau emas mulanya hanyalah benda yang tak terlalu berharga yang terpendam di perut bumi? Tak terlalu bernilai, namun ketika benda tersebut dibakar oleh kobaran api, dibersihkan karat-karatnya, digosok dan dibentuk sedemikian rupa, akhirnya jadilah keduanya menjadi perhiasan yang sangat bernilai tinggi.
Sobat, rongsokan besi ditumpukkan barang bekas. Di tangan ahli besi, besi karatan itu dibasuh, dipanaskan di atas bara api yang membara hingga pijar. Kemudian dipukul berpuluh-puluh kali. Akhirnya, jadilah rongsokan besi-besi itu menjadi sebilah pedang yang mengkilap. Demikian pula keramik yang bernilai jutaan rupiah yang terpajang di toko-toko elit, di ruang tamu yang megah, ternyata dari tanah liat berlumpur? Tanah liat berlumpur tersebut baru bernilai jutaan rupiah, setelah mengalami proses pengolahan, penempaan, pembakaran, dan pendesainan sedemikian rupa.
Sobat, keadaan kita sama persis dengan besi karatan yang tak punya manfaat. Kita adalah tanah liat yang berlumpur. Kita adalah loyang emas yang tak bernilai. Untuk menjadi pedang yang mengkilap, permata yang berkilau, atau keramik yang indah kita harus melalui proses penempaan, pembakaran, pukulan demi pukulan yang keras untuk membentuk pribadi yang berkualitas.
Yup betul. Semua itu ada di universitas kehidupan ujiannya. Sebab pribadi yang berkualitas tak akan bisa dicapai, tanpa melalui proses pembelajaran, cobaan serta ujian demi ujian yang datang mendera. Semakin besar ujian yang kita hadapi, akan menjadikan diri kita semakin berkualitas.
Sobat, Ada empat tipe manusia ketika menghadapi ujian hidup itu.
- Type Kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Gampang sekali mengeluh pada kesulitan yang menimpanya. Orang type ini harus berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
- Type Lempeng besi. Mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi semakin besar tekanannya dan semakin komplek akhirnya bengkok dan tidak Orang type ini masih mencoba bertahan sebelumnya akhirnya menyerah. Tapi kalau mau berusaha dan berlatih orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.
- Type kapas. Ini cukup lentur dalam menghadapi masalah atau Dia mampu bersikap fleksibel dan mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu. Dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.
- Type bola pingpong. Inilah yang ideal dan Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang seperti ini, karena gtekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong, saat ditekan, justru ia memantul ke atas dengan lebih dahsyat.
Sobat, ujian membuat hidup lebih berprestasi. Bukankah sejarah peradaban manusia justru membuktikan bahwa karya-karya besar dihasilkan dari sebuah tekanan dan ujian yang maha berat.
Ujian pula memunculkan kreativitas dan inovasi baru. Muhammad al-Fatih, seorang panglima besar dalam sejarah Islam penakluk kota konstantinopel. Ujian dan rintangan besar yang dilaluinya bersama pasukannya bukanlah membuat mereka menyerah begitu saja. Mereka terus berjuang, hingga akhirnya memunculkan inovasi baru sepanjang sejarah. Kemenangan pun berpihak kepada pasukan Muhammah al-Fatih.
Sobat, di penghujung artikel ini ada tips singkat dalam menghadapi masalah ; Senanglah memandang masalah dengan menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong kita. Tersenyumlah setiap menghadapi masalah. Jika Anda punya masalah, maka berbahagialah! Sebab kita sedang hidup, tumbuh dan berkembang. Jika kita bersabar dengan semua masalah itu, dosa-dosa kita akan dihapuskan oleh Allah SWT. Masalah adalah pengangkat derajat. Semakin besar permasalahan yang kita hadapi, maka menunjukkan semakin tinggi pula derajat kita. Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh.
Salam Dahsyat dan Luar Biasa !
( DR. Nasrul Syarif M.Si, Penulis Buku Santripreneur Santri Milenial. CEO Educoach. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Kediri. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )