Bangga Indonesia, Surabaya – Anak muda Indonesia merupakan segmentasi yang penting secara demografi.
Dengan jumlah komposisi 24 persen menurut BPS pada survey 2020, menunjukkan peran anak muda menjadi berarti dalam sektor sosial, ekonomi dan politik khususnya mewujudkan bonus demografi untuk kejayaan se-abad Indonesia di 2045.
Hal inilah yang coba didiskusikan oleh Bara Institute dalam #BaraBicara003 bertajuk “Anak Muda beneran Anti-Politik? : Perspektif Sejarah Pemuda Bangsa” yang diadakan pada Sabtu (27/03/2021) yang diadakan secara daring dan dihadiri oleh narasumber yang otoritatif.
“Penting bagi politisi muda untuk memiliki akses terhadap sumber daya politik,” pungkas narasumber pertama, Subandi Rianto, S.Sos., M.A. mengambil pelajaran politik anak muda pra-kemerdekaan.
Alumni pasca-sarjana Universitas Gadjah Mada ini juga menambahkan Peran mentor politik juga sangat penting bagi politisi. Contoh Natsir saja memiliki tiga mentor yang mempengaruhi pola pikir dan berpolitiknya.
Menurut dia, Rengasdengklok dan revolusi di Surabaya bisa jadi pelajaran bahwa generasi muda. Juga harus mampu bernegosiasi dengan golongan tua.
“Negosiasi sering kali banyak menghemat amunisi,” tegas sejarawan yang pernah menimba ilmu di Universitas Airlangga ini. Ia juga berpesan kepada generasi muda untuk menyiapkan diri di panggung politik.
Narasumber kedua, Himas el Hakim, S.H., C.L.A., dengan perspektif realita politik hukum memaparkan,”Setidaknya anak muda harus memiliki privilege-privilege yang dapat diusahakan agar memiliki daya tawar di kancah politik”.
Alumni Fakultas Hukum Universitas Airlangga ini mempertegas memang ada privilege yang sifatnya takdir. Seperti anak siapa, keturunan mana, dan semacamnya. Namun tak sedikit hal yang bisa diperjuangkan dan disiapkan sejak dini seperti privilege persona intelektual, sosial dan finansial.
Direktur Eksekutif Bara Institute, yang akrab disapa Cak Hakim ini menyampaikan pentingnya bagi anak muda masuk dalam ruang politik. Ini agar kepentingan dan gagasan pemuda harus dijalankan dari, oleh dan untuk anak muda itu sendiri, serta memperbanyak pemimpin bangsa guna menjamin terkawalnya tujuan berbangsa.
Diskusi yang dihadiri dan disaksikan puluhan anak muda se-Indonesia ini ditutup dengan menumbuhkan optimisme kepada anak muda untuk menyiapkan diri menjadi pemimpin masa kini Indonesia dengan prestasi dan kontribusi. (zal)