Senin, 25 November 2024

Pertamina Cilacap Dorong PMI Purna Berdaya Mengolah Tambak

“…Saatnya kita alihkan pengalaman itu untuk membesarkan kampung halaman mereka sendiri”

Bangga Indonesia, Cilacap – Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap mendorong para wanita pekerja migran Indonesia (PMI) purna di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, lebih berdaya dengan mengoptimalkan potensi lingkungan khususnya tambak.

Hal itu diwujudkan Pertamina RU IV Cilacap melalui pelatihan olahan tambak bagi kelompok wanita PMI purna Kutawaru di Saung Wisata Pemancingan “Kampoeng Kepiting”, Kelurahan Kutawaru, Sabtu (6/3/2021).

Area Manager Communication, Relations, and CSR Pertamina RU IV Cilacap Hatim Ilwan mengatakan pelatihan tersebut sebagai bagian dari program pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kutawaru (Mamaku) guna memaskimalkan peran perusahaan terhadap aspek lingkungan.

“Hal ini dilatarbelakangi tingginya angka pengangguran khususnya perempuan yang telah lepas dari kontrak PMI,” katanya.

Menurut dia, program Mamaku fokus pada pengembangan masyarakat berbasis eco-tourism dengan empat kegiatan utama, yakni pengembangan silvofishery tambak kepiting, inovasi pengelolaan sampah mandiri berbasis energi baru terbarukan, pengembangan wisata pemancingan kelompok pembudidaya ikan, dan pelatihan pengelolaan tambak kelompok wanita PMI purna.

Di sisi lain, kata dia, masuknya peran PMI purna juga untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia dalam mendukung konsep eco-tourism khususnya pengelolaan hasil tambak menjadi camilan atau oleh-oleh khas Mamaku.

“Para PMI purna ini tentu memiliki pengalaman yang matang di luar negeri. Saatnya kita alihkan pengalaman itu untuk membesarkan kampung halaman mereka sendiri,” katanya.

Ia mengatakan peserta pelatihan tergabung dalam kelompok Bunda Malutik Kutawaru (Buntikku).

Menurut dia, kata “Malutik” berasal dari bahasa setempat yang artinya grumbul atau dalam bahasa Indonesia dimaknai bersatu.

“Kegiatan pelatihan ini menggunakan protokol kesehatan secara ketat seperti penggunaan masker dan peserta lebih dulu menjalani swab antigen,” kata Hatim.

Pelatihan diikuti 10 orang PMI purna yang kesulitan memperpanjang kontrak di luar negeri karena terdampak pandemi COVID-19, sedangkan pemateri dalam kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari Persatuan Chef Profesional Banyumas.

Dalam kesempatan itu, Officer CSR and SMEPP Pertamina RU IV Dian Kuswardani secara simbolis menyerahkan bantuan peralatan dan perlengkapan kegiatan pelatihan olahan tambak.

Ketua Kelompok Buntikku Sumiyati menyambut antusias kegiatan pelatihan yang diinisiasi oleh Pertamina RU IV Cilacap.

“Ini menjadi wujud sinergi yang terjalin sangat baik selama ini. Kami yakin kegiatan ini bermanfaat untuk memberdayakan para PMI purba untuk fokus pada potensi lokal sehingga tidak harus menjadi PMI lagi,” katanya.(ant)

“…Saatnya kita alihkan pengalaman itu untuk membesarkan kampung halaman mereka sendiri”

Bangga Indonesia, Cilacap – Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap mendorong para wanita pekerja migran Indonesia (PMI) purna di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, lebih berdaya dengan mengoptimalkan potensi lingkungan khususnya tambak.

Hal itu diwujudkan Pertamina RU IV Cilacap melalui pelatihan olahan tambak bagi kelompok wanita PMI purna Kutawaru di Saung Wisata Pemancingan “Kampoeng Kepiting”, Kelurahan Kutawaru, Sabtu (6/3/2021).

Area Manager Communication, Relations, and CSR Pertamina RU IV Cilacap Hatim Ilwan mengatakan pelatihan tersebut sebagai bagian dari program pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kutawaru (Mamaku) guna memaskimalkan peran perusahaan terhadap aspek lingkungan.

“Hal ini dilatarbelakangi tingginya angka pengangguran khususnya perempuan yang telah lepas dari kontrak PMI,” katanya.

Menurut dia, program Mamaku fokus pada pengembangan masyarakat berbasis eco-tourism dengan empat kegiatan utama, yakni pengembangan silvofishery tambak kepiting, inovasi pengelolaan sampah mandiri berbasis energi baru terbarukan, pengembangan wisata pemancingan kelompok pembudidaya ikan, dan pelatihan pengelolaan tambak kelompok wanita PMI purna.

Di sisi lain, kata dia, masuknya peran PMI purna juga untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia dalam mendukung konsep eco-tourism khususnya pengelolaan hasil tambak menjadi camilan atau oleh-oleh khas Mamaku.

“Para PMI purna ini tentu memiliki pengalaman yang matang di luar negeri. Saatnya kita alihkan pengalaman itu untuk membesarkan kampung halaman mereka sendiri,” katanya.

Ia mengatakan peserta pelatihan tergabung dalam kelompok Bunda Malutik Kutawaru (Buntikku).

Menurut dia, kata “Malutik” berasal dari bahasa setempat yang artinya grumbul atau dalam bahasa Indonesia dimaknai bersatu.

“Kegiatan pelatihan ini menggunakan protokol kesehatan secara ketat seperti penggunaan masker dan peserta lebih dulu menjalani swab antigen,” kata Hatim.

Pelatihan diikuti 10 orang PMI purna yang kesulitan memperpanjang kontrak di luar negeri karena terdampak pandemi COVID-19, sedangkan pemateri dalam kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari Persatuan Chef Profesional Banyumas.

Dalam kesempatan itu, Officer CSR and SMEPP Pertamina RU IV Dian Kuswardani secara simbolis menyerahkan bantuan peralatan dan perlengkapan kegiatan pelatihan olahan tambak.

Ketua Kelompok Buntikku Sumiyati menyambut antusias kegiatan pelatihan yang diinisiasi oleh Pertamina RU IV Cilacap.

“Ini menjadi wujud sinergi yang terjalin sangat baik selama ini. Kami yakin kegiatan ini bermanfaat untuk memberdayakan para PMI purba untuk fokus pada potensi lokal sehingga tidak harus menjadi PMI lagi,” katanya.(ant)

“…Saatnya kita alihkan pengalaman itu untuk membesarkan kampung halaman mereka sendiri”

Bangga Indonesia, Cilacap – Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap mendorong para wanita pekerja migran Indonesia (PMI) purna di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, lebih berdaya dengan mengoptimalkan potensi lingkungan khususnya tambak.

Hal itu diwujudkan Pertamina RU IV Cilacap melalui pelatihan olahan tambak bagi kelompok wanita PMI purna Kutawaru di Saung Wisata Pemancingan “Kampoeng Kepiting”, Kelurahan Kutawaru, Sabtu (6/3/2021).

Area Manager Communication, Relations, and CSR Pertamina RU IV Cilacap Hatim Ilwan mengatakan pelatihan tersebut sebagai bagian dari program pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kutawaru (Mamaku) guna memaskimalkan peran perusahaan terhadap aspek lingkungan.

“Hal ini dilatarbelakangi tingginya angka pengangguran khususnya perempuan yang telah lepas dari kontrak PMI,” katanya.

Menurut dia, program Mamaku fokus pada pengembangan masyarakat berbasis eco-tourism dengan empat kegiatan utama, yakni pengembangan silvofishery tambak kepiting, inovasi pengelolaan sampah mandiri berbasis energi baru terbarukan, pengembangan wisata pemancingan kelompok pembudidaya ikan, dan pelatihan pengelolaan tambak kelompok wanita PMI purna.

Di sisi lain, kata dia, masuknya peran PMI purna juga untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia dalam mendukung konsep eco-tourism khususnya pengelolaan hasil tambak menjadi camilan atau oleh-oleh khas Mamaku.

“Para PMI purna ini tentu memiliki pengalaman yang matang di luar negeri. Saatnya kita alihkan pengalaman itu untuk membesarkan kampung halaman mereka sendiri,” katanya.

Ia mengatakan peserta pelatihan tergabung dalam kelompok Bunda Malutik Kutawaru (Buntikku).

Menurut dia, kata “Malutik” berasal dari bahasa setempat yang artinya grumbul atau dalam bahasa Indonesia dimaknai bersatu.

“Kegiatan pelatihan ini menggunakan protokol kesehatan secara ketat seperti penggunaan masker dan peserta lebih dulu menjalani swab antigen,” kata Hatim.

Pelatihan diikuti 10 orang PMI purna yang kesulitan memperpanjang kontrak di luar negeri karena terdampak pandemi COVID-19, sedangkan pemateri dalam kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari Persatuan Chef Profesional Banyumas.

Dalam kesempatan itu, Officer CSR and SMEPP Pertamina RU IV Dian Kuswardani secara simbolis menyerahkan bantuan peralatan dan perlengkapan kegiatan pelatihan olahan tambak.

Ketua Kelompok Buntikku Sumiyati menyambut antusias kegiatan pelatihan yang diinisiasi oleh Pertamina RU IV Cilacap.

“Ini menjadi wujud sinergi yang terjalin sangat baik selama ini. Kami yakin kegiatan ini bermanfaat untuk memberdayakan para PMI purba untuk fokus pada potensi lokal sehingga tidak harus menjadi PMI lagi,” katanya.(ant)

“…Saatnya kita alihkan pengalaman itu untuk membesarkan kampung halaman mereka sendiri”

Bangga Indonesia, Cilacap – Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap mendorong para wanita pekerja migran Indonesia (PMI) purna di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, lebih berdaya dengan mengoptimalkan potensi lingkungan khususnya tambak.

Hal itu diwujudkan Pertamina RU IV Cilacap melalui pelatihan olahan tambak bagi kelompok wanita PMI purna Kutawaru di Saung Wisata Pemancingan “Kampoeng Kepiting”, Kelurahan Kutawaru, Sabtu (6/3/2021).

Area Manager Communication, Relations, and CSR Pertamina RU IV Cilacap Hatim Ilwan mengatakan pelatihan tersebut sebagai bagian dari program pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kutawaru (Mamaku) guna memaskimalkan peran perusahaan terhadap aspek lingkungan.

“Hal ini dilatarbelakangi tingginya angka pengangguran khususnya perempuan yang telah lepas dari kontrak PMI,” katanya.

Menurut dia, program Mamaku fokus pada pengembangan masyarakat berbasis eco-tourism dengan empat kegiatan utama, yakni pengembangan silvofishery tambak kepiting, inovasi pengelolaan sampah mandiri berbasis energi baru terbarukan, pengembangan wisata pemancingan kelompok pembudidaya ikan, dan pelatihan pengelolaan tambak kelompok wanita PMI purna.

Di sisi lain, kata dia, masuknya peran PMI purna juga untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia dalam mendukung konsep eco-tourism khususnya pengelolaan hasil tambak menjadi camilan atau oleh-oleh khas Mamaku.

“Para PMI purna ini tentu memiliki pengalaman yang matang di luar negeri. Saatnya kita alihkan pengalaman itu untuk membesarkan kampung halaman mereka sendiri,” katanya.

Ia mengatakan peserta pelatihan tergabung dalam kelompok Bunda Malutik Kutawaru (Buntikku).

Menurut dia, kata “Malutik” berasal dari bahasa setempat yang artinya grumbul atau dalam bahasa Indonesia dimaknai bersatu.

“Kegiatan pelatihan ini menggunakan protokol kesehatan secara ketat seperti penggunaan masker dan peserta lebih dulu menjalani swab antigen,” kata Hatim.

Pelatihan diikuti 10 orang PMI purna yang kesulitan memperpanjang kontrak di luar negeri karena terdampak pandemi COVID-19, sedangkan pemateri dalam kegiatan tersebut menghadirkan narasumber dari Persatuan Chef Profesional Banyumas.

Dalam kesempatan itu, Officer CSR and SMEPP Pertamina RU IV Dian Kuswardani secara simbolis menyerahkan bantuan peralatan dan perlengkapan kegiatan pelatihan olahan tambak.

Ketua Kelompok Buntikku Sumiyati menyambut antusias kegiatan pelatihan yang diinisiasi oleh Pertamina RU IV Cilacap.

“Ini menjadi wujud sinergi yang terjalin sangat baik selama ini. Kami yakin kegiatan ini bermanfaat untuk memberdayakan para PMI purba untuk fokus pada potensi lokal sehingga tidak harus menjadi PMI lagi,” katanya.(ant)

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News