“Di tengah pandemi COVID-19 ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan usaha jamur tiram sebanyak-banyaknya, karena permintaan terus meningkat per harinya,” kata pengelola budidaya jamur tiram Ahmad Said di Solok, Selasa.
Said mengatakan saat pandemi COVID-19 ini memang banyak yang meminati jamur tiram, bahkan ia sendiri tidak mampu untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
“Jamur yang bakal jadi ini pun jauh-jauh hari sudah banyak yang memesannya,” kata Said menambahkan.
Kendati produksi dan permintaan tidak seimbang di pasaran, tetapi harga jual jamur tiram putih tetap stabil. Hal itu, menurut dia untuk menjaga konsumen jamur putih tetap lancar.
“Kami menjual jamur tiram putih seharga Rp20.000 per kilogramnya. Harga tidak dinaikkan, dan yang penting semua bisa laku dan kami tetap untung,” tambahnya.
Said juga mengatakan peningkatan permintaan jamur tiram dari para pengrajin yang sering diolah untuk makanan keripik dan abon serta masakan lainnya, tidak didukung kemampuan meningkatkan produksi jamur tiram.
Biasanya ia memanen jamur tiram itu rata-rata 70 kilogram per hari dan bahkan tetap tidak mampu memenuhi pasaran.
“Untuk itu kami berencana akan terus mengembangkan usaha ini. Karena cukup menjanjikan dan perawatannya pun tidak terlalu rumit,” kata dia.
Selain itu, ia mengatakan usaha budidaya jamur tiram belum terlalu berkembang di Solok. Hal itu karena masih banyak masyarakat yang belum tertarik dengan usaha itu. Padahal menurut dia usaha itu cukup menjanjikan.
Ia berharap ke depannya masyarakat di Kota Solok bisa bekerja sama untuk mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Karena menurut dia mampu menciptakan masyarakat Solok yang bisa mandiri pangan dan memajukan perekonomian masyarakat ke depannya. ( Ant )
“Di tengah pandemi COVID-19 ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan usaha jamur tiram sebanyak-banyaknya, karena permintaan terus meningkat per harinya,” kata pengelola budidaya jamur tiram Ahmad Said di Solok, Selasa.
Said mengatakan saat pandemi COVID-19 ini memang banyak yang meminati jamur tiram, bahkan ia sendiri tidak mampu untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
“Jamur yang bakal jadi ini pun jauh-jauh hari sudah banyak yang memesannya,” kata Said menambahkan.
Kendati produksi dan permintaan tidak seimbang di pasaran, tetapi harga jual jamur tiram putih tetap stabil. Hal itu, menurut dia untuk menjaga konsumen jamur putih tetap lancar.
“Kami menjual jamur tiram putih seharga Rp20.000 per kilogramnya. Harga tidak dinaikkan, dan yang penting semua bisa laku dan kami tetap untung,” tambahnya.
Said juga mengatakan peningkatan permintaan jamur tiram dari para pengrajin yang sering diolah untuk makanan keripik dan abon serta masakan lainnya, tidak didukung kemampuan meningkatkan produksi jamur tiram.
Biasanya ia memanen jamur tiram itu rata-rata 70 kilogram per hari dan bahkan tetap tidak mampu memenuhi pasaran.
“Untuk itu kami berencana akan terus mengembangkan usaha ini. Karena cukup menjanjikan dan perawatannya pun tidak terlalu rumit,” kata dia.
Selain itu, ia mengatakan usaha budidaya jamur tiram belum terlalu berkembang di Solok. Hal itu karena masih banyak masyarakat yang belum tertarik dengan usaha itu. Padahal menurut dia usaha itu cukup menjanjikan.
Ia berharap ke depannya masyarakat di Kota Solok bisa bekerja sama untuk mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Karena menurut dia mampu menciptakan masyarakat Solok yang bisa mandiri pangan dan memajukan perekonomian masyarakat ke depannya. ( Ant )