Bangga Indonesia, Banyuwangi – Abdullah Azwar Anas telah resmi memasuki masa purnatugas sebagai Bupati Banyuwangi pada Rabu (17/2) lalu. Bupati dua periode itu mendapat banyak tawaran menjadi dosen di sejumlah kampus dan juga konsultan kepala daerah.
“Beberapa rektor sudah meminta saya untuk menjadi dosen luar biasa, termasuk di beberapa program pascasarjana. Alhamdulillah, tentu ini tantangan baru bagi saya,” katanya saat dihubungi di Banyuwangi, Jumat.
Menurut ia, tawaran menjadi dosen luar biasa itu didorong keinginan kalangan akademisi untuk mendiskusikan berbagai program dan inovasi Banyuwangi dalam konteks akademik.
“Ya saya kira ini menarik, bagaimana praktik politik kebijakan ditarik lagi ke teori kebijakan publik. Saya yakin, sebagian pasti tidak nyambung, karena dinamika politik yang tidak selamanya terakomodasi di teori, tapi justru di situlah letak menariknya untuk jadi bahan perdebatan akademis,” katanya.
Menurut Azwar Anas, sudah ada enam kampus yang memintanya menjadi dosen luar biasa. “Dua kampus di Banyuwangi, dua di Surabaya, satu di Jakarta, dan satu di Yogyakarta. Ada PTN dan PTS,” katanya.
Azwar Anas pun tertarik mengajar mata kuliah kebijakan publik, pemasaran, dan pariwisata.
“Nanti model kuliahnya lebih banyak mengalir. Juga bisa lewat daring,” kata Anas yang pernah mengikuti studi singkat ilmu kepemerintahan di Harvard Kennedy School of Government (2011) dan di The Institute of Public Administration of Canada (2012) itu.
Selain menjadi dosen luar biasa, Anas mengaku juga mendapat banyak tawaran menjadi konsultan kepala daerah dalam hal pengembangan inovasi kebijakan publik dan pemasaran daerah.
“Akhir Februari ini, saya juga diminta mengisi semacam workshop bagi sejumlah tim dari kepala daerah-kepala daerah yang baru terpilih,” ucapnya.
Di akhir masa jabatannya, Azwar Anas juga meluncurkan dan membedah tiga buku yang ditulisnya dalam waktu dua tahun terakhir, yaitu “Anti-Mainstrem Marketing: 20 Jurus Mengubah Banyuwangi” (Gramedia Pustaka Utama 2019), “Inovasi Banyuwangi: Jalan Terpendek Mencapai Layanan Publik Prima” (Gramedia Pustaka Utama, 2019) dan “Creative Collaboration: 10 Tahun Perjalanan Transformasi Banyuwangi” (Mizan, 2020).
“Buku ini ibarat laporan publik atas apa yang diperjuangkan Banyuwangi selama ini, dengan keberhasilan dan tentu saja masih ada kekurangan di dalamnya. Semoga bisa menjadi semacam referensi untuk mengadaptasi apa yang bagus di Banyuwangi, dan mengambil pelajaran dari apa yang kurang berhasil di Banyuwangi,” tutur Anas.(ant)