Bangga Indonesia, Trawas-Mojokerto – Akhir pekan lalu, Sabtu 23 Januari 2021 aku berangkat dari rumah Gresik sekitar pukul 09.00 WIB untuk ikut acara Ngaji Jurnalistik(NJ). Aku sempatkan mampir ke Margorukun Surabaya, silaturahim ke bapak mertua dan kedua anakku.
Pukul 09.50 setelah dari Margorukun Aku menuju ke rumah Ustadz Faqih Syarief di Waru. Karena sudah janjian dengan beliau berangkat bersama ke Trawas, tempat acara Nagji Jurnalistik.
Sampai di rumah Ustadz Faqih sudah ada dua orang tamu. Yaitu Cak Amu yang aku tahu dari foto dan videonya. Dialah wartawan senior Jawa Pos yang akan memberi materi pelatihan di Ngaji Jurnalistik.
Satu orang lagi yang aku belum pernah kenal sama sekali. Ternyata setelah berkenalan, dia juga salah satu peserta yang berangkat bareng dengan mobil city car milik Dr N Faqih Syarief, selaku ketua panitia dan salah satu pemateri. Dialah Pak Ahmad Sholeh pengelola sekolah khusus tahfidz (penghafal) Al Quran tingkat SMP di daerah Tenggilis, Surabaya,
Betapa senang dan bangga bisa semobil dengan dua nara sumber yang hebat yang duduk di bagian depan. Sementara aku dengan kenalan baruku Pak Sholeh duduk di bagian belakang. Aku diam dan tak banyak bicara karena kita sama-sama kenal.
Kami berempat menuju ke Pesantren Alam Mandiri Ummul Quro Seloliman Trawas Mojokerto, tempat acara pelatihan dua hari, satu malam.
Sesampai di daerah Kecamatan Ngoro Mojokerto, pas menjelang dhuhur kami mengisi lambung yang mulai keroncongan. Ustad Faqih yang mengemudikan mobilnya, memesankan dan membayar sendiri makan siang kami.
Tidak lupa dalam makan itu selain berdoa juga menaati protokol kesehatan dengan jaga jarak saat makan. Dalam hati aku berdoa,” Semoga Alloh membalas yg lebih baik atas kebaikannya.”
Sekitar pukul 13.00 kami tiba di lokasi. Kami merasakan hawa sejuk pegunungan. Kemudian kami ditunjukkan tempat menginap yg bersahaja. Cukup luas berbentuk persegi panjang dilengkapi dengan bantal dan alas tidur kasur di lantai. Lengkap dengan kamar mandi dan toilet yg bersih dan bagus.
Ada musolah cukup luas. Tanpa dinding tetapi legar, kami bisa bebas melihat pemandangan sawah terasering dan gemericik air sungai yang dapat menenangkan jiwa.
Kami kemudian melaksanakan shalat duhur berjamaah dan sekaligus musalah itu menjadi tempat Ngaji Jurnalistik.
Tepat pukul 14.00 DR.N.Faqih Syarif, M.Si memandu mengawali acara dengan Ta’aruf (perkenalan) tiap peserta. Jumlah peserta menurut panitia yang sudah terkonfirmasi ada 15 orang.
“Namun ada kendala peserta dari Malang Raya dan Blitar,” ungkap Ustadz Faqih penulis buku masa “Buatlah Tanda di Alam Semesta itu. Sehingga tinggal 7 peserta. Namun, kami merasa suasana batin satu frekuensi antara pemateri dan peserta.
Setelah ba’da Asar dimulai sesi pertama. Ustadz Faqih mempersilahkan Cak Amu dengan sebutan Kyai Jurnalistik untuk menyampaikan materi dasar-dasar jurnalistik. Dengan gaya khasnya Abdul Muis nama lengkap Cak Amu yang merupakan wartawan senior Jawa Pos menyampaikan pemaparannya tentang Rukun-Syarat Berita Layak Tayang. Di antaranya ada timelines, aktual, magnitute, ketokohan, eksklusif, human Interest, dll
Tampak para peserta antusias dan semangat meskipun dalam suasana diguyur hujan deras. Diakhir sesi Kiyai Jurnalistik yang pernah menjadi Pemred Jawa Pos edisi Saudi Arabia ini memberikan tugas kepada para peserta untuk menulis reportase atau straight news.
Setelah Isya’ sesi kedua dengan materi fotogarfi jurnalistik disampaikan oleh wartawan milenial Jawa Pos yang merupakan redaktur pelaksana portal banggaindonesia.com. Salman Alfarisi.
Meski masih muda Mas Salman bisa memberikan penjelasan dan praktik menggunakan foto kamera dan pencahayaan yang dapat menarik peserta . Di akhir sesi peserta diberikan tugas praktek foto alam dan vlog pagi harinya.
Di sesi terakhir Sabtu, materi berikutnya disampaikan oleh DR.N.Faqih Syarif, M.Si, tentang penulisan buku. Beliau menjelaskan dengan menggunakan akronim yang mudah diingat peserta.
Kata Ustad Faqih menulis itu mudah dengan istilah ATM (amati, tiru, dan modifikasi). “Dengan menulis telah membuat tanda di bumi,” ungkap penulis buku produktif ini.
Dengan penjelasan yang khas sebagai motivator, peserta yang sebenarnya sudah mengantuk jadi terpukau. Sasana tetap gayeng hingga jam sepuluh malam. Ustad aqih terpaksa mengakhiri materinya, karena peserta malam itu harus menyelesaikan tugas dari Cak Amu.
Penulis: Muhammad Anwar (Guru SDN Negeri di Gresik, peserta Ngaji Jurnalistik)