Bangga Indonesia, Jakarta – Pencinta Alam Penelusur Belantara Tapak Tiara menggandeng Star Energy Geothermal Wayang Windu Limited (SEGWWL) untuk menyelenggarakan program restorasi situ di Pangalengan, Jawa Barat.
“Berangkat dari keprihatinan kondisi situ di kawasan konservasi yang airnya mengering maka kami menggandeng Star Energy untuk merestorasi kawasan konservasi di wilayah operasi perusahaan,” kata Ketua Garis Besar Program Kegiatan Pencinta Alam Penelusur Belantara Tapak Tiara, Dedi Ruhiyat saat dihubungi, Minggu.
Dedi mengatakan Tapak Tiara merupakan kelompok anak-anak muda pecinta alam yang tergerak untuk kembali melestarikan kembali lahan-lahan kritis di Jawa Barat terutama di kawasan Pangalengan.
yang tergabung dalam kelompok Pecinta Alam Penelusur Belantara Tapak Tiara tergerak untuk melestarikan lahan-lahan kritis di kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Program yang dinamakan Citra Bakti Lestari ini berhasil melestarikan kembali kawasan Leuweung Citere dan Citiis, bahkan kini situ-situ yang berada di kawasan itu sudah kembali tergenang.
Dedi Ruhiyat mengatakan saat pertama kali masuk ke Leuweung Citere pada September 2017 kondisi di lapangan tidak bisa disebut hutan. Meskipun masyarakat setempat menamakannya sebagai leuweung yang dalam Sunda berarti hutan. Namun yang terlihat hanyalah hamparan padang rumput yang saat kemarau terlihat gersang.
Bahkan di dalam Leuweung Citere tersebut terdapat situ (danau) yang kondisi airnya sudah mengering padahal kawasan itu merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat Jawa Barat dengan adanya PDAM Tirta Raharja di kawasan tersebut.
Butuh waktu tiga tahun bagi Dedi dan rekan-rekannya untuk merestorasi area konservasi seluas 1,4 hektare yang berlokasi di lahan milik PTPN VIII Kertamanah sehingga akhirnya situ yang semula kering tersebut kini kembali berair.
Dedi menjelaskan bekerja sama dengan masyarakat di Desa Margamukti dan komunitas sekitar seperti Karang Taruna, Pramuka, siswa sekolah melakukan penanaman bibit pohon sekaligus memelihara lingkungan di sekitar kawasan.
“Saat ini sudah ada 28 komunitas yang terlibat untuk memelihara lingkungan di Citere,” ujar Dedi.
Sampai saat ini, jelas Dedi, di Leuweung Citere telah ditanami 1.240 pohon dengan tinggi rata-rata 2 meter. Upaya tersebut membuahkan hasil, sebanyak 19 mata air yang selama ini kering kini kembali mengeluarkan air sehingga situ tersebut kini penuh dengan air.
“Kira-kira separoh dari luas lahan yang kita kelola (1,4 hektare) sudah terisi kembali, padahal awalnya saat kemarau situ tersebut tidak ada airnya,” kata Dedi.
Rupanya kerja keras yang diraih Dedi bersama-sama rekannya itu dinilai sukses, sehingga program Citra Bakti Lestari diperluas untuk menggarap kawasan konservasi Citiis yang berlokasi di petak 72 Perhutani yang masih berlokasi di selatan Bandung.
Sama halnya di Leuweu Citere, di Citiis juga terdapat situ yang sudah mengering. Namun berkat program restorasi secara berkesinambungan saat ini sudah empat mata air yang kembali mengeluarkan air.
Mengingat programnya masih baru kapasitasnya masih kecil yakni 4 liter per detik, berbeda dengan di Citere yang saat ini menghasilkan 50 liter per detik, sedangkan saat kemarau sebanyak 30 liter per detik.
Dedi mengatakan bersama rekan-rekannya sesama komunitas secara terus menerus melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar dengan tujuan agar sama-sama memelihara kawasan konservasi tersebut.
Dia berharap pada tahun 2021 mendatang kawasan tersebut sudah benar-benar menjadi hutan. Program restorasi yang telah dijalankannya itu telah menghabiskan Rp500 juta.
Terkait program Citra Bakti Lestari, Head of Department Star Energy Geothermal (SEGWWL) Nungki N. Hendradjati mengatakan sebagai anak usaha Barito Pacific yang bergerak di bidang pemanfaatan potensi energi panas bumi, perusahaan berkomitmen untuk selalu mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku, terutama di bidang lingkungan.
Tugas perusahaan, jelas Nungki selain mengembangkan energi dan ekonomi ramah lingkungan di Indonesia, juga ikut memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan. Hal itu juga yang kemudian mendorong perusahaan bekerjasama dengan kelompok pecinta alam Tapak Tiara melakukan kegiatan konservasi air di kawasan Pengalengan.
Selain bekerjasama dengan organisasi pelestarian lingkungan, SEGWWL sebagai pemilik dan pengelola PLTP Wayang Windu dengan kapasitas listrik saat ini sebesar 227 MW ini secara konsisten melakukan pengelolaan lingkungan didalam kawasan maupun sekitar wilayah kerja operasi guna menimalisir potensi dampak dari kegiatan operasional.
Diantara upaya yang dilakukan oleh SEGWWL untuk mengelola lingkungan, contohnya, program efisiensi dan konservasi air, pelestarian keanekaragaman hayati.
Program efisiensi dan konservasi air diantaranya menggunakan air laut yang disuling (air kondesat) sebagai substitusi penggunaan air permukaan untuk melarutkan lumpur saat aktivitas pengeboran.
Air kondensat juga digunakan untuk sejumlah pekerjaan seperti penggantian katup utama dan katup pendukung, pengisian awal menara pendingin, membersihkan sisa sulfur pada menara pendingin, serta digunakan untuk memelihara sumur.
Nungki mengatakan pengelolaan lingkungan di SEGWWL seluruhnya mengacu kepada sistem manajemen lingkungan ISO 14001 sejak tahun 2007.
Perusahaan, kata Nungki, juga berkomitmen untuk melaksanakan perlindungan lingkungan dan menanggapi perubahan kondisi lingkungan yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi melalui sertifikasi ISO 14001:2015.
Selain tersertifikasi, seluruh kegiatan pengelolaan lingkungan juga sejalan dengan program Sustainability Development Goals (SDG’s) sehingga diharapkan kegiatan tersebut dapat mendukung pemerintah dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Dengan kegiatan usaha yang memperhatikan lingkungan itu perusahaan diganjar dengan peringkat tertinggi dalam program penilaian kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (PROPER-Emas) sebanyak delapan kali sejak tahun 2005.
Termasuk penilaian dalam hal kerja sama dibidang lingkungan dengan masyarakat sekitar. Salah satunya dengan program konservasi air di Citere dan Citiis yang dilaksanakan Dedi beserta kawan-kawannya. Kegiatan itu telah membantu masyarakat setempat maupun untuk mendapatkan air yang layak minum.(lia)