Kamis, 26 Desember 2024

Teten Terapkan 3 Strategi Kembangkan Sentra Pengolahan Beras

“Keberpihakan kepada para petani yang dapat meningkatkan kesejahteraannya perlu terus diupayakan”

Bangga Indonesia, Jakarta – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki segera menerapkan tiga strategi untuk mengembangkan sentra pengolahan beras terpadu yang melibatkan koperasi, Bumdes, dan 7 BUMN di Kebumen, Jawa Tengah.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangannya, Minggu, memberikan apresiasi kepada PT Mitra BUMDes Nusantara (MBN) yang dibentuk tujuh BUMN sektor pangan, energi, dan keuangan sejak 2017.

“Mereka secara konsisten melakukan kemitraan strategis dengan masyarakat petani melalui sharing kepemilikan perusahaan, seperti PT Mitra Desa Kebumen (MDK) yang mengelola Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) untuk wilayah Desa Kaliputih, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen,” ujar Teten.

Menkop meninjau Sistem Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Perdagangan M. Lutfi di Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (23/5).

Menurut Teten, keberpihakan kepada para petani yang dapat meningkatkan kesejahteraannya perlu terus diupayakan.

“Program kolaboratif antar-Kementerian, seperti saat ini antara Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM, dan secara implementatif dilakukan antar-pelaku usaha, yaitu BUMN, koperasi, dan swasta, perlu dikawal dengan serius,” kata Teten.

Dengan demikian, proses penciptaan nilai tambah dari hulu ke hilir dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan
petani dan masyarakat.

MenkopUKM berharap program kemitraan strategis ini dapat dikembangkan lebih masif lagi pada sentra-sentra produksi pertanian di seluruh wilayah Indonesia, baik untuk komoditas beras dan komoditas pangan lainnya.

Teten menambahkan model bisnis yang dicontohkan melalui pembentukan MDK yang dimiliki antara BUMDes Nusantara dengan para petani melalui Koperasi Produsen Migatani Lestari Mandiri perlu terus diperkuat kelembagaan koperasinya.

“Caranya, dengan ditingkatkan kualitas layanan koperasi terhadap anggotanya. Sehingga, bukan saja produktivitas petani semakin tinggi, namun semua kebutuhan petani dapat dipenuhi melalui keberadaan koperasi,” kata MenkopUKM.

Teten meyakini jika manfaat yang dirasakan petani anggota koperasi semakin baik, maka partisipasi modal petani terhadap kepemilikan MDK akan semakin besar selama lima tahun ke depan.

“Itu sebagaimana tujuan dari adanya program Kewirausahaan Petani ini,” kata Teten.

Lebih dari itu, lanjut Teten, koperasi sebagai lembaga pendidikan, yaitu dengan kewajiban memiliki dan mengelola Dana Pendidikan yang disisihkan dari SHU tiap tahun, juga dapat menjadi wadah yang tepat bagi tumbuhnya wirausaha anggota.

“Saya berharap program kolaboratif ini dapat secara intensif dikoordinasikan dan dimonitor melalui Unit Kerja Teknis di masing-masing kementerian. Di tempat kami, ada Deputi Bidang Perkoperasian, Deputi Bidang Kewirausahaan, dan BLU Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB KUMKM) yang dapat dikaitkan dengan program Kewirausahaan Petani melalui Koperasi,” jelas MenkopUKM.

Keberadaan SPBT ini merupakan wujud sinergi BUMN untuk meningkatkan kesejahteraan petani antara Bank Mandiri dan Pertamina. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui program kewirausahaan petani, yang bertujuan mengoptimalkan penjualan produk-produk pertanian.

Pembangunan SPBT di Kebumen merupakan yang pertama di Jawa Tengah. Sebelumnya sudah dibangun di 11 titik di Jawa Barat. Peletakan batu pertama saat itu dilakukan pada Oktober 2019.

Pembangunan SPBT merupakan tahapan dalam program mewirausahakan petani untuk mendukung petani setelah masa pratanam dan tanam serta masa panen dan pascapanen.

SPBT ini didesain untuk membantu meningkatkan produksi beras dan kesejahteraan hampir 170 ribu petani di Kebumen. SPBT memiliki kapasitas produksi beras sebesar tiga ton per jam.

Tidak hanya mengolah gabah petani saja, SPBT ini juga mampu menyerap beras medium dari usaha pengolahan beras tradisional setempat. Sehingga, SPBT akan dapat berproduksi sepanjang musim, serta tidak mematikan usaha pengolahan padi setempat.

Di samping itu, SPBT ini juga dilengkapi dengan timbangan digital, gudang penyimpanan, perkantoran, dan tempat pembinaan.(ant)

“Keberpihakan kepada para petani yang dapat meningkatkan kesejahteraannya perlu terus diupayakan”

Bangga Indonesia, Jakarta – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki segera menerapkan tiga strategi untuk mengembangkan sentra pengolahan beras terpadu yang melibatkan koperasi, Bumdes, dan 7 BUMN di Kebumen, Jawa Tengah.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangannya, Minggu, memberikan apresiasi kepada PT Mitra BUMDes Nusantara (MBN) yang dibentuk tujuh BUMN sektor pangan, energi, dan keuangan sejak 2017.

“Mereka secara konsisten melakukan kemitraan strategis dengan masyarakat petani melalui sharing kepemilikan perusahaan, seperti PT Mitra Desa Kebumen (MDK) yang mengelola Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) untuk wilayah Desa Kaliputih, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen,” ujar Teten.

Menkop meninjau Sistem Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Perdagangan M. Lutfi di Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (23/5).

Menurut Teten, keberpihakan kepada para petani yang dapat meningkatkan kesejahteraannya perlu terus diupayakan.

“Program kolaboratif antar-Kementerian, seperti saat ini antara Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM, dan secara implementatif dilakukan antar-pelaku usaha, yaitu BUMN, koperasi, dan swasta, perlu dikawal dengan serius,” kata Teten.

Dengan demikian, proses penciptaan nilai tambah dari hulu ke hilir dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan
petani dan masyarakat.

MenkopUKM berharap program kemitraan strategis ini dapat dikembangkan lebih masif lagi pada sentra-sentra produksi pertanian di seluruh wilayah Indonesia, baik untuk komoditas beras dan komoditas pangan lainnya.

Teten menambahkan model bisnis yang dicontohkan melalui pembentukan MDK yang dimiliki antara BUMDes Nusantara dengan para petani melalui Koperasi Produsen Migatani Lestari Mandiri perlu terus diperkuat kelembagaan koperasinya.

“Caranya, dengan ditingkatkan kualitas layanan koperasi terhadap anggotanya. Sehingga, bukan saja produktivitas petani semakin tinggi, namun semua kebutuhan petani dapat dipenuhi melalui keberadaan koperasi,” kata MenkopUKM.

Teten meyakini jika manfaat yang dirasakan petani anggota koperasi semakin baik, maka partisipasi modal petani terhadap kepemilikan MDK akan semakin besar selama lima tahun ke depan.

“Itu sebagaimana tujuan dari adanya program Kewirausahaan Petani ini,” kata Teten.

Lebih dari itu, lanjut Teten, koperasi sebagai lembaga pendidikan, yaitu dengan kewajiban memiliki dan mengelola Dana Pendidikan yang disisihkan dari SHU tiap tahun, juga dapat menjadi wadah yang tepat bagi tumbuhnya wirausaha anggota.

“Saya berharap program kolaboratif ini dapat secara intensif dikoordinasikan dan dimonitor melalui Unit Kerja Teknis di masing-masing kementerian. Di tempat kami, ada Deputi Bidang Perkoperasian, Deputi Bidang Kewirausahaan, dan BLU Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB KUMKM) yang dapat dikaitkan dengan program Kewirausahaan Petani melalui Koperasi,” jelas MenkopUKM.

Keberadaan SPBT ini merupakan wujud sinergi BUMN untuk meningkatkan kesejahteraan petani antara Bank Mandiri dan Pertamina. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui program kewirausahaan petani, yang bertujuan mengoptimalkan penjualan produk-produk pertanian.

Pembangunan SPBT di Kebumen merupakan yang pertama di Jawa Tengah. Sebelumnya sudah dibangun di 11 titik di Jawa Barat. Peletakan batu pertama saat itu dilakukan pada Oktober 2019.

Pembangunan SPBT merupakan tahapan dalam program mewirausahakan petani untuk mendukung petani setelah masa pratanam dan tanam serta masa panen dan pascapanen.

SPBT ini didesain untuk membantu meningkatkan produksi beras dan kesejahteraan hampir 170 ribu petani di Kebumen. SPBT memiliki kapasitas produksi beras sebesar tiga ton per jam.

Tidak hanya mengolah gabah petani saja, SPBT ini juga mampu menyerap beras medium dari usaha pengolahan beras tradisional setempat. Sehingga, SPBT akan dapat berproduksi sepanjang musim, serta tidak mematikan usaha pengolahan padi setempat.

Di samping itu, SPBT ini juga dilengkapi dengan timbangan digital, gudang penyimpanan, perkantoran, dan tempat pembinaan.(ant)

“Keberpihakan kepada para petani yang dapat meningkatkan kesejahteraannya perlu terus diupayakan”

Bangga Indonesia, Jakarta – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki segera menerapkan tiga strategi untuk mengembangkan sentra pengolahan beras terpadu yang melibatkan koperasi, Bumdes, dan 7 BUMN di Kebumen, Jawa Tengah.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangannya, Minggu, memberikan apresiasi kepada PT Mitra BUMDes Nusantara (MBN) yang dibentuk tujuh BUMN sektor pangan, energi, dan keuangan sejak 2017.

“Mereka secara konsisten melakukan kemitraan strategis dengan masyarakat petani melalui sharing kepemilikan perusahaan, seperti PT Mitra Desa Kebumen (MDK) yang mengelola Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) untuk wilayah Desa Kaliputih, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen,” ujar Teten.

Menkop meninjau Sistem Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Perdagangan M. Lutfi di Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (23/5).

Menurut Teten, keberpihakan kepada para petani yang dapat meningkatkan kesejahteraannya perlu terus diupayakan.

“Program kolaboratif antar-Kementerian, seperti saat ini antara Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM, dan secara implementatif dilakukan antar-pelaku usaha, yaitu BUMN, koperasi, dan swasta, perlu dikawal dengan serius,” kata Teten.

Dengan demikian, proses penciptaan nilai tambah dari hulu ke hilir dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan
petani dan masyarakat.

MenkopUKM berharap program kemitraan strategis ini dapat dikembangkan lebih masif lagi pada sentra-sentra produksi pertanian di seluruh wilayah Indonesia, baik untuk komoditas beras dan komoditas pangan lainnya.

Teten menambahkan model bisnis yang dicontohkan melalui pembentukan MDK yang dimiliki antara BUMDes Nusantara dengan para petani melalui Koperasi Produsen Migatani Lestari Mandiri perlu terus diperkuat kelembagaan koperasinya.

“Caranya, dengan ditingkatkan kualitas layanan koperasi terhadap anggotanya. Sehingga, bukan saja produktivitas petani semakin tinggi, namun semua kebutuhan petani dapat dipenuhi melalui keberadaan koperasi,” kata MenkopUKM.

Teten meyakini jika manfaat yang dirasakan petani anggota koperasi semakin baik, maka partisipasi modal petani terhadap kepemilikan MDK akan semakin besar selama lima tahun ke depan.

“Itu sebagaimana tujuan dari adanya program Kewirausahaan Petani ini,” kata Teten.

Lebih dari itu, lanjut Teten, koperasi sebagai lembaga pendidikan, yaitu dengan kewajiban memiliki dan mengelola Dana Pendidikan yang disisihkan dari SHU tiap tahun, juga dapat menjadi wadah yang tepat bagi tumbuhnya wirausaha anggota.

“Saya berharap program kolaboratif ini dapat secara intensif dikoordinasikan dan dimonitor melalui Unit Kerja Teknis di masing-masing kementerian. Di tempat kami, ada Deputi Bidang Perkoperasian, Deputi Bidang Kewirausahaan, dan BLU Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB KUMKM) yang dapat dikaitkan dengan program Kewirausahaan Petani melalui Koperasi,” jelas MenkopUKM.

Keberadaan SPBT ini merupakan wujud sinergi BUMN untuk meningkatkan kesejahteraan petani antara Bank Mandiri dan Pertamina. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui program kewirausahaan petani, yang bertujuan mengoptimalkan penjualan produk-produk pertanian.

Pembangunan SPBT di Kebumen merupakan yang pertama di Jawa Tengah. Sebelumnya sudah dibangun di 11 titik di Jawa Barat. Peletakan batu pertama saat itu dilakukan pada Oktober 2019.

Pembangunan SPBT merupakan tahapan dalam program mewirausahakan petani untuk mendukung petani setelah masa pratanam dan tanam serta masa panen dan pascapanen.

SPBT ini didesain untuk membantu meningkatkan produksi beras dan kesejahteraan hampir 170 ribu petani di Kebumen. SPBT memiliki kapasitas produksi beras sebesar tiga ton per jam.

Tidak hanya mengolah gabah petani saja, SPBT ini juga mampu menyerap beras medium dari usaha pengolahan beras tradisional setempat. Sehingga, SPBT akan dapat berproduksi sepanjang musim, serta tidak mematikan usaha pengolahan padi setempat.

Di samping itu, SPBT ini juga dilengkapi dengan timbangan digital, gudang penyimpanan, perkantoran, dan tempat pembinaan.(ant)

“Keberpihakan kepada para petani yang dapat meningkatkan kesejahteraannya perlu terus diupayakan”

Bangga Indonesia, Jakarta – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki segera menerapkan tiga strategi untuk mengembangkan sentra pengolahan beras terpadu yang melibatkan koperasi, Bumdes, dan 7 BUMN di Kebumen, Jawa Tengah.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangannya, Minggu, memberikan apresiasi kepada PT Mitra BUMDes Nusantara (MBN) yang dibentuk tujuh BUMN sektor pangan, energi, dan keuangan sejak 2017.

“Mereka secara konsisten melakukan kemitraan strategis dengan masyarakat petani melalui sharing kepemilikan perusahaan, seperti PT Mitra Desa Kebumen (MDK) yang mengelola Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) untuk wilayah Desa Kaliputih, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen,” ujar Teten.

Menkop meninjau Sistem Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Perdagangan M. Lutfi di Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (23/5).

Menurut Teten, keberpihakan kepada para petani yang dapat meningkatkan kesejahteraannya perlu terus diupayakan.

“Program kolaboratif antar-Kementerian, seperti saat ini antara Kementerian BUMN, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM, dan secara implementatif dilakukan antar-pelaku usaha, yaitu BUMN, koperasi, dan swasta, perlu dikawal dengan serius,” kata Teten.

Dengan demikian, proses penciptaan nilai tambah dari hulu ke hilir dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan
petani dan masyarakat.

MenkopUKM berharap program kemitraan strategis ini dapat dikembangkan lebih masif lagi pada sentra-sentra produksi pertanian di seluruh wilayah Indonesia, baik untuk komoditas beras dan komoditas pangan lainnya.

Teten menambahkan model bisnis yang dicontohkan melalui pembentukan MDK yang dimiliki antara BUMDes Nusantara dengan para petani melalui Koperasi Produsen Migatani Lestari Mandiri perlu terus diperkuat kelembagaan koperasinya.

“Caranya, dengan ditingkatkan kualitas layanan koperasi terhadap anggotanya. Sehingga, bukan saja produktivitas petani semakin tinggi, namun semua kebutuhan petani dapat dipenuhi melalui keberadaan koperasi,” kata MenkopUKM.

Teten meyakini jika manfaat yang dirasakan petani anggota koperasi semakin baik, maka partisipasi modal petani terhadap kepemilikan MDK akan semakin besar selama lima tahun ke depan.

“Itu sebagaimana tujuan dari adanya program Kewirausahaan Petani ini,” kata Teten.

Lebih dari itu, lanjut Teten, koperasi sebagai lembaga pendidikan, yaitu dengan kewajiban memiliki dan mengelola Dana Pendidikan yang disisihkan dari SHU tiap tahun, juga dapat menjadi wadah yang tepat bagi tumbuhnya wirausaha anggota.

“Saya berharap program kolaboratif ini dapat secara intensif dikoordinasikan dan dimonitor melalui Unit Kerja Teknis di masing-masing kementerian. Di tempat kami, ada Deputi Bidang Perkoperasian, Deputi Bidang Kewirausahaan, dan BLU Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB KUMKM) yang dapat dikaitkan dengan program Kewirausahaan Petani melalui Koperasi,” jelas MenkopUKM.

Keberadaan SPBT ini merupakan wujud sinergi BUMN untuk meningkatkan kesejahteraan petani antara Bank Mandiri dan Pertamina. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui program kewirausahaan petani, yang bertujuan mengoptimalkan penjualan produk-produk pertanian.

Pembangunan SPBT di Kebumen merupakan yang pertama di Jawa Tengah. Sebelumnya sudah dibangun di 11 titik di Jawa Barat. Peletakan batu pertama saat itu dilakukan pada Oktober 2019.

Pembangunan SPBT merupakan tahapan dalam program mewirausahakan petani untuk mendukung petani setelah masa pratanam dan tanam serta masa panen dan pascapanen.

SPBT ini didesain untuk membantu meningkatkan produksi beras dan kesejahteraan hampir 170 ribu petani di Kebumen. SPBT memiliki kapasitas produksi beras sebesar tiga ton per jam.

Tidak hanya mengolah gabah petani saja, SPBT ini juga mampu menyerap beras medium dari usaha pengolahan beras tradisional setempat. Sehingga, SPBT akan dapat berproduksi sepanjang musim, serta tidak mematikan usaha pengolahan padi setempat.

Di samping itu, SPBT ini juga dilengkapi dengan timbangan digital, gudang penyimpanan, perkantoran, dan tempat pembinaan.(ant)

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News