Bangga Indonesia, Jakarta – Universitas Terbuka (UT) dan IPB University berkolaborasi melakukan sinergi lintas keilmuan dan perguruan tinggi antara program studi Ilmu Ekonomi IPB University dan Ilmu Sains dan Teknologi UT.
“Ajang peluncuran buku ini merupakan ajang strategi bagi kedua perguruan tinggi dalam berbagi pengalaman, pengetahuan dan praktik baik,” ujar Rektor UT, Prof Ojat Darojat, dalam peluncuran buku Tata Niaga Pertanian yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Buku Tata Niaga Pertanian disusun oleh Dekan Sekolah Vokasi IPB University. Sebagian besar bahan ajar pada program studi agribisnis UT ditulis oleh pakar atau dosen dari IPB. Selain materi yang terjamin dari sisi keilmuan dan kemutakhiran juga tidak diragukan lagi. Sistem penulisan bahan ajar UT mengacu pada prosedur yang mutunya telah terstandar.
Ojat mengatakan buku tersebut merupakan buku yang ditulis secara konsisten mengenai pemikiran pada bidang tata niaga pertanian. Buku tersebut bermanfaat dalam memberikan panduan dan memahami tata niaga pertanian serta alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan.
“Pemikiran yang mendalam yang tertuang di buku ini sangat dibutuhkan, agar para pembaca dapat mengerti apa yang terjadi pada tata niaga pertanian,” kata dia.
Buku yang bagus, lanjut dia, mampu menjawab pertanyaan, mendorong timbulnya pertanyaan baru, dan bisa menginspirasi tumbuhnya kerangka berpikir dari pembaca. Penulis yang bagus harus mampu membangun “jembatan” dan membantu pembacanya menyeberang “jembatan” itu.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria, mengatakan buku tersebut sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia. Buku tersebut dapat dijadikan mahasiswa sebagai bahan dalam memahami realitas yang ada yang penuh dengan keanekaragam dan berbeda-beda sifatnya.
Arief mengatakan bahwa sektor pertanian merupakan penyelamat ekonomi nasional dan terus didorong untuk semakin kuat. Saat ini isu logistik, kelancaran distribusi semakin penting pada pandemi COVID-19. Semua aspek semakin terintegrasi dalam satu platform.
“Platform ini yang nantinya bisa menyelesaikan banyak persoalan, termasuk kemungkinan besar ke pendidikan. Inilah disrupsi. Kita didorong untuk terus gesit, pola pikir berubah bisa menyesuaikan dengan situasi baru dan memberikan nilai tambah,” kata Arief.(ant)