Wahai Pengemban Dakwah Istiqomahlah di jalan Allah!
“ Di mana ada hukum syara’ di sana pasti ada maslahat.”
Sobat. Seorang pengemban dakwah menurut syara’ dituntut bersikap terus terang dan berani, kuat dalam pemikiran, menantang apa pun yang bertentangan dengan Islam serta berjuang untuk menjelaskan kepalsuannya, tanpa memperhatikan resiko dan tidak lagi mempedulikan situasi. Syara’ menuntut agar kedaulatan mutlak berada ditangan mabda’ Islam, tanpa memperhatikan lagi apakah sesuai dengan mayoritas manusia manusia atau bertentangan dengan mereka, sejalan dengan adat istiada mereka atau tidak, apakah manusia menerima atau menolak, atau mungkin melawannya.
Sobat. Pengemban dakwah tidak berbasa-basi dengan manusia dan tidak bermanis muka dengan para penguasa. Demikianlah keadaan Rasulullah Saw di dalam dakwahnya. Beliau beriman dengan kebenaran yang beliau serukan, menantang dunia seluruhnya, tidak memandang – walau sebelah mata – pada kebiasaan, adat istiadat, aqidah, agama, penguasa atau rakyat, dan tidak berpaling sedikitpun kecuali kepada dakwah dan risalah Islam.
Sobat. Ibnu Hisyam telah menyebutkan tindakan Rasulullah Saw tatkala menjumpai orang-orang Quraisy dengan menyebut Tuhan-Tuhan mereka dan mencelanya, kemudian menganggap bodoh akal-akal mereka dan menganggap bapak-bapak (nenek moyang_ mereka telah sesat. Akibatnya mereka membalas beliau dan sepakat untuk menentang dan memusuhinya. Demikian kiranya dakwah kaum muslimin saat ini. Hendaknya dilakukan orang-orang yang meneladani sikap Rasulullah saw dan mengikuti firman Allah SWT :
قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.( QS. Yusuf (12) : 108 )
(Katakanlah) kepada mereka (“Inilah jalanku) pengertian jalan di sini dijelaskan oleh firman berikutnya; yaitu: (aku mengajak kepada) agama (Allah dengan hujah yang nyata) hujah yang jelas lagi gamblang (yaitu aku dan orang-orang yang mengikutiku) orang-orang yang beriman kepadaku. Lafal man diathafkan kepada lafal ana yang berkedudukan menjadi mubtada daripada khabar yang disebutkan sebelumnya (Maha Suci Allah) kalimat ini dimaksud mensucikan Allah daripada semua jenis sekutu (dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”) kalimat ini termasuk ke dalam rangkaian keterangan daripada lafal sabiilii di atas.
( Spiritual Motivator – DR.N.Faqih Syarif H, M.Si Penulis Buku “Buatlah Tanda di Alam Semesta” )