Bangga Indonesia, Jakarta – Keikutsertaan Wakil Menteri RI dalam KTT Luar Biasa Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi, menjadi momen penting bagi diplomasi Indonesia. Dalam forum bergengsi ini, Anis Matta tampil percaya diri, menyampaikan pidato dalam bahasa Arab, dan menunjukkan komitmen Indonesia terhadap isu Palestina.
Dalam pidatonya, Anis Matta membuka dengan menyampaikan apresiasi atas undangan Putra Mahkota Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS).
“Atas nama Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan delegasi Indonesia, kami berterima kasih kepada Pangeran Mohammed Bin Salman atas kesempatan berharga ini,” ujarnya dalam rekaman video yang diunggah oleh KBRI Riyadh di akun Instagram resmi mereka.
Soroti Penderitaan Gaza
Dalam pidato selanjutnya, Wakil Mentri RI ini menggarisbawahi penderitaan rakyat Gaza akibat agresi Israel. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai genosida, menegaskan bahwa penderitaan rakyat Palestina adalah tanggung jawab kolektif dunia. “KTT ini adalah respons penting untuk menyatukan kekuatan Liga Arab dan OKI demi menyelamatkan Palestina,” tegasnya.
Israel Hanya Mengerti Bahasa Kekuatan
Anis Matta juga menyoroti pendekatan pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menurutnya jauh dari semangat perdamaian. Ia menegaskan bahwa Israel hanya memahami bahasa kekuatan dan penindasan.
“Keputusan Mahkamah Internasional untuk menghentikan serangan yang merugikan. Israel terus memperkuat cengkeramannya,” katanya.
Bahkan pernyataan tersebut disambut dengan tegas oleh para pemimpin lain, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Selain itu, mereka mengecam tindakan Israel, menyebutnya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk pembersihan etnis dan genosida di Gaza.
Seruan untuk Kedaulatan Palestina
Pernyataan penutup KTT ini menggarisbawahi pentingnya kedaulatan penuh Palestina, termasuk Yerusalem Timur sebagai ibu kota abadi mereka. Para pemimpin Arab dan Muslim menyerukan penyatuan wilayah Palestina dan penghentian segera upaya Israel untuk mengubah status Yerusalem.
Dalam tanggapannya, Hamas menekankan perlunya tindakan konkret dari negara-negara Arab dan Muslim untuk menghentikan agresi Israel.
“Pembentukan negara Palestina yang merdeka memerlukan langkah cepat dan tegas,” ujar mereka.
Sikap Israel
Di tengah sorotan internasional ini, Menteri Luar Negeri baru Israel, Gideon Saar, menolak mentah-mentah prospek perdamaian ini, menyebutnya sebagai “tidak realistis.”
Pernyataan tersebut hanya menambah ketegangan, menunjukkan bahwa perjalanan menuju perdamaian masih panjang.
Partisipasi Wakil Menteri RI dalam forum ini memperkuat posisi Indonesia dalam mendukung Palestina dan memperjuangkan hak asasi manusia di tingkat global. Dengan pesan yang tegas dan diplomasi aktif, Indonesia menunjukkan bahwa isu Palestina tetap menjadi prioritas. (Myt)