Bertaubatlah, maka Pertolongan Allah akan Tiba
Sobat. Taubat adalah upaya untuk meninggalkan perbuatan dosa dengan diiringi keinginan kuat untuk tidak mengulanginya lagi. Allah SWT amat menyukai setiap hamba-Nya yang bertaubat.
Taubat berasal dari kata kerja taaba. Kata tersebut terbentuk dari huruf ta, wau, dan ba sehingga menjadi tawaba yang artinya pulang, kembali, dan penyesalan.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dalam bukunya yang berjudul Cara Bertaubat menurut Al Quran dan as-Sunnah menjelaskan, ada beberapa hal yang harus terkumpul untuk memaknai arti taubat. Antara lain sebagai berikut:
- Meninggalkan perbuatan dosa
- Menyesali apa yang pernah dilakukan, minimal ada perasaan menyesal terhadap perbuatan tersebut. Adapun, kuat dan lemahnya penyesalan tergantung dari kualitas taubat.
- Mengetahui kehinaan perbuatan dosa.
- Keinginan keras dalam hati untuk tidak mengulangi perbuatan maksiatnya kembali.
- Memperbaiki apa yang mungkin dikerjakan, seperti mengembalikan barang yang diambil dan semacamnya.
- Taubat hanya boleh dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT semata.
- Taubat hendaknya dilakukan sebelum napas sampai di tenggorokan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang berasal dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima taubat seorang hamba selama napasnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. Ahmad)
- Taubat hendaknya dilakukan sebelum matahari terbit dari arah terbenamnya (barat). Sebagaimana disebutkan dalam sahih Muslim, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah terbenamnya niscaya Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim)
Ibnu Fariz rahimahullah dalam kitabnya Mu’jam Maqaayiisil Lughah memaknai taubat sebagai kembali. Artinya, jika seseorang bertaubat atas dosa yang telah dia lakukan, maka dia meninggalkan dosa tersebut, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat.
Ibnu Manzur rahimahullah mengatakan, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat artinya kembali dan meninggalkan kebiasaan perbuatan maksiat menuju ketaatan kepada Allah SWT.
Allah SWT Berfirman QS. At-Tahrim ayat 8 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِي ٱللَّهُ ٱلنَّبِيَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
يا أيها الذين صدَّقوا الله ورسوله وعملوا بشرعه، ارجعوا عن ذنوبكم إلى طاعة الله رجوعا لا معصية بعده، عسى ربكم أن يمحو عنكم سيئات أعمالكم، وأن يدخلكم جنات تجري من تحت قصورها الأنهار، يوم لا يخزي الله النبي والذين آمنوا معه، ولا يعذبهم، بل يُعلي شأنهم، نور هؤلاء يسير أمامهم وبأيمانهم، يقولون: ربنا أتمم لنا نورنا حتى نجوز الصراط، ونهتدي إلى الجنة، واعف عنَّا وتجاوز عن ذنوبنا واسترها علينا، إنك على كل شيء قدير. (٨)
(Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya) dapat dibaca nashuuhaa dan nushuuhaa, artinya tobat yang sebenar-benarnya, bertobat tidak akan mengulangi dosa lagi, dan menyesali apa yang telah dikerjakannya (mudah-mudahan Rabb kalian) lafal ‘asaa ini mengandung makna tarajji, yakni sesuatu yang dapat diharapkan akan terjadi (akan menutupi kesalahan-kesalahan kalian, dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga) yakni taman-taman surga (yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan) Allah tidak akan memasukkan ke dalam neraka (Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dia; sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan mereka) maksudnya, di depan mereka terang benderang oleh cahayanya (dan) cahaya itu pun memancar pula (di sebelah kanan mereka. Mereka berkata) lafal yaquuluuna merupakan jumlah isti’naf atau kalimat baru: (“Ya Rabb kami! Sempurnakanlah bagi kami cahaya kami) hingga sampai ke surga, sedangkan orang-orang munafik cahaya mereka padam (dan ampunilah kami) wahai Rabb kami (sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”).
Sobat. Seruan pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan para rasul-Nya. Mereka diperintahkan bertobat kepada Allah dari dosa-dosa mereka dengan tobat yang sebenar-benarnya (tobat nasuha), yaitu tobat yang memenuhi tiga syarat. Pertama, berhenti dari maksiat yang dilakukannya. Kedua, menyesali perbuatannya, dan ketiga, berketetapan hati tidak akan mengulangi perberbuatan maksiat tersebut.
Sobat. Bila syarat-syarat itu terpenuhi, Allah menghapuskan semua kesalahan dan kejahatan yang telah lalu dan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Pada saat itu, Allah tidak mengecewakan dan menghinakan Nabi saw dan orang-orang yang beriman bersamanya. Bahkan pada hari itu, kebahagiaan mereka ditonjolkan, cahaya mereka memancar menerangi mereka waktu berjalan menuju Mahsyar tempat diadakan perhitungan dan pertanggungjawaban. Mereka itu meminta kepada Allah agar cahaya mereka disempurnakan, tetap memancar dan tidak akan padam sampai mereka itu melewati sirathal Mustaqim, tempat orang-orang munafik baik laki-laki maupun perempuan memohon dengan sangat agar dapat ditunggu untuk dapat ikut memanfaatkan cahaya mereka.
Mereka juga memohon agar dosa-dosa mereka dihapus dan diampuni. Dengan demikian, mereka tidak merasa malu dan kecewa pada waktu diadakan hisab dan pertanggungjawaban. Tidak ada yang patut dimintai untuk menyempurnakan cahaya dan mengampuni dosa kecuali Allah, karena Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, berbuat sesuai dengan kodrat dan iradat-Nya.
( Spiritual Motivator – Dr Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Santripreneur dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )