Bangga Indonesia, Surabaya – Almarhum Budi Juhanis meninggalkan kenangan yang sangat melekat di hati rekan setimnya. Legenda Persebaya ini dikenal sosok play maker brilian (pemain tengah/gelandang) yang belum ada tandingannya hingga kini.
Rekan-rekannya yang turut mengantar dalam peristirahatan terakhirnya di Makam Umum Rungkut Barata, Rabu (03/03) siang, mencatat almarhum orang yang baik. Dedikasinya sangat tinggi saat menjadi pemain Persebaya.
BACA JUGA:Budi Juhanis, Pemilik “Tendangan Pisang” Itu Pulang dengan Tenang
Budi juga disiplin dalam berlatih. Tegas dan berkarakter ketika berada di dalam dan luar lapangan. “Dia gelandang elegan. Play maker yang brilian,” puji Muharom Rusdiana, saat dijumpai seusai takziah.
Bek kanan andalan Persebaya era 1980-an ini menyebut kemampuan Budi belum ada tandingannya hingga kini. Baik di Persebaya maupun tim nasional.
“Umpan-umpannya terukur dan matang. Dia bukan cuma punya feeling tapi hitungannya matang ketika memberi umpan. Syamsul dan Mustaqim tinggal “ngemplok” (makan) saja di depan gawang,” ujarnya.
Kemampuan Budi itu, menurut dia, selain dari talenta yang dimiliki, juga kedisiplinan dalam berlatih sangat tinggi. Itu terlihat dari fisik Budi. “Otot kakinya kokoh. Fisiknya prima. Sehingga dia bisa mengatur irama permainan tim,” jelas Muharom.
Karena itu, Muharom memuji Budi bukan hanya seorang pemain. Sukses dan kemenangan Persebaya tidak lepas dari peran utamanya.
“Kelihatannya dia pendiam. Tapi di luar lapangan dia suka mengkritik dan memberi masukan. Karena itu, dia orang kedua setelah pelatih. Dia termasuk sutradara kemenangan Persebaya,” ungkap Muharom.
Di mata Mustaqim, almarhum Budi termasuk seorang pemain gelandang yang mengerti keinginan rekannya. Terutama kepada dirinya sebagai striker.
“Saya selalu menikmati umpan-umpannya yang matang. Dia tahu betul keinginan dan kesukaan saya,” puji striker yang dikenal dengan tendangan “krosak-nya” ini.
Budi, menurut Mustaqim, tahu betul pergerakannya. Terutama gerakan dua kali yang menjadi ciri khasnya.
“Kalau saya ke kanan, pasti bolanya ke kiri. Pas saya bergerak syet-syet, nah itu saya ke kanan. Itu almarhum ngerti sekali. Itulah yang saya tahu seorang Budi Juhanis,” ungkapnya.
Yang kedua, lanjut asisten pelatih Persebaya Liga 1 ini, Budi juga sering memberikan masukan dan kritikan tentang kekurangannya. Masukan ini selalu disampaikan Budi menjelang tanding. “Sebagai senior saya patut hormati dan turuti,” ujarnya.
Syamsul Arifin yang juga striker handal Persebaya pada masanya, sependapat dengan Mustaqim. Pemain yang gemar dengan kostum nomor 12 ini mengakui sepak bola Indonesia belum menemukan seorang gelandang brilian sekelas Budi Juhanis.
Ia merasakan umpan-umpan Budi bukan hanya terukur. Tapi juga tahu pergerakan seorang striker yang hendak naik atau manufer.
“Feeling-nya kuat dan tajam. Tidak banyak bicara. Cuma bilang Sul, bola sudah di depan mata,” aku goal getter Persebaya tahun 1980-an ini.
Lain lagi dengan Seger Sutrisno. Sebagai sesama pemain gelandang dan satu tim di klub Indonesia Muda, Budi paling suka bicara blak-blakan. “Kritikannya membangun. Kalau tidak suka langsung diceploskan,” aku Seger yang juga ikut takziah.
Namun begitu, Seger tetap mengakui Budi sosok pemain yang berkelas. “Skill individu dan team work-nya luar biasa. Dia termasuk dirigennya tim Persebaya saat itu,” pujinya.
Yusuf Ekodono juga merasakan hal yang sama. Banyak ilmu yang didapat dari Budi hingga dia mejadi pemain inti Persebaya. “Yang selalu saya ingat adalah soal pesan agar disiplin berlatih,” aku sang kapten dan goal getter di era Persebaya 1990 an ini. (aba)