Bangga Indonesia, Surabaya – Delapan tim dari perguruan tinggi se Indonesia berhasil menjadi finalis Liga Mahasiswa bertajuk “Innovilleague for University Student”. Mereka menyisihkan 482 tim peserta yang melibatkan 1894 mahasiswa.
Kedelapan tim tersebut adalah ANNEX STIP TEAM (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Jakarta, FORMOSA (Universitas Sumatera Utara), Jatinewyork (Universitas Padjajaran), Mangrovepreneurs (Universitas Lambung Mangkurat), Passmapres (Universitas Indonesia), Simpul Asa (Universitas Negeri Surabaya), Tim BIOTIT GST (Universitas Gorontalo), Tim FOK Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha).
Para finalis ini selama dua hari (13-14/7/2025) memaparkan karya ilmiahnya di hadapan lima panelis yang ahli di bidangnya. Mereka antara lain Prof Dr Ali Agus Komisaris ID Food Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Drs Syamsul Widodo MA Direktur Jendral Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal), Leo Efriansyah SSTP MSI Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Daerah Tertinggal Kemenko PM, Diah Kusuma Pitasari SP MM Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat Desa Kemenko PM dan Sugeng Bahagijo Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Digitalasi Kemenko PM.
Masing-masing finalis beradu argumentasi dalam durasi yang sudah ditentukan oleh panitia dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) melalui Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Daerah Tertentu (KPMDDTDT).
Sesi pertama mengadu dua tim finalis. Yaitu Jatinewyork beradu argumentasi karyanya yang sebelumnya mengambil satu surat pertanyaan yang diberikan kepada panelis.
Jatinewyork sebagai wakil dari Universitas Padjajaran Bandung yang mengangkat karyanya dengan tema tentang bambu. Judulnya: Akselerator Ekonomi Kreatif Berbasis Kerajinan Bambu dengan Metode Community Empowerment untuk Mewujudkan Kemandirian Ekonomi di Desa Babakan Peuteuy.
Sedangkan Tim FOK Undiksha Universitas Ganesha Buleleng Bali Utara menampilkan karya Kintamani Citruspreneur. Karyanya berjudul Pemberdayaan Petani Muda Melalui Inovasi Produk dan Digitalasi Pemasaran Jeruk Lokal.

Di persaingan berikutnya, dua finalis dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta dari ANNEX STIP TEAM harus beradu argumentasi lawan Tim Mangrovepreneurs (Universitas Lambung Mangkurat).
Perseteruan kedua finalis ini cukup menarik karena wakil dari STIP mengenakan seragam yang mencolok dan berbeda dengan jas almamater perguruan tinggi lainnya.
Selain itu materi yang diangkat STIP juga cukup sederhana. Melibatkan Ibu-Ibu Rukun Tetangga untuk mengelola minyak jelantah untuk kebutuhan bahan bakar pelayaran.
Karyanya berjudul Inovasi Biogrease Hijau dari Minyak Jelantah untuk Pemberdayaan Ibu PKK Desa Paseban melalui Padat Karya Menuju Industri Pelayaran Berkelanjutan.
Sedangkan tim dari Universitas Lambung Mangkurat memaparkan karyanya dengan judul Pemanfaatan Nektar Mangrove Air Tawar (Sonneratia Caseolaris) sebagai genarating income di Desa Mekar Sari.
Persaingan berikutnya, ketiga, menampilkan dua finalis salah satunya adalah tuan rumah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang tergabung dalam Tim Simpul Asa. Sayang tim tuan rumah ini tidak didukung oleh support mahasiswa yang hadir di Auditorium FIKK lantai Tiga Unesa.
Tim Simpul Asa menampilkan karya ilmiahnya berjudul Sampang Smart Village Platform Terintegrasi sebagai Solusi Terpadu untuk Mengentas Kemiskinan.
Sementara pesaingnya, Tim BIOTIT GSC dari Universitas Negeri Gorontalo mengangkat tema Geo-Agro Wellness Bongongoayu: Pengembangan Geowisata Edukatif dan Agrobisnis untuk Ketahanan Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Berkelanjutan.
Perseteruan tim terakhir, keempat, menampilkan wakil dari Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam Tim Passmapres versus Tim FORMOSA dari Universitas Sumatera Utara.
Wakil dari UI mengentas tema BANGSIAP. Mereka mengambil judul Inovasi Digital Desa Bebasis AI dan Sinergi Hexahelix Berkelanjutan untuk Penanggulangan Pengangguran Struktural di Bantul.
Tim FORMOSA beda lagi. Tiga anggotanya yang mengenakan Jas Almamater Hijau tua berselempang Ulos ini memaparkan karyanya berjudul Transformasi Ekonomi Desa Pesisir: Model Pendekatan Ekonomi Hijau untuk Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
Keberhasilan delapan finalis ini direspon positif Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Daerah Tertinggal dan Daerah Tertentu Prof Dr rer. nat. Abdul Latif.
Saat membuka acara Prof Latif menyambut gembira dan bangga atas prestasi yang telah diraih peserta Liga Mahasiswa ini.
Ia menyebut inilah raihan yang luar biasa atas kepedulian mahasiswa berperan serta memikirkan potensi dan nasib masyarakat desa agar bisa terangkat dari garis kemiskinan.
“Pertama-tama kami banggakan kepada adik-adik mahasiswa yang telah berhasil menyisihkan hampir 1894 mahasiswa. Selamat datang adik adik semua di sini (Unesa),” sambutnya di atas podium.
Ia juga menyampaikan terimakasih kepada pihak Unesa, khususnya Rektor Prof Dr Nurasan MKes. “Di sini ada Prof Cahyo. Terimakasih Prof. Ini teman lama dan saya bisa berinteraksi di sini,” ucap Prof Latif yang disambut senyum Prof Dr Prof Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes yang kini menyandang gelar profesor usai dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Ilmu Kesehatan dan Ilmu Keolahgraan (FIKK) Unesa.
Ia juga tak lupa mengucapkan selamat datang kepada tamu-tamu istimewa di acara finalis Liga Mahasiswa Innovilleague 2025 yang kali pertama digelar ini.
“Ada Pak Widodo,” sebutnya yang juga menyebut empat panelis lainnya.
Prof Latif melihat karya para finalis ini jika diberi sedikit stimulan mereka akan melasat. “Saya yakin adik-adik ini bisa melesat,” pujinya.
Program ini, menurut dia, sesuai dengan Instruksi Presiden tidak lain untuk mengentas kemiskinan.
“Apa yang dilakukan adik adik atau gagasan ini, sebenarnya kami tidak hanya ingin mengadu atau mengompetisikannya. Tapi lebih luas lagi,” jelas Prof Latif.
Dari sini, lanjutnya, mereka sejak dini sudah panya awarness mendefinisikan semua gagasan dan karyanya untuk pemberdayaan masyarakat.
“Ini adalah ruang diberikan untuk adik adik turut berjuang ikut memperhatikan saudara saudara kita dalam mengentas kemiskinan yang membutuhkan kontribusi, Inovasi dan solusi dari adik-adik semuanya,” harapnya.
Di tahun berikutnya, ia berharap panitia agar karya ilmiah mereka bisa monetes. Sehingga bisa memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat desa agar segera bisa mengatasi problematikanya.
Acara debat atau perang argumentasi ini berlangsung seru. Baik pertanyaan panelis maupun rekan kompetitor bisa mereka selesaikan dengan baik dan sesuai waktu.
Bahkan acara yang berakhir pukul 13.00 serasa masih kurang walaupun yang hadir lebih didominasi para peserta dan beberapa simpatisannya.
Hasil pemenangnya akan ditentukan besok (14/7/2025) di tempat yang sama Auditorium Unesa FKIK Lantai 3. (Aba)