Bangga Indonesia, Surabaya – Sobat. Puncak Ilmu adalah mengenal Allah dan karunia-Nya serta menyadari bahwa hanya Dia yang patut disembah. Ilmu yang disertai rasa takut kepada Allah akan memberimu manfaat, karena dengan ilmu itu kau mendapatkan manfaat dunia dan akherat. Sebaliknya, ilmu yang hampa dari rasa takut akan menjadi penyebab bencana, karena ilmu seperti itu membahayakan dan merusak jiwa pemiliknya.
Sobat. Hadits yang diriwayatkan oleh Umar ibn al-Khattab ra disebutkan bahwa agama terbagi tiga pilar. Dalam hadits itu, Jibril menemui Nabi Muhammad Saw dan para sahabat dalam bentuk seorang laki-laki. Setelah dialog tentang tiga pilar agama dengan Rasulullah Saw, Jibril pun berlalu pergi. Nabi bersabda kepada Umar.” Ia adalah Jibril.Ia datang mengajarkan agama kepada kalian.”
Pilar pertama adalah Islam. Ini merupakan aspek praktis yang meliputi ibadah, muamalah, dan berbagai bentuk ubudiyah. Pelakunya adalah seluruh anggota badan. Para Ulama menyebutnya dengan istilah syariat. Ilmu tentang ini secara khusus dipelajari dan dikembangkan oleh para fukaha.
Pilar kedua adalah Iman. Ini merupakan sisi keyakinan yang bertempat dalam hati. Pilar kedua ini meliputi iman kepada Allah, malaikat, kitab suci, para rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar. Ilmu tentang ini secara khusus dipelajari dan dikembangkan oleh para ulama tauhid.
Pilar ketiga adalah Ihsan. Ini merupakan sisi ruhani yang terdapat dalam hati. Ihsan berarti “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya. Jika kau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.” Para ulama menyebut pilar ini ketiga ini dengan istilah hakekat. Ketiga pilar ini saling berhubungan dan tak dapat dipisah-pisahkan.
Sobat. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah berkata, “ Setiap hakikat yang tidak disertai dengan syariat adalah kufur. Terbanglah menuju Tuhan dengan sayap Al-Quran dan Sunnah. Masuklah sementara tanganmu berpegang pada tangan Rasulullah Saw.” Dalam kitabnya Al-Fath al-Rabbani.
Sobat. Orang yang mengatakan bahwa maksud agama adalah hakikat semata, berarti telah mencampakkan hukum syariat. Mereka telah tersesat, menyimpang, dan zindik. Dalam ungkapan Ibnu Athaillah, mereka “ Telah mencampakkan diri dalam samudera kekufuran.”
“ Ilmu yang bermanfaat adalah yang cahayanya terhampar di dada dan tirainya tersingkap dari hati.” Lanjut Ibnu Athaillah. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu tentang Allah berikut sifat dan nama-Nya, serta ilmu tentang cara beribadah dan ilmu tentang adab kepada-Nya. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menumbuhkan cinta kepada Allah dan Rasulullah Saw. Ilmu jenis ini wajib dimiliki setiap muslim.
Sobat. “ Sungguh tidak ada Ilah ( Sesembahan, Tuhan) selain Allah.” Adalah kalimat tauhid; Islam seluruhnya, Iman seluruhnya, dan Ihsan seluruhnya terkumpul dalam kalimat tersebut.Ketika kita mengatakan , “ Kalimat ini adalah syiar Islam, itu berarti bahwa agama secara menyeluruh berpijak pada kalimat tersebut.
Allah SWT berfirman :
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.( QS. Muhammad (47) : 19 )
Kalimat “ Laa ilaaha illaa Allah” adalah benteng. Siapa pun yang memasukinya akan selamat dari siksa neraka. “ Laa ilaaha illaa Allah” adalah kalimat tauhid, kita harus mempelajarinya dan menyelami samudera maknanya. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali adalah Allah SWT. Makna “ abada-ya’budu – ibaadatan” ( Beribadah) . Kata abada bukan hanya atha’a ( menaati), melainkan juga ahabba (mencintai). Maka Ibadah (penyembahan) adalah cintai yang disertai ketaatan.
Sobat. Amal perbuatan orang yang telah berhasil menggapai hakikat kalimat “ Laa ilaaha illaa Allah” akan semakin kukuh dalam ketaatan kepada Allah, dan pandangan hatinya selalu tertuju kepada-Nya. Kalimat tauhid merupakan syiar Islam. Kalimat “ Laa ilaaha illaa Allah Muhammadun Rasulullah” yang diucapkan manusia ketika masuk Islam mengaskan tauhid yang sangat mendalam: Keimanan kepada Allah SWT bahwa tidak ada tuhan selain Dia, dan Keimanan kepada Muhammad Saw, bahwa beliau adalah Rasul-Nya, yang diikuti dengan ibadah kepada Allah melalui ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian ia istiqomah melakukan ibadah dan ketaatan hingga akhir hayat. Itulah agama yang sebenarnya.
Sobat. Allah menjadikan dunia sebagai daar al-‘amal ( tempat bekerja) dan menjadikan akherat sebagai daar al-jaza’ ( tempat balasan ) . Ketika Allah memberikan balasan kepada orang jahat di dunia maka itu merupakan balasan preventif bagi orang jahat lainnya agar segera menghentikan kejahatannya. Ketika Allah memuliakan orang baik maka itu merupakan tindakan motivatif bagi orang baik lainnya supaya terdorong melakukan kebaikan. Perhitungan dan pembalasan menyeluruh akan terjadi kelak pada hari kiamat. Allah SWt berfirman :
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.( QS Ali Imran (3) : 185 )
Sobat. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati dan di hari kiamat nanti disempurnakan balasan masing-masing yang baik dibalas dengan yang baik, yaitu surga dan yang buruk akan dibalas dengan yang buruk pula yaitu neraka, sesuai dengan sabda Rasulullah saw:
“Kubur itu merupakan taman dari taman-taman surga, atau merupakan jurang dari jurang-jurang neraka.” (Riwayat at-Tirmidzi dan at-thabrani).
Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, dialah yang berbahagia. Untuk mencapai kebahagiaan di atas, baiklah kita perhatikan sabda Rasulullah saw sebagai berikut:
“Siapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia mati di dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan agar ia berbuat kepada manusia seperti yang ia sukai diperbuat orang kepadanya.” (Riwayat Imam Ahmad).
Kehidupan di dunia ini tiada lain kecuali kesenangan yang memperdayakan. Kesenangan yang dirasakan di dunia ini berupa makanan, minuman, pangkat, kedudukan dan sebagainya, pada umumnya memperdayakan manusia. Disangkanya itulah kebahagiaan, maka tenggelamlah ia dan asyik dengan kenikmatan dunia. Padahal kalau manusia kurang pandai mempergunakannya, maka kesenangan itu akan menjadi bencana yang menyebabkan kerugian di dunia dan di akhirat kelak mendapat azab yang pedih.
( Spiritual Motivator – DR.N.Faqih Syarif H, M.Si Penulis Buku Buatlah Tanda di Alam Semesta, Direktur Pesantren TEJ Ummul Quro, Seloliman Trawas. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )