Bermain sangat identik dengan anak-anak. Biasanya terdapat pada anak yang sedang dalam fase pertengahan sampai fase akhir atau menginjak dewasa, yaitu kisaran umur 6-12 tahun. Di umur anak-anak sekolah dasar merupakan masa yang paling menyenangkan, di situlah anak usia itu sedang berkembang dan mengalami rasa ingin tahunya yang berlebih, dan mulai mengenal berbagai macam pengetauan di lingkungannya. Mereka mulai melakukan kesehariannya dengan aktif dan kreatif. Salah satu untuk mengisi kesehariannya adalah dengan bermain, dengan permainan-permainan yang dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. Seperti permainan tradisional yang menjadi media mereka untuk bermain dan mengisi waktu luang mereka.
Dulu permainan tradisional sangat di minati sekali oleh anak-anak untuk mengisi waktu luang sebelum era digital melanda. Masih banyak anak-anak memainkan permainan tradisional seperti main kelereng, lompat tali, dakon, gobak sodor atau bisa disebut dengan galah asin yang permainannya itu harus membagi grup yang terdiri dari dua grup dimana masing masing tim terdiri dari 3-5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah Ada Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur.
Namun seiring berjalannya waktu permainan tradisional mulai memudar tergantikan oleh gadget yang lebih menarik perhatian anak-anak. Era digital benar-benar membuat semuanya berubah, dulu ketika pulang sekolah anak-anak ramai main di tepat lapang untuk bemain layang-layang dan lain sebagainya. Jika dilihat dari perkembanganya mungkin masih ada yang memainkan permainan tradisional namun tidak banyak hanya terdapat di daerah plosok pedesaan.
Berdasarkan data internetworldstats, pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Maret 2021. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di urutan ketiga dengan pengguna internet terbanyak di Asia. Melihat hal tersebut hampir masyarakat indonesia menjadikan internet dan gawai sebagai aktivitas keseharian mereka. perlahan-lahan permainan tadisiona di pedesaan akan semakin menghilang.
Dengan adanya pandemi covid-19 ini mengaharuskan pendidikan melalui daring yang para murid di wajibkan menggunakan internet dan gawai. Dengan begitu semakin banyak anak-anak indonesia ini bergantung kepada teknologi digital. Penggunaan handphone yang hampir merata di seluruh plosok pedesaan, memubat anak-anak mempermudah aksesnya untuk mendapatkan pengetahuan baru hanya dengan menggunakan gawai dan internet. Ditambah lagi terdapat gae online yang akan semakin merajalela untuk menguasai mereka sengan permainan yang serba instan, tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga cukup hanya diam duduk atau sambil tiduran lalu jari-jarinya yang berkerja. Itu terihat sangat mudah namun juga banyak pengaruhnya. Tidak akan ada lagi yang memainkan bola bekel, dakon, lompat tali sebagai permainan mereka.
Adapun pengaruh pemakaian gawai bagi anak-anak lebih banyak berdampak negatif dibanding positifnya. Anak-anak akan mudah terpancing emosi, semakin malas untuk belajar dan yang lebih bahaya yaitu akan kecanduan gawai. Itu akan membuat anak menjadi introvert kuang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sehingga bisa membuat sifat acuh tak acuh dalam diri mereka. kita seharusnya harus bisa menjaga atau melestarikan permainan tradisional dengan menggunakan gawai.
Penulis: Nur Khamia