Bangga Indonesia, Sumenep – ANDA pernah ke Lombok? Di pulau bagian Nusa Tenggara Barat ini kata-kata “gili” tak asing lagi di telinga. Gili itu pulau kecil yang berada di seberang pulau besar.
Penulis menyebutnya “anak pulau”. Dan, anak pulau ini bukan hanya ada di Lombok. Di Pulau Madura juga ada gili-gili yang panorama alam lautnya tak kalah indah dari gili-gili di Lombok.
Jika di Lombok ada Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno yang menjadi andalan destinasi wisata pantai di Lombok, di Madura juga ada banyak gili. Salah satunya Gili Genting, yang akhir pekan lalu penulis kunjungi bersama keluarga.
“Buanyak anak pulau itu ada di kawasan Pulau Madura. Paling banyak berada di wilayah Kabupaten Sumenep,” terang Mashur Abadi, warga Sumenep yang juga dosen di IAIN Pamekasan ini.
Selain Gili Genting, juga ada gili lain. Yakni, Gili Raja. Dua gili bertetangga ini mengingatkan wisatawan pada tiga gili yang dimiliki Lombok itu. Gili Trawangan, Air da Meno. Saling berdekatan.
Nama Gili Genting, menurut Mashur, sebenarnya berawal dari Gili Ginting. Bukan Genting. Seperti nama bukit di Malaysia Genting Higland itu.
“Ginting, seperti nama marga orang Batak,” sebut Mashur tersenyum. Entah, siapa yang memulai menyebut Ginting menjadi Genting. Yang pasti, nama gili itu kini menjadi terkenal dengan sebutan Gili Genting.
Di dua gili yang posisinya bertetangga dekat ini, kata warga Kampung Perenduan, kawasan Ponpes Modern Al Amin tersebut memiliki ciri khas warganya yang berbeda karakter.
“Warga Gili Ginting, lebih banyak merantau. Mereka pulang membawa hasil rantaunya untuk membangun rumah,” jelas bapak tiga anak ini.
Sedangkan karakter warga Gila Raja, lebih suka berdiam diri di kampung halamannya. Secara turun temurun, mereka lebih suka bercocok tanam, jadi nelayan dan mencari nafkah di gili tersebut.
“Bukan berjiwa perantau,” tegas Mashur.
Di dua gili itu, panorama alamnya sama. Indah. Air pantainya jernih. Bersih dan cocok untuk yang suka snokling.
Pasirnya putih kecoklatan. Sama dengan pantai-pantai andalan yang “dijual” Bali dan Lombok.
Cukup eksotis. Tak kalah dengan pantai-pantai yang sudah ngetop di Bumi Nusantara itu.
Ombaknya juga tidak sebesar pantai di Madura lainnya. Lebih tenang dan cocok untuk keluarga yang membawa anak-anak dan orang tuanya yang tidak bisa berenang.
“Untuk kungkum (merendam diri) berlama-lama sangat nikmat di pantai ini. Lokasinya juga tidak jauh dari Surabaya, tempat kami tinggal,” aku nenek dua cucu, Dyah Suharyani, yang siang itu rekreasi bersama keluarga.
DARI SURABAYA
Untuk menuju pulau atau Gili Ginting ini, yang paling dekat memang dari Surabaya. Jika bawa kendaraan sendiri hanya butuh minimal tiga jam perjalanan.
Yang ingin memakai jasa bus, bisa langsung naik dari Terminal Bungurasih alias Purabaya. Turunnya, di pertigaan setelah Kampus al-Amin Perenduan. Yaitu di Desa Tanjung Saronggi – Bluto – Sumenep.
Selanjutnya, Anda bisa menggunakan jasa angkutan umum (angkot) jurusan Pelabuhan Tanjung. Dari pelabuhan ini, sudah siap kapal motor yang pada jam tertentu mengangkut warga pulau dan wisatawan.
Taripnya murah. Hanya Rp 10 ribu menyeberang sampai dermaga di bibir Pantai Sembilan.
Selain dari Tanjung Saronggi, Gili Ginting juga bisa ditempuh dari Pelabuhan Panarukan atau Pelabuhan Jangkar, Situbondo. Kabarnya, jadwal kapal ferry dari pelabuhan ini berangkat tiga kali. Jam 07.00 WIB, jam 08.00 WIB dan 10.00 WIB.
Tidak sama jam berangkatnya dengan Pelabuhan Tanjung di Sumenep. Di pelabuhan ini berangkatnya setiap jam. Kadang dipercepat jika jumlah penumpang sudah mencapai minimal 15 orang.
Sedangkan jam balik ke Pelabuhan Tanjung dari Pantai Sembilan, pas kami berlibur saat itu, dibatasi sampai sore jam 15.00 WIB. Jika lewat dari batas jam kepulangan tersebut, wisatawan harus sewa kapal yang harganya pasti lebih mahal.
Tapi jangan khawatir jika gagal pulang sore hari. Di Pantai Sembilan juga menawarkan penginapan di tepi pantai. Berupa guest house.
Selain dari pelabuhan-pelabuhan tersebut, Gili Ginting juga bisa diakses dari Kalianget. Dari sini naik angkot ke Terminal Sumenep. Kemudian, naik bus ekonomi turun di pertigaan Tanjung Saronggi.
Hanya 30 menit menyeberang ke Pulau Gili Ginting. Jika Anda bawa motor juga tidak perlu khawatir. Kapal ukuran sedang itu bisa mengangkut sampai 10 motor.
Di Gili Ginting, setidaknya ada 3 spot pantai yang cukup eksotik. Yakni Sembilan, Pantai Sorok dan Pantai Kahuripan. Dari ketiga pantai tersebut, Pantai Sembilan yang menjadi primadona. Fasilitasnya sangat memadai.
Panorama pantainya sangan indah. Jernih. Bersih. Tidak berombak. Sejauh mata memandang. Semuanya menawan. Tak heran jika pantai di gili ini dijuluki “Hawaii-nya” Madura.
Saat tiba di Pantai Sembilan, Anda sudah diwarnai beningnya air laut dan ikan-ikan bergerombol saling kejar-kejaran dari sisi kanan-kiri dermaga.
Sesampai di dasar pantai, langsung disambut pasir putih dan pemandangan beberapa gasibu tertata rapi dan bisa kita pakai rehat secara gratis. Masuk Pantai Sembilan hanya membayar tiket Rp 10 ribu.
“Harga tiketnya sangat murah dan terjangkau oleh masyarakat,” ucap Mashur, yang sering melakukan penelitian di Gili Ginting.
Soal makanan juga tidak terlalu mahal. Cocok untuk kantong pas-pasan. Karena warung-warung di pinggir pembatas area wisata tidak jual mahal.
Termasuk makan ikan bakar hasil tangkapan warga. Semua tersaji dengan lezatnya. Ciri khas masakan Madura. Sambal lotek. Plus sambal kecap rajangan cabe dan tomat.
Sama dengan pantai-pantai andalan di Lombok dan Bali. Di Pantai Sembilan juga menawarkan spot-spot fotografi yang aduhai. Ada ayunan dan lambang cinta di bibir pantai.
Pengunjung juga dimanjakan dengan snorkeling, naik banana boat, bermain voli pantai, atau sekadar nongkrong di tepi pantai yang tidak terganggu oleh penjaja makan atau souvenir.
Jika Anda lelah atau belum puas bermain di pantai, di Pantai Sembilan menawarkan tempat penginapan yang representatif untuk keluarga. Guest house yang dibangun mirip pondokan dan berwujud rumah panggung ini bertengger menghadap pantai.
Setidaknya, terdapat 19 unit guest house di sini. Bangunannya mirip rumah-rumah adat Bugis. Gaya arsitektur unik dengan dominasi ornamen kayu yang dicat warna-warni khas Sumenep.
Masing-masing guest house diberi nama-nama ikan. Kapasitasnya antara 4 sampai 10 orang. Dalam satu unit guest house, terdapat fasilitas berupa 2 bed atau ranjang dengan 4 set bantal dan guling. Plus, penyejuk ruangan alias air conditioner (AC).
Ratenya atau harga sewanya bermacam-macam. Menurut review pengunjung, tarifnya berkisar Rp 300 ribuan hingga Rp750 ribuan permalam.
Check in di penginapan tersebut, sama dengan aturan main pada umumnya. Dimulai sejak pukul 13.00 WIB dan check out-nya sebelum jam 12.00 WIB.
Pastikan Anda melakukan pemesanan sejak jauh hari jika kondisi COVID-19 sudah sirna. Pasti fully book. Anda perlu membayar uang muka atau down payment (DP) sebesar 50% jika oke untuk menginap.
“Pelunasan bisa dilakukan saat hari H,” jelas seorang petugas di Pantai Sembilan. “Kalau hari ini agak longgar, karena suasana masih sepi. Efek dari pandemi,” imbuh petugas berseragam doreng ini. (amu)