Motivasi dari Isolasi*
Malam yang sunyi bertaburkan bintang yang berkilauan membuat suasana terasa syahdu. Tapi, kesyahduan itu hilang karena suara batuk dari seorang gadis.
“ Uhuk-uhuk.” Suara batuknya.
“ Sudah dibilang jangan keluar rumah, ini kan akibatnya.” Kata ibunya.
Batuk pilek sedang menyerang Mira, ini terjadi karena ketidakpatuhan Mira pada himbauan pemerintah dan juga ibunya. Hanya demi menuruti hawa nafsunya untuk jalan-jalan bersama teman-temannya, ia berani melanggar anjuran pemerintah.
Hari-hari berlalu, sakit yang berada di tubuh Mira bertambah, panas tinggi dan sesak napas mulai melemahkan tubuh Mira. Ibu dan ayah Mira mulai khawatir akan Mira dan penyakit yang menyerang tubuhnya. Akhirnya, mereka pun membawa Mira pada seorang dokter yang lumayan dekat dari rumahnya.
“ Sakit apa dek ?” Tanya sang dokter.
“ Panas, batuk, pilek sama sesak.” Ucap Mira dengan suara lemah.
“ Sesak ?” Heran sang dokter.
Mengetahui gejala yang dialami oleh Mira, dokter pun langsung memutuskan untuk dilakukannya rapid tes dan swab tes pada Mira. Dan meletakkan Mira untuk sementara di ruang isolasi. Butuh waktu lama untuk menunggu hasil tes keluar. Setelah menunggu hampir 5 jam, orang tua Mira pun dipanggil dokter.
“ Begini bapak ibu…” Ucap dokter sambil menghela napas. Terlihat sekali ada rasa gelisah di wajah sang dokter. Melihat itu, membuat jantung orang tua berdetak kencang.
“ Bagaimana hasilnya dok ?” Tanya ibu Mira tak sabar.
“ Ibu dan bapak sekeluarga yang sabar ya… ini ujian dari tuhan. Mira dinyatakan positif covid-19.” Ucap dokter.
Ibu Mira mulai mengeluarkan bulir-bulir bening. Dokter membiarkan keluarga Mira larut dalam kesedihan terlebih dahulu. Setelah itu, keluarga Mira pun di tes satu-satu, untuk memastikan mereka terpapar atau tidak. Tapi, syukurlah ternyata keluarga Mira taka da yang terpapar virus covid-19.
Sedangkan, Mira yang ada di ruang isolasi, mendengar kabar itu langsung menyesal karena menuruti hawa nafsunya. Akhirnya, Mira dirujuk ke rumah sakit ternama di kotanya. Dan untungnya Mira masih diterima dirawat di rumah sakit itu. Karena pasien Covid-19 di rumah sakit itu belum terlalu banyak.
Tubuh Mira sempat drop sesaat setelah tiba di rumah sakit, karena ia terlalu larut dalam rasa penyesalannya. Tapi, dokter masih bisa mengembalikan kestabilan tubuh Mira. Di rumah sakit itu Mira diberi fasilitas Handphone, Labtop dan Wi-fi oleh pihak rumah sakit. Jadi, walaupun Mira dalam masa perawatan ia tetap bisa mengikuti PJJ ( Pembelajaran Jarak Jauh) atau yang biasa disebut ‘Daring’ dari sekolahnya.
Kini, rutinitas Mira di rumah sakit adalah makan makanan bergizi, minum obat, mengikuti daring dan berjemur setiap jam 10 pagi. Dari musibah ini Mira mendapat pelajaran untuk bisa menahan hawa nafsunya di lain waktu. Dan dengan fasilitas itu, Mira ikut menghimbau masyarakat untuk tetap di rumah, jaga jarak, sering cuci tangan pakai sabun dan makan makanan bergizi, lewat media sosial seperti Tik-tok, Instagram, Twitter, dll.
Pada suatu hari, rasa bosan menghinggapi Mira. Ia pun ingin memiliki rutinitas lain yang tidak akan membuatnya bosan berada di ruang intensif setiap waktu. Lama berpikir, Mira pun memutuskan untuk membuat cerita yang menarik bergenre cinta dan bertema pandemi. Dalam sebulan Mira sudah mendapat 56 halaman. Di tengah masa pembuatan cerita itu, sempat ada lintasan dalam pikiran Mira, bagaimana kalau ceritanya dicetak menjadi buku saja agar cerita itu juga bisa dinikmati oleh khalayak ramai. Tapi, rasa ragu juga hinggap di pikiran Mira saat itu, bagaimana kalau ternyata cerita itu tidak diterima oleh penerbit.
Maka, untuk menghindari kemungkinan tidak diterimanya cerita buatan Mira oleh penerbit. Mira akan meletakkan cerita itu di suatu aplikasi cerita bernama ‘Wattpad’. Tak disangka ternyata cerita Mira memiliki banyak pembaca setelah sebulan cerita itu di publish, sekitar 15 juta pembaca yang sudah membaca cerita buatan Mira itu. Pencapaian Mira itu tergolong sangat cepat karena dalam sebulan cerita itu di publish, ia sudah mendapatkan 15 juta pembaca.
Tiba suatu hari, yang dimana di hari itu Mira mendapat kabar bahwa ia dinyatakan sembuh dari virus covid-19. Berita yang sangat menggembirakan bagi Mira dan keluarga yang ada di rumah. Setelah mendapat kebahagiaan itu, Mira mendapat email dari sebuah penerbit, yang meminta izin untuk mencetak cerita Mira yang ada di Wattpad. Dengan sigap Mira membalas email itu dan menyatakan persetujuannya untuk pembukuan ceritanya. Mira bersyukur sekali pada tuhan yang sudah memberikan 2 kebahagiaan sekaligus padanya.
Setelah dinyatakan sembuh, Mira masih harus menjalani peningkatan imunitas tubuh selama seminggu di rumah sakit. Mira menjalani hari-harinya dengan semangat sekali sampai-sampai perawat yang merawat Mira pun terheran-heran.
“ Dek Mira ibu perawat liat semangat banget akhir-akhir ini.” Ucap sang perawat.
“ Hehehe….” Tawa Mira.
“ Emang ada apa sih? Kalo boleh ibu perawat tau. Apa karena dek Mira dinyatakan sembuh?” Tanya ibu perawat.
“ Bukan cuman itu sebenarnya bu perawat.” Kata Mira.
“ Terus apa lagi ?” Tanya bu perawat yang sangat penasaran.
“ Tapi bu perawat janji gak akan kasih tau siapa-siapa !” Ucap Mira.
“ Iya-iya bu perawat janji.” Janji sang perawat.
“ Mira bakal jadi penulis.” Bisik Mira pada bu perawat.
“ Penulis ? yang bener ?” Ragu bu perawat.
“ Iya beneran.” Ucap Mira sambil mengangkat dua jarinya menandakan peace.
“ Alhamdulillah…” Syukur bu perawat.
“ Emang judulnya apa ?” Tanya bu perwat lagi.
“ Rahasia dong… liat nanti saat bukunya terbit.” Kata Mira.
Akhirnya, tiba waktunya Mira keluar dari rumah sakit dan di hari itu juga buku yang berjudul ‘Cinta Bersemi Saat Pandemi’ karya Adelia Miranda terbit. Lengkap sudah kebahagiaan Mira pada hari itu. Sebelum pulang ia tidak lupa mengucapkan terima kasih atas kesolidan kerja para perawat dan dokter dalam merawat pasien covid-19. Dan saat itu juga tersebar bahwa Mira mengarang buku saat menjalani perawatan covid-19 dan otomatis Mira mendapat ucapan selamat atas kesembuhan dan penerbitan buku karangannya dari para dokter.
Sejak saat itu Mira dikenal sebagai penulis yang menyelesaikan bukunya saat menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena covid-19.
*Khofifah Ghufrani
(Grand Finalis/10 Besar Lomba Artikel Cerpen JEC 2020)
MTs Perguruan Mu’allimat Cukir Jombang