Selasa, 26 November 2024

Pasar Ramadhan Dongkrak Ekonomi Warga Surabaya Saat Pandemi

“Jadi sebenarnya tidak masalah ada pasar Ramadhan, selama patuh terhadap Protokol Kesehatan”

Bangga Indonesia, Surabaya – Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Kota Surabaya menilai  pasar atau bazar Ramadhan mampu mendongkrak perekonomian warga Surabaya di tengah pandemi COVID-19.

Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya M. Mahfudz di Surabaya, Rabu, mengatakan, setiap Ramadhan, bisanya muncul pasar atau bazar Ramadhan dengan menyediakan berbagai macam takjil untuk berbuka puasa dan lainnya.

“Namun selama pandemi pasar Ramadhan seperti tahun lalu ditiadakan,” katanya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap keberadaan pasar Ramadhan di Surabaya untuk tahun ini boleh dibuka kembali menyusul Kota Surabaya saat ini memasuki zona kuning COVID-19.

“Jadi sebenarnya tidak masalah ada pasar Ramadhan, selama patuh terhadap Protokol Kesehatan,” ujarnya.

Menurut dia, di tengah kondisi ekonomi yang sedang turun, tidak ada salahnya memperbolehkan masyarakat berjualan karena Pasar Ramadan menjadi sektor bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk meningkatkan perekonomian di Kota Surabaya.

“Penjual dan pembeli saling membutuhkan dengan hadirnya Pasar Ramadhan. Pada intinya saya sepakat saja, sepanjang protokol kesehatan diberlakukan,” kata Mahfudz.

Untuk menghindari keramaian, lanjut dia, pemerintah bisa melakukan sosialisasi kepada pedagang  supaya tidak terjadi penumpukan masyarakat. Apalagi di Kota Surabaya jumlah penduduknya banyak.

“Kami minta petugas satpol PP Surabaya jangan asal main ambil peralatan berdarang saat penertiban,” ujarnya.

Sebab, lanjut dia, selama kurun waktu setahun berjalan ini, mereka sudah sadar betul dengan bahaya pandemi COVID-19. “Maka berilah kelonggaran kepada mereka untuk berdagang asalkan tidak melanggar prokes,” katanya.

Jika melihat budaya pasar atau bazar Ramadhan di tingkat kelurahan/kecamatan, lanjut Mahfudz, masyarakat yang berjualan tidak terfokus pada satu titik bahkan mereka berjualan sore menjelang magrib dan pagi hingga waktu memasuki imsak di depan rumah sendiri dan di pinggir jalan.

“Kami minta pelaku usaha itu di pantau saja oleh petugas Satpol PP lebih bagus, untuk mengawasi masyarakat yang datang supaya tidak terjadi kerumunan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan ada dua program yang dilakukan untuk menstabilkan harga selama Bulan Ramadhan, yaitu operasi pasar di 31 kecamatan dan juga ada sidak pasar.

“Setiap kecamatan, biasanya ada dua titik operasi pasar. Sampai saat ini sudah ada sekitar lima kecamatan yang meminta tambahan titik operasi pasar itu, yaitu Kecamatan Tandes, Sukolilo, Wonocolo, Karang Pilang, dan Rungkut,” katanya.

Menurut dia, harga kebutuhan pokok yang dijual saat operasi pasar lebih murah dari pasaran. “Kami menjual gula Rp11.800 dan beras setiap kilogramnya hanya Rp9.200, komoditi yang lain juga di bawah harga pasar,” ujarnya. (ant)

“Jadi sebenarnya tidak masalah ada pasar Ramadhan, selama patuh terhadap Protokol Kesehatan”

Bangga Indonesia, Surabaya – Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Kota Surabaya menilai  pasar atau bazar Ramadhan mampu mendongkrak perekonomian warga Surabaya di tengah pandemi COVID-19.

Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya M. Mahfudz di Surabaya, Rabu, mengatakan, setiap Ramadhan, bisanya muncul pasar atau bazar Ramadhan dengan menyediakan berbagai macam takjil untuk berbuka puasa dan lainnya.

“Namun selama pandemi pasar Ramadhan seperti tahun lalu ditiadakan,” katanya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap keberadaan pasar Ramadhan di Surabaya untuk tahun ini boleh dibuka kembali menyusul Kota Surabaya saat ini memasuki zona kuning COVID-19.

“Jadi sebenarnya tidak masalah ada pasar Ramadhan, selama patuh terhadap Protokol Kesehatan,” ujarnya.

Menurut dia, di tengah kondisi ekonomi yang sedang turun, tidak ada salahnya memperbolehkan masyarakat berjualan karena Pasar Ramadan menjadi sektor bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk meningkatkan perekonomian di Kota Surabaya.

“Penjual dan pembeli saling membutuhkan dengan hadirnya Pasar Ramadhan. Pada intinya saya sepakat saja, sepanjang protokol kesehatan diberlakukan,” kata Mahfudz.

Untuk menghindari keramaian, lanjut dia, pemerintah bisa melakukan sosialisasi kepada pedagang  supaya tidak terjadi penumpukan masyarakat. Apalagi di Kota Surabaya jumlah penduduknya banyak.

“Kami minta petugas satpol PP Surabaya jangan asal main ambil peralatan berdarang saat penertiban,” ujarnya.

Sebab, lanjut dia, selama kurun waktu setahun berjalan ini, mereka sudah sadar betul dengan bahaya pandemi COVID-19. “Maka berilah kelonggaran kepada mereka untuk berdagang asalkan tidak melanggar prokes,” katanya.

Jika melihat budaya pasar atau bazar Ramadhan di tingkat kelurahan/kecamatan, lanjut Mahfudz, masyarakat yang berjualan tidak terfokus pada satu titik bahkan mereka berjualan sore menjelang magrib dan pagi hingga waktu memasuki imsak di depan rumah sendiri dan di pinggir jalan.

“Kami minta pelaku usaha itu di pantau saja oleh petugas Satpol PP lebih bagus, untuk mengawasi masyarakat yang datang supaya tidak terjadi kerumunan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan ada dua program yang dilakukan untuk menstabilkan harga selama Bulan Ramadhan, yaitu operasi pasar di 31 kecamatan dan juga ada sidak pasar.

“Setiap kecamatan, biasanya ada dua titik operasi pasar. Sampai saat ini sudah ada sekitar lima kecamatan yang meminta tambahan titik operasi pasar itu, yaitu Kecamatan Tandes, Sukolilo, Wonocolo, Karang Pilang, dan Rungkut,” katanya.

Menurut dia, harga kebutuhan pokok yang dijual saat operasi pasar lebih murah dari pasaran. “Kami menjual gula Rp11.800 dan beras setiap kilogramnya hanya Rp9.200, komoditi yang lain juga di bawah harga pasar,” ujarnya. (ant)

“Jadi sebenarnya tidak masalah ada pasar Ramadhan, selama patuh terhadap Protokol Kesehatan”

Bangga Indonesia, Surabaya – Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Kota Surabaya menilai  pasar atau bazar Ramadhan mampu mendongkrak perekonomian warga Surabaya di tengah pandemi COVID-19.

Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya M. Mahfudz di Surabaya, Rabu, mengatakan, setiap Ramadhan, bisanya muncul pasar atau bazar Ramadhan dengan menyediakan berbagai macam takjil untuk berbuka puasa dan lainnya.

“Namun selama pandemi pasar Ramadhan seperti tahun lalu ditiadakan,” katanya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap keberadaan pasar Ramadhan di Surabaya untuk tahun ini boleh dibuka kembali menyusul Kota Surabaya saat ini memasuki zona kuning COVID-19.

“Jadi sebenarnya tidak masalah ada pasar Ramadhan, selama patuh terhadap Protokol Kesehatan,” ujarnya.

Menurut dia, di tengah kondisi ekonomi yang sedang turun, tidak ada salahnya memperbolehkan masyarakat berjualan karena Pasar Ramadan menjadi sektor bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk meningkatkan perekonomian di Kota Surabaya.

“Penjual dan pembeli saling membutuhkan dengan hadirnya Pasar Ramadhan. Pada intinya saya sepakat saja, sepanjang protokol kesehatan diberlakukan,” kata Mahfudz.

Untuk menghindari keramaian, lanjut dia, pemerintah bisa melakukan sosialisasi kepada pedagang  supaya tidak terjadi penumpukan masyarakat. Apalagi di Kota Surabaya jumlah penduduknya banyak.

“Kami minta petugas satpol PP Surabaya jangan asal main ambil peralatan berdarang saat penertiban,” ujarnya.

Sebab, lanjut dia, selama kurun waktu setahun berjalan ini, mereka sudah sadar betul dengan bahaya pandemi COVID-19. “Maka berilah kelonggaran kepada mereka untuk berdagang asalkan tidak melanggar prokes,” katanya.

Jika melihat budaya pasar atau bazar Ramadhan di tingkat kelurahan/kecamatan, lanjut Mahfudz, masyarakat yang berjualan tidak terfokus pada satu titik bahkan mereka berjualan sore menjelang magrib dan pagi hingga waktu memasuki imsak di depan rumah sendiri dan di pinggir jalan.

“Kami minta pelaku usaha itu di pantau saja oleh petugas Satpol PP lebih bagus, untuk mengawasi masyarakat yang datang supaya tidak terjadi kerumunan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan ada dua program yang dilakukan untuk menstabilkan harga selama Bulan Ramadhan, yaitu operasi pasar di 31 kecamatan dan juga ada sidak pasar.

“Setiap kecamatan, biasanya ada dua titik operasi pasar. Sampai saat ini sudah ada sekitar lima kecamatan yang meminta tambahan titik operasi pasar itu, yaitu Kecamatan Tandes, Sukolilo, Wonocolo, Karang Pilang, dan Rungkut,” katanya.

Menurut dia, harga kebutuhan pokok yang dijual saat operasi pasar lebih murah dari pasaran. “Kami menjual gula Rp11.800 dan beras setiap kilogramnya hanya Rp9.200, komoditi yang lain juga di bawah harga pasar,” ujarnya. (ant)

“Jadi sebenarnya tidak masalah ada pasar Ramadhan, selama patuh terhadap Protokol Kesehatan”

Bangga Indonesia, Surabaya – Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Kota Surabaya menilai  pasar atau bazar Ramadhan mampu mendongkrak perekonomian warga Surabaya di tengah pandemi COVID-19.

Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya M. Mahfudz di Surabaya, Rabu, mengatakan, setiap Ramadhan, bisanya muncul pasar atau bazar Ramadhan dengan menyediakan berbagai macam takjil untuk berbuka puasa dan lainnya.

“Namun selama pandemi pasar Ramadhan seperti tahun lalu ditiadakan,” katanya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap keberadaan pasar Ramadhan di Surabaya untuk tahun ini boleh dibuka kembali menyusul Kota Surabaya saat ini memasuki zona kuning COVID-19.

“Jadi sebenarnya tidak masalah ada pasar Ramadhan, selama patuh terhadap Protokol Kesehatan,” ujarnya.

Menurut dia, di tengah kondisi ekonomi yang sedang turun, tidak ada salahnya memperbolehkan masyarakat berjualan karena Pasar Ramadan menjadi sektor bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk meningkatkan perekonomian di Kota Surabaya.

“Penjual dan pembeli saling membutuhkan dengan hadirnya Pasar Ramadhan. Pada intinya saya sepakat saja, sepanjang protokol kesehatan diberlakukan,” kata Mahfudz.

Untuk menghindari keramaian, lanjut dia, pemerintah bisa melakukan sosialisasi kepada pedagang  supaya tidak terjadi penumpukan masyarakat. Apalagi di Kota Surabaya jumlah penduduknya banyak.

“Kami minta petugas satpol PP Surabaya jangan asal main ambil peralatan berdarang saat penertiban,” ujarnya.

Sebab, lanjut dia, selama kurun waktu setahun berjalan ini, mereka sudah sadar betul dengan bahaya pandemi COVID-19. “Maka berilah kelonggaran kepada mereka untuk berdagang asalkan tidak melanggar prokes,” katanya.

Jika melihat budaya pasar atau bazar Ramadhan di tingkat kelurahan/kecamatan, lanjut Mahfudz, masyarakat yang berjualan tidak terfokus pada satu titik bahkan mereka berjualan sore menjelang magrib dan pagi hingga waktu memasuki imsak di depan rumah sendiri dan di pinggir jalan.

“Kami minta pelaku usaha itu di pantau saja oleh petugas Satpol PP lebih bagus, untuk mengawasi masyarakat yang datang supaya tidak terjadi kerumunan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan ada dua program yang dilakukan untuk menstabilkan harga selama Bulan Ramadhan, yaitu operasi pasar di 31 kecamatan dan juga ada sidak pasar.

“Setiap kecamatan, biasanya ada dua titik operasi pasar. Sampai saat ini sudah ada sekitar lima kecamatan yang meminta tambahan titik operasi pasar itu, yaitu Kecamatan Tandes, Sukolilo, Wonocolo, Karang Pilang, dan Rungkut,” katanya.

Menurut dia, harga kebutuhan pokok yang dijual saat operasi pasar lebih murah dari pasaran. “Kami menjual gula Rp11.800 dan beras setiap kilogramnya hanya Rp9.200, komoditi yang lain juga di bawah harga pasar,” ujarnya. (ant)

Next Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent News