Bangga Indonesia, Surabaya – Dalam statistika yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menginterpretasikan data sehingga bisa mengambil keputusan yang terbaik. Nah, dalam statistika ini, biasanya hampir selalu mengasumsikan datanya membentuk distribusi normal.
Apakah distribusi normal ini?
Distribusi normal merupakan sebuah fungsi probabilitas yang menunjukkan distribusi atau penyebaran suatu variabel. Fungsi tersebut umumnya dibuktikan oleh sebuah grafik simetris yang disebut kurva lonceng (bell curve). Saat menandakan distribusi yang merata, kurva akan memuncak di bagian tengah dan melandai di kedua sisinya. Seperti gambar dibawah ini, yang dimaksud distribusi normal
Gambar tersebut, sudah modifikasi dari distribusi normal, artinya sudah bukan angka-angka yang muncul.
Nah dari gambar tersebut, dapat terlihat bahwa hanya 20 persen saja yang termasuk diatas rata-rata, begitu pula yang dibawah rata-rata, bisa jadi hampir sama dibawah 20 persen. Dan sebagian besar yaitu 70 persen berada pada kemampuan rata-rata atau kemampuan umumnya. Bentuk distribusi normal tersebut merupakan gambaran fenomena kehidupan ini. Kita selalu dihadapkan pada pilihan hidup. Apakah kita akan menjadi yang terbaik, yang umumnya atau yang tidak umum? Artinya sebagai makhluk Allah yang dikaruniai akal, maka menjalani kehidupan ini harus penuh dengan kesadaran. Terlebih sebagai seorang muslim yang telah bersyahadat. Yang artinya meyakini bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Maka kita dihadapkan pilihan atau konsekuensi dengan kesadaran menjalankan syahadat tersebut. Yaitu ketika yakin bahwa tidak ada Tuhan selain Allah maka kita harus dengan kesadaran untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Demikian pula ketika kita yakin bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah maka kita juga harus penuh dengan kesadaran bahwa Rasulullah adalah satu-satunya teladan bagi kita untuk menjalankan segala syariat Allah.
Dengan demikian, ketika kita bersyahadat seyogyanya meyakini bahwa tidak ada pilihan lain selain menjalankan segala hukum Allah secara menyeluruh. Tidak hanya berkaitan dengan sholat, puasa dan haji saja yang kita tunaikan berdasarkan hukum Allah. Tapi semua lini kehidupan kita, seperti diantaranya kehidupan dalam pergaulan, kita harus menjaga pandangan dan menutup aurat ketika keluar rumah, kehidupan perekonomian, sebisa mungkin kita harus tidak terlibat dengan riba dan lain sebagainya.
Tidak mudah memang menjalan syariat Allah secara menyeluruh. Sebagaimana fenomena distribusi normal, maka hanya sebagian kecil manusia yang akan memilih untuk menjalankannya syariat secara menyeluruh. Sebagaimana datang hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Dan maka beruntunglah yang merasa asing karena memegang hukum Allah ini. Jadi jangan khawatir merasa asing ketika mengikuti pengajian untuk mengkaji Islam agar mampu menjalani Islam menyeluruh dengan Ilmunya, sementara umumnya hanya arisan, konkow-konkow atau rujakan saja agar sekedar menjadi wanita sosialita. Atau mengikuti on day on tilawah atau one day juz (ODOJ), One Day One Week(OWOJ) atau lainnya, yang berusaha Istiqomah mendekatkan Al Qur’an dalam kehidupan kita, sementara umumnya hanya sibuk dengan gosip atau berghibah hari-harinya. Begitu juga ketika menutup aurat ketika keluar rumah, sementara umumnya berlenggang penuh pesona dengan pakaian yang menurutnya indah dimata manusia. ataupun ketika hidup sederhana tanpa riba, sementara umumnya kredit sana sini hanya sekedar bergaya hidup mewah di dunia fana ini. Maka tetaplah dengan pilihan hidup yang terbaik untuk menjalankan hukum Allah secara menyeluruh.
Penulis: Khairdiana Puspita Prayuwati, S.Si, M.Pd
(Dosen Statistika)