SAUDARAKU. Kehadiran pandemi Covid-19 adalah musibah kolektif. Musibah kolektif yang melanda seluruh umat manusia di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali, menimpa bangsa Indonesia.
Dampak dari pandemi Covid-19, yang terjadi hampir satu tahun ini telah mengubah tatanan kehidupan normal menjadi tidak normal. Baik segi ekonomi, sosial dan budaya. Tidak terkecuali segi pendidikan, baik pendidikan di pesantren maupun pendidikan sekolah formal.
Maka benar seperti yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْئٍ مِنَ الْخَوْفِ
“Wa-lanabluwannakum bi syai-in minal khoufi” (Diuji manusia dengan munculnya rasa takut).
Saudaraku. Mungkin ada dari mereka tidak terdampak secara ekonomi, karena memiliki harta yang tidak habis tujuh turunan. Tetapi ia terpaksa Stay at Home. Tidak berani keluar rumah karena virus corona dikabarkan mudah menular lewat kontak fisik, atau ada yang mengabarkan penularan lewat udara. Maka muncul rasa takut.
Saudaraku. Ada yang diuji dengan kelaparan (wal juu’).
Karena sumber penghasilannya hilang akibat terkena PHK. Perusahaan tempatnya bekerja bangkrut karena tidak ada orderan masuk. Sementara tabungan rumah semakin menipis. Tidak ada lagi beras tersimpan di rumah. Terpikir olehnya besok makan apa?.
Saudaraku.
Ada yang diuji dengan turunnya omset penjualan
وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
“Wa naqshin minal amwaali wal-anfusi wats-tsamaroot”
Karena menurunnya daya beli masyarakat. Atau terkikisnya uang tabungan karena tidak ada lagi sumber pemasukan yang mengalir lancar.
Ada juga yang diuji mengalami sakit di masa pandemi ini. Baik sakit umumnya maupun sakit terpapar virus covid-19. Bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Apapun sebab kematiannya, asal meninggal dunia di Rumah Sakit, maka ia harus di makamkan dikuburan khusus covid.
Maka saudaraku, keadaan demikian meninggalkan ujian baru bagi ahli waris. Keluarga mayit, harus menjalani karantina mandiri. Tidak ada tetangga, kerabat, handai tolan yang datang untuk berta’ziyah, sekedar mengucapkan ikut bela sungkawa.
Saudaraku. Ada yang diuji mengalami kegagalan usaha (alias bangkrut). Hasil panenan yang melimpah tetapi tidak bisa masuk ke pasar karena ada penutupan jalan (lock down) menuju ke kota-kota besar.
Maka lengkaplah sudah berbagai macam ujian dari Allah kepada setiap hamba-Nya, hanya dengan satu peristiwa: Pandemi Covid-19.
Ini adalah musibah masif, menyeluruh, menerpa siapa saja penghuni pelataran bumi sekarang ini.
Saudaraku. Disetiap musibah yang menimpa seorang Mukmin PASTI terkandung HIKMAH yang besar sebagai Grand Desain (skenario besar) Allah SWT untuk kebaikan HambaNya yang beriman.
Atau dengan ungkapan lain, sebagai cara Allah untuk menyelamatkan hamba yang Mukmin dari keterpurukan aqidah dan penyakit kronis rohani. Yang mana sulit disehatkan kembali dengan cara medis melainkan dengan didatangkannya MUSIBAH.
Maka saudaraku, diakhir ayat Al-Baqoroh 155 dipungkasi dengan ungkapan:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
“Wa basy-syiris shobirin”
“Sampaikan Kabar Gembira kepada Orang-orang yang sabar”
Jadi saudaraku, hakekat UJIAN ALLAH adalah datang nya kabar Gembira kepada Hamba-hambaNya yang Sabar.
Saudaraku. Hamba yang Sabar, hanya bisa di jalani oleh mereka yang terus menjaga Kualitas Iman dan Ketakwaannya kepada Allah SWT. Dengan satu keyakinan bahwa; Allah Maha Pengatur, Allah Maha Pemberi Rizki, Allah Maha Kuasa atas Kehidupan Makhluk, dan Allah Maha Segala.
Nah, ini yang harus menjadi bahan perenungan bagi Setiap manusia yang Beriman kepada Allah. Bahwa disetiap pergerakan waktu, saat ada perubahan yang terjadi, maka ia harus dihubungkan dengan masa sebelum ada pandemi corona.
Saudaraku. Dengan tetap menjaga kesabaran menapaki perjalanan waktu yang sarat musibah, maka akan dapat ditemukan hikmah besar dibalik musibah yang menimpa.
Jika sudah ditemukan, maka tidak ada satu pun manusia yang tidak berterima kasih kepada Allah dengan adanya musibah itu. Sepahit apa pun yang menimpa kehidupannya. Karena dengan musibah telah melahirkan keadaan baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Mari kita renungkan bersama saudaraku.
Hikmah Penyelamatan Aqidah dan Pembersihan Rohani
Boleh jadi diantara saudaraku, sebelum Allah mengirimkan makhluk kecil sebesar 150 nano, ada kesombongan memancar pada dirinya yang merasa bahwa dirinya adalah segalanya. Bisa mengatur ini itu, pembesar yang tiada bisa tertandingi. Dia menjadi sombong dan takabbur. Padahal hanya Allah yang pantas sombong dan takabbur.
Maka Allah datangkan virus corona untuk mengingatkan bahwa dirinya hanyalah manusia yang lemah, tidak berdaya untuk menghadapi makhluk Allah yang super ekstra mini.
Boleh jadi diantara saudaraku, sebelum ada pandemi beranggapan bahwa uang adalah segalanya. Sehingga siang sampai malam, pagi sampai petang disibukkan dengan urusan yang berkaitan dengan uang dan uang. Ibarat kepala jadi kaki, kaki jadi kepala tiada henti hanya berkutat dengan urusan mendatangkan uang sebanyak-banyaknya. Karena uang dianggap sebagai sumber superioritas.
Setelah uang terkumpul dipakai untuk membeli kekuasaan, untuk melahirkan kesombongan. Uang terkumpul untuk melahirkan sikap pamer dan sombong dengan adanya rumah megah disertai perabotnya yang serba wah. Mobil selusin menghiasi ruang pamer garasi.
Saudaraku. Terkadang manusia-manusia model begini ini masih juga menjalankan sholat 5 waktu. Apakah ia menyembah Allah? Ya, betul tapi di otaknya telah teracuni dengan paham manusia modern bahwa Uang telah menjadi Tuhan Baru. Inilah yang disebut kemusyrikan gaya baru.
Maka saudaraku datangnya pandemi adalah untuk mengingatkan bahwa sumber dari segala adalah Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya: (ALI IMRON AYAT 26)
Artinya katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Ali-Imron: 26)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah Pemilik Kekuasaan, bukan uang dan jabatan manusia. Dengan kehendak Allah, manusia punya jabatan bukan karena uangnya. Pun dengan kehendak Allah, sewaktu-waktu diambil juga jabatan itu, bukan karena uangnya meski ia bisa berlama-lama menjabat.
Mestinya saudaraku, dengan jabatan yang diembannya ia gunakan untuk menjadi sarana berbuat kebaikan kepada sesama, membantu yang lemah dari hegemoni yang kuat. Memberi makan kaum dhu’afa’ dan anak-anak yatim yang miskin dan orang-orang yang terlantar. Juga memberikan akses pengobatab gratis bagi para pasien miskin yang tidak berdaya.
Bukan dengan jabatan malah untuk melahirkan kepongahan dan gila dengan penghormatan manusia.
Allah pula yang memuliakan ataupun menghinakan seseorang, bukan Uang yang dimiliki manusia.
Maka saudaraku, corona dihadirkan oleh Allah sebagai cara pembersihan Aqidah umat yang terkotori oleh Virus Aqidah Akhir Zaman. Yakni, uang dianggap sebagai sumber lahirnya superioritas.
Karena itu, maka banyak manusia Muslim yang berlomba-lomba untuk meraihnya, menghimpun uang sebanyak-banyaknya, meski dengan cara sikut sana sikut sini tanpa peduli apakah yang dikejar itu hak nya atau bukan. Tanpa mau peduli bahwa waktunya habis hanya untuk mengejar dunia sehingga hak rohani untuk mendekat pada Robb Nya menjadi terabaikan.
Saudaraku. Itu tadi, baru 2 (dua) hikmah, yakni: HIKMAH Pembersihan Rohani dari sifat kesombongan dan HIKMAH Penyucian Aqidah dari Kotoran Virus Kapitalis
Mari kita teruskan untuk menggali Hikmah-hikmah lainnya.
HIKMAH Ekonomi Baru
Saudaraku. Allah SWT Maha Mengetahui tentang masa depan hamba-hamba-Nya. Boleh jadi ditempat kerja asal ia berada dalam bahaya jika terus bekerja di situ. Bisa bahaya ancaman Aqidah bisa juga bahaya kejahatan ekonomi.
Maka, corona Allah hadirkan untuk merontokkan tempatnya bekerja untuk kemudian Allah hadirkan tempat kerja baru yang lebih menjamin keberkahan, meskipun bernilai ekonomi lebih rendah.
Nah, disini yang kadang menjadi problem umat saudaraku.
Akibat dari kejahilan Aqidah, kedunguan berpikir karena kurangnya ILMU, maka tawaran kerja di tempat yang baru sering ditolak karena nilai pendapatan tidak sepadan dengan tempat lama.
Di tempat lama ia bisa dapatkan sejuta perhari, sedangkan ditempat baru ia akan mendapatkan sejuta sebulan.
Padahal melalui ekonomi baru ini Allah SWT hendak memberikan pelajaran kauniyyah tentang makna dan praktek dari Rizki yang barokah itu, meski bernilai minim namun bisa melahirkan fungsi yang maksimal serta bisa melahirkan kedamaian hidup.
Tidak seperti di tempat kerja asal, nilai penghasilan tinggi tapi berfungsi minimalis karena hilang berkahnya karena bersinggungan dengan harta yang bukan haknya.
HIKMAH selanjutnya, yakni HIKMAH Jaringan Kerja Baru
Saudaraku. Allah SWT terhadap hamba-Nya yang Mukmin cinta banget. Maka Ia menjadi cemburu jika hamba-Nya yang Mukmin terlalu erat berhubungan dalam jaringan kerja (networking), yang justru menjadikannya agak melupakan kekasih-Nya, yaitu Allah SWT.
Jaringan kerja dan pertemanan menjadikan hari-harinya disibukkan dengan urusan duniawi melulu karena banyak dari teman di jaringan kerjanya Berpaham MATERIALISTIS Sekuler.
Maka yang ada dipikiran dan disetiap perbincangan mereka hanyalah dunia, dunia, dan dunia. Sama sekali tidak menyentuh urusan akherat.
Maka saudaraku. Allah kirim makhluknya yang bernama covid-19 untuk memutus mata rantai pertemanan untuk selanjutnya ditemukan dengaan Jaringan Kerja Baru orang-orang Sholih, yang selalu saling menasehati tentang Akherat.
Saudaraku. Inilah sebagian kecil dari kemungkinan HIKMAH yang sudah hadir atau akan dirasakan dikemudian hari oleh mereka yang bersabar dalam mengikuti Skenario Panjang TAKDIR-Nya.
Wallahu a’lam bis-showab.
Penulis: Achmad Syaichu Buchori, S.Ag.
• Pengasuh Madrasatul Qur’an Al-Anwar Manyar Sabrangan Surabaya
• Penyusun Kitab Maca Qur’an Sakmaknane “Metode HARFun”