Bangga Indonesia, Pacet-Mojokerto – Pembekalan Super Camp For Teen 2021 di Pesantren Modern Boarding School Al Firdaus Pacet-Mojokerto dibuka sendiri oleh ketua dewan pembinanya Prof. Dr. KH.M Roem Rowie, MA.
Acara yang berlangsung dua hari 13-14 Maret 2021 ini diikuti para santri dan peserta luar yang masih berstatus Sekolah Dasar (SD), SMA hingga mahasiswa. Sekitar 40 peserta mengikuti pelatihan yang dibimbing langsung oleh para pakar di bidang masing-masing.
Tiga pemateri yang mengisi acara sejak usai duhur hingga Ahad (14/03) siang itu antara lain Dr. Nasrul Faqih Syarif H, M.Si, Motivator Spiritual, Trainer Nasional Quantum. Cak Amu (Abdul Muis) yang dikenal sebagai motivator jurnalistik, wartawan senior 30 tahun mengabdi di Jawa Pos. Serta Kang Didin(Muhammad Agus Burhanuddin), motivator bisnis, Founder Bangga Indonesia dan pengusaha advertising serta kuliner.
Profesor Roem Rowi sangat apreasiatif dengan acara ini. Ia menilai pembangunan mental para santri dan pengetahuan tentang jurnalistik serta penulisan ini perlu diberikan di pesantren.
“Mereka memang harus dipersiapkan sejak dini. Khususnya santri yang masih di bangku SMP ini agar mereka ke depan mampu mandiri di era milenial five point-o,” ujarnya kepada banggaindonesia.com.
Prof Roem, sapaan ahli tafsir Al Quran ini juga salut terhadap peserta lain yang antusias mengikuti pelatihan selama dua hari ini. Terutama kehadiran peserta termuda, M. Nizam.
Nizam, putra pimpinan koran Berita Metro ini diantar langsung oleh ibunya, Silvi UB agar bisa bersosialisasi dengan santri yang semuanya sudah duduk di bangku SMP.
“Dia pingin mondok setelah lulus SD nanti. Saya sendiri sih pinginnya mulai SD, tapi kami sampai sekarang belum menemukan pondok yang bisa menerima anak SD,” jelas Silvi.
Nizam kini masih duduk di bangku kelas dua. Namun saat acara outbond, bocah berambut kribo ini sudah bisa membaur dengan kakak-kakaknya.
Bahkan, Nizam langsung betah tinggal di pondok. “Dia gak mau pulang. Pingin tidur bersama teman barunya,” ujar Silvi.
Selain Nizam ada peserta lain yang juga masih kelas 5 SD bernama Amir Hakim Nasution. Ia adik dari Santri Al Firdaus, Hasan kelas 7.
Peserta yang bukan santri Al-Firdaus lainnya adalah Akbar yang duduk di kelas dua SMA. Ia juga peserta home schooling.
Sedang tiga peserta lain sudah menjadi mahasiswa. Ada Rafan Adji. Himam Afghan yang sudah semester IV Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Himam putra seorang da’i yang kondang di Program YouTuber KH Mujahid.
Kemudian Nadira Megananda semester VI Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya. Nadira putri wartawan senior Kompas, Latif.
Sesi acara hari pertama kemarin berlangsung gayeng. Acara dimulai usai sholat berjamaah duhur di Masjid Al Firdaus hingga pukul 9 malam. Peserta hanya break istirahat sholat ashar, magrib dan isya.
Setelah sholat Isya dilanjut mengikuti materi penulisan yang benar oleh Cak Amu. Menjelang istirahat, peserta masih diberi tugas untuk membuat karya tulis yang hasilnya akan diperiksa esok harinya, Ahad.
“Silahkan kalian kembali ke tempat masing-masing. Gunakan waktu seperempat jam untuk menyelesaikan tugas menulis,” pinta Ustad Faqih, koordinator pemateri saat membubarkan sesi pertama.
Tengah malam, tepat pukul 2.30 wib dini hari harus bangun. Tiga puluh menit kemudian berkumpul di lapangan upacara untuk melaksanakan penanaman pohon.
Selain menanam pohon, peserta diberi motivasi oleh Ustad Faqih tentang filosofi tanam pohon. Tanaman butuh hidup seperti yang menanam.
Tanaman, kata Faqih, butuh lingkungan yang sehat dan baik. “Jika kalian di lingkungan narkoba, maka kalian akan kena dampaknya walau tidak terlibat,” katanya.
Begitu pula tanaman hidup, lanjut Faqih butuh disiram. Jadi manusia butuh siraman agar tumbuh dan berkembang dengan baik. “Disiram dengan apa? Ilmu,” jelasnya.
Faqih kemudian berpesan minta peserta untuk berjanji pada dirinya agar membuat tanda di alam semesta. Termasuk menanam pohon. “Hari ini Anda sudah menanam pohon,” pesan Faqih.
Untuk itu, inspirasi menanam pohon ini bisa dipakai untuk menulis tugas jurnalistik. Karya peserta sudah harus dikumpulkan setelah makan pagi. ” Buatlah karya yang Allah ridlo dan kedua orang tua Anda bahagia,” tukas motivator kondang ini.
Usai tanam bibit pohon produktif, peserta melanjutkan sholat tahajud hingga menjelang Subuh. Peserta yang belum sempat membuat karya tulis, bisa menyelesaikan tugasnya.
Ahad pagi setelah olahraga, energy building dan pembekalan diri berupa ESQ, karya mereka akan diperiksa Cak Amu.
“Setelah itu super camp diakhiri sampai menjelang duhur,” jelas Faqih Syarif. (aba)