Madura, model dan klasifikasi bahasanya
Oleh : Nadia Azkal Uyun
Bhinneka Tunggal Ika”
Semboyan di atas merupakan gambaran penduduk di Indonesia dengan beragam budaya, adat istiadat bahkan bahasanya sudah lumrah kita jumpai di tanah air ini, salah satu ragam yang dimiliki yaitu Bahasa Madura. Bahasa Madura Merupakan Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk/suku Madura pada umumnya. Bukan hanya 1 atau 2 macam model dan tingkatan bahasa, tetapi ada beberapa tingkatan bahasa yang lumrah digunakan oleh penduduk sekitar.
Berikut beberapa model bahasa dilihat dari perbedaan kota ;
- Kata “Kamu”
Sumenep timur : be’na
Sumenep tengah ke Pamekasan : be’en
Sampang : Kakéh
Bangkalan : Hédeh , be’eh - Kata “Pisau”
Sumenep timur : Todi’
Sumenep tengah ke Pamekasan : Latting
Sampang : Todi’
Bangkalan : Todi’
Di atas merupakan beberapa model bahasa yang ada di Madura, beberapa orang luar madura mengatakan Bahasa di Madura itu kasar-kasar dan kurang sopan ketika didengar, namun hal itu tidak benar, perihal bahasa kasar orang Madura itu lantas bukan secara keseluruhan melainkan beberapa saja, bisa dari daerahnya atau bisa dari tingkatan Bahasa Maduranya. Ketika orang luar madura berkunjung mereka pasti akan mendatangi 4 kota yang ada yakni ; Sumenep, Pemekasan, Sampang, dan Bangkalan. Nah, dalam setiap kota penggunaan/model bahasanya berbeda-beda, jadi ada yang terdengar kasar ada pula yang tidak, adakalanya menurut orang yang berdomisili di kota tersebut bahasa yang digunakan tidak kasar, sedangkan menurut penduduk kota disebelahnya merupakan bahasa kasar. Jadi, anggapan bahwa Madura bahasanya kasar itu tidak lah benar sebab,hanya beberapa daerah saja yang menggunakan bahasa kasar tersebut.
Selain berbagai model / penggunaan Bahasa Madura, ada juga klasifikasi/tingkatan bahasanya, yaitu ;
- Tingkatan pertama (Enjek-Iyeh) : Bahasa Enjek-Iyeh ini merupakan bahasa paling bawah di antara 2 lainnya, Tingkatan bahasa ini biasa digunakan sehari-hari kepada sesama teman atau seusianya.
Misal : Kamu mau kemana ? (Been éntarah de’emmah?)
Aku mau ke rumah Ibu (Engkok éntarah ka romanah Embuk) . - Tingkatan kedua (Engghi-Enten) : Bahasa Engghi-Enten ini merupakan bahasa pertengahan, penggunaan bahasanya lebih sopan dari tingkatan pertama. Jadi, bahasa ini biasa digunakan kepada orang yang lebih tua.
Misal : kamu mau kemana ? (Empéan éntarah kaammah?
Aku mau ke rumah Ibu (Kaule éntarah ka compok na Ibuk”. - Tingkatan ketiga (Engghi-Bhunten) : Bahasa Engghi-Bhunten ini merupakan bahasa paling tinggi, artinya penggunaan bahasa ini paling sopan diantara kedua sebelumnya. Jadi, bahasa ini biasa digunakan kepada yang lebih sepuh, misal kepada kiayi-nyiai, ustadz-ustadzah atau bisa lainnya.
Misal : Kamu mau kemana ? (Ajunan Méyossa Ka’dimma? )
Aku mau ke rumah Ibu (Abdhinah éntara de’ dhelemma Ibuk) .
Nah, ketika diperhatikan kalimat pada tingkat ketiga “Abdhinah entara de’ dhelemma Ibuk” kata Entara pada poin kedua tetap tidak berubah, sedangkan poin pertama berubah yaitu “Meyossa”. Itu dikarenakan ada beberapa kata yang tidak pantas digunakan untuk menunjukkan hal/sesuatu kepada diri sendiri, karena kesopanan bahasa dalam tingkat ketiga disini lebih diperuntukkan kepada kiai dan setaranya.Nah, itu dia beberapa keragaman bahasa yang ada di Madura, sebenarnya bahasa Madura itu tidak jauh berbeda dari Bahasa Indonesia karena ada yang mengatakan, orang di zaman dahulu menggunakan Bahasa Madura diambil dari turunan Bahasa Indonesia itu sendiri, seperti kata “Selimut” bahasa maduranya “Salémot”.
Tetap berpegang pada semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” karena setiap penduduk Indonesia adalah saudara setanah air, meski dari golongan/suku yang berbeda .
Salam damai
Salam saudara
Indonesia .
- Nadia Azkal Uyun, Mahasiswa PBSI di Universitas Trunojoyo Madura yang berasal dari kota Pamekasan, dan merupakan alumni pondok pesantren Annuqayah.