SAUDARAKU. Bulan Ramadhan, tinggal beberapa hari lagi. Setidaknya ada 2 (dua) pesan penting yang mau disampaikan.
PERTAMA, selama sebulan umat Islam yang menjaga Imannya melaksanakan syariat berpuasa. Menahan diri untuk tidak makan dan minum serta yang membatalkannya, mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Pada hari-hari biasa, makan dan minum di siang hari adalah perbuatan halal. Tetapi pada bulan Ramadhan, Allah memberlakukan rambu-rambu larangan kecuali pada orang-orang yang dibolehkan tidak berpuasa.
Saudaraku. Pada syariat berpuasa ini terselip pesan mendalam bahwa umat Rosulullah SAW harus mampu memerangi hawa nafsunya. Tidak untuk dimatikan karena tidak bisa. Selagi manusia hidup, nafsu tetap ada dan dibutuhkan untuk hidup.
Tetapi saudaraku. Pesan tersirat dari Ramadhan, agar perjalanan hidup yang fana’ ini bisa happy ending, bahagia yang hakiki buka fatamorgana, maka nafsu harus dikendalikan dan diarahkan. Akal manusia yang dicurahi Hidayah Ilmu harus menjadi Panglimanya.
Agar akal selalu tercerahkan oleh hidayah ilmu maka majelis taklim adalah solusinya. Tiada kenikmatan sesungguhnya yang diperoleh dalam sebuah pertemuan kecuali di majelis ilmu.
Pesan KEDUA, bahwa bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran. Maka, Ramadhan mengingatkan kepada umat Kanjeng Rosul agar selalu ingat Al-Qur’an. Tidak hanya di Ramadhan saja Al-Qur’an dibuka-buka untuk dibaca dalam tadarus melainkan setiap saat mengiringi detakan jantung manusia. Karena Al-Qur’an dihadirkan oleh Allah sebagai Kitab Petunjuk Kehidupan.
Saudaraku. Hidup manusia yang terus bergerak dinamis, mengalami berbagai macam riak gelombang, silih berganti suka dan duka, gelombang ujian hidup selalu datang
bergantian.
Bagaikan pasang surut air laut. Akan kemana manusia mencari sandaran dan pegangan jika tidak kepada Sang Penguasa Alam? Yah, Al-Qur’an yang mesti dihadirkan sebagai guidance, agar bisa sampai pada tujuan dengan selamat.
Saudaraku. Al-Qur’an adalah kitab suci bertuliskan dan berbahasa Arab, tetapi Allah SWT Sang Pemilik Kalam menjaminnya MUDAH untuk dipelajari meskipun oleh mereka yang bukan Arab. Jaminan itu tersurat di dalam Al-Qur’an Surat Al-Qomar (54), di 4 ayat berturut-turut. Yakni ayat 17, 22, 32 dan 40
Walaqod yassarnal qur’ana lidzdzikri fahal min muddakir
“Sungguh Kami mudahkan Al-Qur’an untuk Pelajaran, maka adakah yang MAU mengambil pelajaran?”
Saudaraku. Sayang sekali garansi mudah yang diberikan oleh Pemilik Kalam tidak banyak umat Islam menyambutnya dengan suka cita.
Terbukti, dari penelitian yang pernah dilakukan oleh PTIQ Jakarta, masih ada 60 persen umat Islam di Indonesia yang belum bisa baca Al-Qur’an. Ini masih tahapan belajar membaca, belum lagi tahap pelajaran berikutnya. Membaca Al-Qur’an dibarengi dengan mengerti makna dari ayat yang dibaca. Padahal pada tahap ini kenikmatan dari mempelajari Al-Qur’an bisa dihadirkan.
Pertanyaan mendasar saudaraku, kenapa masih saja ada yang belum bisa baca Al-Qur’an? Padahal jaminan mudah telah di tegaskan oleh Allah.
Boleh jadi, karena di tengah-tengah umat tersiar kabar bahwa Al-Qur’an itu SULIT.
Saudaraku. Anggapan yang menyatakan bahwa Al-Qur’an itu SULIT adalah anggapan palsu (HOAX), anggapan yang tidak benar, anggapan yang dihembuskan oleh hawa nafsu manusia agar umat Islam tidak menjamah Al-Qur’an.
Kalau kita bandingkan saudaraku. Dalam urusan dunia misalnya, hal sesulit apa pun, manusia akan berupaya meski dengan belajar berkali-kali bahkan jungkir balik tidak karuan.
Sebagai ilustrasi saudaraku. Meski saya bisa mengendarai mobil, saya membayangkan betapa SULIT membawa mobil besar, Bus, truk tronton atau trailer. Tapi faktanya banyak yang bisa. Bahkan terkadang mobilnya gagah di jalan raya, tetapi setelah si sopir turun dari kendaraan beratnya terlihat tidak ”ndayani”.
Ini sering kita lihat. Tetapi kenapa mereka bisa? Karena ada motif dunia yang mendorong mereka untuk belajar. “Aku ingin kerja, aku ingin penghasilan untuk makan istri dan anak.” Motif dunia yang besar melahirkan tekad untuk belajar hingga bisa. Meskipun sulit.
Namun kenapa tidak ada dorongan akherat yang besar untuk menggapai kemudahan Al-Qur’an.
Misalnya, ingin ditemani Al-Qur’an saat ada di liang lahat. Karena sadar bahwa semua yang dikasihi di dunia tidak ada yang mau menemani di alam kubur. Paling banter mengantar hanya sampai dipinggiran liang lahat. Setelahitu pulang, tinggal menghitung-hitung berapa banyak warisan dunia yang bakal diperoleh.
Saat seperti itu hanya Al-Qur’an (sebagai Qorin) yang siap dengan setia menemani untuk berjumpa dengan Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir.
Kenapa tidak dimunculkan motif demikian agar ada dorongan besar untuk mempelajari yang mudah (Al-Qur’an)?
Saudaraku. Jaminan mudah yang diberikan oleh Allah SWT, ada pada semua aspek pelajaran, baik belajar membaca bagi yang belum bisa, belajar menghapal maupun belajar untuk mengetahui makna-makna dari ayat yang telah bisa dibacanya.
Semua di jamin mudah oleh Allah SWT. Dengan satu syarat ada kemauan. Yakni dengan menghilangkan anggapan hoax yang dibangun oleh hawa nafsu tersebut.
Ramadhan memberikan pesan inti, perangi hawa nafsu. Maka, kebahagiaan hakiki bisa diraih dalam kehidupan yang fana’ ini.
Bukan kebahagian semu dan palsu seperti yang dialami oleh mereka yang condong mengikuti hawa nafsunya.
Hadanallah waiyyakum
Wallahu a’lam bis-showab
Achmad Syaichu Buchori, S.Ag.
• Pengasuh MQ Al-Anwar Manyar Sabrangan Surabaya
• Instruktur Qur’an Sakmaknane Metode HARFun di Yogyakarta, Jombang dan Surabaya
• Wakil Sekretaris IKA UNHASY Tebuireng Jombang
• Ketua Majelis Alumni LPBA Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya