Bangga Indonesia, New York – Harga minyak mentah global naik tipis pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), tetapi kehilangan lebih dari seperlima nilainya pada 2020, karena penguncian (lockdown) dan pembatasan mobilitas untuk memerangi virus corona baru menekan aktivitas ekonomi yang membuat pasar minyak terguncang.
Pada hari perdagangan terakhir 2020, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik 17 sen menjadi menetap di 51,80 dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 12 sen menjadi ditutup di 48,52 dolar AS per barel.
Untuk tahun 2020, minyak mentah Brent anjlok 21,5 persen, penurunan tahunan terbesar sejak 2015. Sementara itu, minyak mentah WTI merosot 20,5 persen, penurunan tahunan kedua dalam tiga tahun.
Namun, patokan minyak mentah Brent dan WTI telah naik lebih dari dua kali lipat dari titik terendah April karena produsen-produsen memangkas produksi untuk menyesuaikan dengan permintaan yang lebih lemah. Berita tentang distribusi vaksin virus corona juga mendorong harga di kuartal keempat, membantu pulih ke level tertinggi dalam sekitar 10 bulan.
Harga untuk 2020 berada di titik terendah pada April karena permintaan bahan bakar anjlok akibat pandemi COVID-19 dan setelah perang harga antara raksasa minyak Arab Saudi dan Rusia. WTI jatuh ke rekor terendah negatif 40,32 dolar AS per barel, sementara Brent turun menjadi 15,98 dolar AS per barel, terendah sejak 1999.
Dari sana harga-harga melayang lebih tinggi dan melonjak begitu optimisme vaksin menghantam pasar.
“Paruh pertama luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya dengan gerakan turun tajam dan reli tiba-tiba,” kata John Kilduff, seorang mitra di Again Capital Management di New York. “Kemudian itu seperti melihat cat mengering selama beberapa bulan hingga Oktober.”
Meskipun harga telah naik dalam dua bulan terakhir, penguncian tambahan telah membebani lagi pada permintaan bahan bakar dan varian virus baru yang sangat menular telah meningkatkan kewaspadaan.
Jajak pendapat bulanan Reuters pada Kamis (31/12/2020) menunjukkan harga minyak diperkirakan tidak akan mengalami banyak kemajuan pada 2021.
Dan prospek permintaan bahan bakar masih suram. Harga bensin AS jatuh 17 persen untuk 2020, sementara harga minyak pemanas AS anjlok 27 persen.
Gas alam berjangka AS membukukan kenaikan tahunan terbesar sejak 2016, dibantu oleh rekor ekspor gas alam cair (LNG).
Penggerak harga minyak utama berikutnya akan datang Senin (4/1/2020) ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, berencana untuk membahas peningkatan produksi minyak mentah mulai Februari.(din)