Jakarta, Bangga Indonesia – Andi Riza Ardia, adalah sosok mahasiswi 26 tahun yang berasal dari Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur, rela menempuh merantau menuju Kabupaten Majene, Sulawesi Barat hanya untuk menempuh bangku kuliah. Wanita kelahiran 1998 ini telah menempuh pendidikan di Majene dari sejak tahun 2020 lalu.
Perjalanannya untuk menempuh pendidikan tinggi tidaklah mudah, pasalnya ia harus berjualan buah keliling memakai sepeda kayuhnya dengan jarak belasan kilometer (Km). Andi Riza Ardia mengaku bahwa dirinya ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang sarjana.
Sebelumnya, Ardia kuliah S1 dengan jurusan Teknik Pertanian namun karena terkendala oleh orangtuanya yang sakit hingga faktor biaya yang tidak mendukung, akhirnya membuat Ardia harus berhenti berkuliah di semester 2.
Saat ini Ardia melanjutkan pendidikannya di STIKes Bina Bangsa, Kabupaten Majene, dengan jurusan Kesehatan Lingkungan.
Berjuang Demi Pendidikan di Tengah Keterbatasan
Ardia menyadari bahwa dirinya harus berjuang dalam keterbatasan ekonomi demi menyelesaikan bangku kuliah.
“Keterbatasan yang paling utama adalah biaya, jadi bagaimana saya harus memutar otak, memanajemen diri. Apalagi saat ini saya merantauh, harus jauh dari tempat tinggal dan ngekos, jadi harus pintar manajamene diri. Saya memutuskan untuk melakukan ini (berjualan buah),” Ungkap Ardia pada Selasa (16/07/2024)
Andi Riza Ardia sendiri adalah anak terakhir dari total empat bersaudara, ia berasal dari Bontang, Kalimantan Timur. Ia merantau menuju Sulawesi Barat sejak 2020 lalu dan saat ini tercatat menjadi mahasiswi di salah satu institut ilmu kesehatan yang ada di Majene.
“Saya ingin hidup mandiri demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, agar bisa kuliah dan menjadi sarjana,” papar Ardia.
Ardia sehari-harinya tinggal di Lembang, Kecamatan Banggae Timur, Majene. Ia menyewa salah satu kamar indekos yang ada di kawasan tersebut.
Ardia mengakui, aktivitas dirinya berjualan buah sudah ia lakukan dari tahun 2022. Ia sebelumnya pernah menekuni profesi lain, seperti memulung sampah.
“Saya pernah bekerja di sebuah kafe tapi harus akhirnya berhenti, selain itu juga pernah memulung dan kini berjualan. Saya tidak mau merepotkan orang tua,” imbuhnya.
Walaupun demikian, ia juga mengatakan bahwa profesi yang ia lakukan dengan berjualan buah keliling tidak rutin setiap hari. Ia mengaku tetap membagi waktu semaksimal mungkin supaya tidak mengganggu aktivitas kuliahnya.
“Tidak setiap hari, biasanya 4 kali dalam seminggu. Karena terkadang harus menyelesaikan tugas praktik di kampus, jadi saya harus mengatur waktu dengan sebaik mungkin,” ujarnya.
Aktivitas Berjualan Buah Dilakukan Selama Perjalanan Menuju Kampus
Ardia melakukan aktivitas berjualan buah selama perjalanan menuju kampus dari indekosnya. Sebelum berangkat, Ardia harus mempersiapkan buah terlebih dahulu yang akan ia jual.
Ia mengemas berbagai macam buah potong dengan setiap kemasannya ia jual dengan harga Rp2.000. Perjalanan menuju kampus dari indekos memakai sepeda. Di belakang sepeda ada kotak kaca tempat untuk dirinya menyimpan buah.
Ardia mengakui bahwa sepeda tersebut adalah pemberian kakaknya, sementara kotak kaca tempat penyimpanan buah ia beli dengan cara menyisihkan uang jajannya.
“Sepeda itu pemberian kakak sejak awal kuliah, sebab belum mampu membeli motor akhirnya menggunakan sepeda. Sedangkan box buah saya pesan langsung dari tukang las, dengan menyisihkan sedikit uang jajan,” jelasnya.
Walaupun harus rela berpanas-panasan, kondisi tersebut tidak menyurutkan dorongan dan semangat Ardia mengendarai sepedanya melintasi jalanan ramai. Ia sesekali berhenti, hanya untuk melayani para pembeli dan harus mendorong sepeda saat melewati jalanan yang menanjak.
Namun setiap ia berjualan, uniknya Andi Riza Ardia selalu menempel poster kecil pada punggungnya dengan tulisan “Calon Sarjana”. Hal inilah yang akhirnya menyita perhatian warga kepada sosok mahasiswi tersebut.